"Chaeyoung-ah, makanlah." Shin Hye menyodorkan sepiring makanan pada Rosé, "Kau sudah tidak makan selama satu bulan ini."
Rosé menatap makanan yang diserahkan oleh Shin Hye padanya dan menggeleng, "Aku tidak lapar, Umma."
Shin Hye menghela nafasnya, "Setidaknya, minumlah."
Rosé tersenyum tipis, lalu menerima segelas air putih dari tangan Shin Hye dan meminumnya seteguk. Setelah itu, Rosé menyerahkan kembali air putih pada Shin Hye. Shin Hye sangat mengkhawatirkan kondisi Rosé yang semakin tidak karuan itu. Pengaruh Jisoo, sangat besar buatnya.
Setiap hari, di taman hotel, Rosé hanya duduk termenung. Shin Hye terus menghampiri Rosé demi membawakan makanan untuk Rosé. Rosé menatap wallpaper ponselnya yang menunjukkan lukisannya dengan Jisoo di jaman Dinasti Joseon. Masih teringat jelas bagaimana susahnya membujuk Jisoo untuk dilukis bersama dengannya.
***
"Jisoo-ah, disitu ada yang bisa melukis. Ayo kita kesana!" Ucap Seolhyun sembari menarik tangan Jisoo.
Jisoo menggeleng, "Aku tidak percaya diri."
Seolhyun terkekeh, "Omong kosong! Kau kan seorang jenderal. Jadi, mana mungkin kau tidak percaya diri."
Jisoo tersenyum tipis, lalu menghela nafasnya. Kemudian, dia mengangguk dan menarik tangan Seolhyun untuk menghampiri sang pelukis. Jisoo meminta sang pelukis untuk melukis dirinya dan Seolhyun.
Setelah menyepakati harganya, Jisoo dan Seolhyun pun duduk di bangku yang telah tersedia. Keduanya saling berpandangan sejenak dan melemparkan senyuman bahagia mereka. Jisoo menggenggam erat tangan Seolhyun saat pelukis itu mulai melukis dirinya dan Seolhyun.
Tak berapa lama, lukisan mereka pun selesai. Sang pelukis pun menunjukkan lukisannya pada mereka. Jisoo dan Seolhyun tersenyum puas.
"Kau yang simpan lukisannya ya?" Ucap Jisoo yang diangguki oleh Seolhyun.
Seolhyun pun mengambil lukisan tersebut dari tangan sang pelukis. Senyuman tidak pernah pudar dari wajahnya. Jisoo turut bahagia melihat Seolhyun yang begitu bahagia.
"Seolhyun-ah," Seolhyun menatap Jisoo yang sedang menatap intens padanya.
"Ada apa, Jisoo-ah?" Tanya Seolhyun penasaran.
Jisoo menarik Seolhyun ke dalam pelukannya seraya berkata, "Saranghamnida, Seolhyun-ah."
Seolhyun membalas pelukan Jisoo dengan erat, "Nado, Jisoo-ah."
***
Rosé mengusap air matanya yang tiba-tiba jatuh. Dia tersenyum hambar saat memori itu terlintas di pikirannya. Memori masa lalu yang selalu melekat erat dan tidak pernah dilupakan olehnya.
"Jisoo-ah, bahagia ya di atas sana."
Rosé kembali menangis terisak. Isakannya sangat hebat. Pundaknya sampai bergetar hebat. Dia masih belum mempercayai kepergian Jisoo. Dia sangat tidak rela jika Jisoo harus pergi secepat itu. Dia juga menyesal pulang ke Amerika hanya karena urusan pekerjaannya.
"Kenapa kau tidak membawaku bersamamu, Jisoo-ah?" Lirih Rosé.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Forget(Completed)
FanfictionSegala tentangmu, tidak akan pernah kulupakan.