"Dah Jisoo, aku pulang dulu ya?" Pamit Rosé pada Jisoo.
Jisoo tersenyum pada Rosé sembari melambaikan tangannya. Senyum Jisoo memudar ketika ucapan Seulgi padanya satu bulan yang lalu itu terngiang di ingatannya. Jisoo menghela nafas panjangnya kemudian berjalan ke arah sofanya.
Dia menyandarkan punggungnya disana dan mengusap wajahnya frustasi. Entahlah, dia bingung dengan perasaannya sekarang. Satu bulan yang lalu, dia mantap mengatakan bahwa dia mencintai Rosé. Tapi sekarang? Entahlah. Dia merasa berat. Disisi lain, dia pernah memiliki perasaan pada Jennie.
Brengsek? Tentu! Kenapa dia bisa dilema sekarang? Apakah dia benar mencintai Rosé hanya karena dia adalah reinkarnasi dari Kim Seolhyun? Selama satu bulan ini, memang Jennie selalu menemani Jisoo. Membuat Jisoo merasa nyaman disisi Jennie.
"Aku tidak bisa mengkhianati Chaeyoung." Batin Jisoo.
"Kau sedang dilema, Unnie?" Jisoo terkesiap dan langsung menatap orang yang sedang berbicara padanya itu.
"Aku tidak dilema, Lisa-ya!"
Lisa tersenyum dan menjalankan kursi rodanya mendekati Jisoo, "Kau harus bisa memilih berdasarkan hatimu, Unnie."
"Apa yang harus kupilih?" Jisoo mendengus, "Hatiku sudah memilih Chaeyoung."
"Benarkah?" Lisa meraih tangan Jisoo, "Unnie, aku tau caramu melihat Jennie Unnie itu bagaimana."
Jisoo terdiam. Dia tidak tahu harus berkata apa. Disisi lain, dia tidak bisa mengkhianati Rosé. Tapi, selama satu bulan ini, Jennie dengan setia telah menemaninya. Dan Jennie juga pernah terang-terangan bilang padanya bahwa Jennie menyukainya. Jennie adalah gadis yang baik, Jisoo mengakui itu. Tapi entah kenapa, dia masih belum bisa menerima Jennie meskipun dia pernah menyukai Jennie sebelumnya.
"Pikirkan baik-baik, Unnie." Lisa menjeda kalimatnya, "Jangan sampai pilihanmu salah nantinya."
Setelah berkata demikian, Lisa menjalankan kursi rodanya ke arah kamar. Jisoo memikirkan ucapan dari Lisa. Ucapan Lisa benar. Jika Jisoo sampai salah memilih, maka dialah yang akan menyesal seumur hidup.
***
Jennie menghempaskan tubuhnya di ranjang apartemen. Apa yang diucapkan Lisa padanya tadi, itu membuatnya sedikit dilema. Di satu sisi, dia masih membuka hatinya untuk Jisoo, tidak untuk orang lain. Biar bagaimana pun, dia tidak bisa mengkhianati cintanya pada Jisoo meski dia dan Jisoo hanya sebatas sahabat.
"Kapan kau akan buka hatimu, Jisoo?" Gumamnya.
Jennie menghela nafas panjangnya. Meskipun Lisa tidak buruk untuk ukuran sebagai kekasih, tapi Jennie benar-benar tidak bisa. Karena dia telah menganggap Lisa sebagai adiknya sendiri. Meskipun kalimat yang Lisa ucapkan itu mampu membuat jantungnya berdegup kencang, tapi sekali lagi, tatapan Jisoo mampu membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Yo, Jennie-ssi." Jennie terkesiap dan langsung bangkit dari ranjangnya.
"Ya Sooyoung-ah, kau mengagetkanku!"
Sooyoung terkekeh dan langsung masuk ke dalam kamar Jennie. Dia pun menjatuhkan duduknya di samping Jennie.
"Kau masih memikirkan tentang Jisoo atau adikmu?" Tanya Sooyoung seraya meraih tablet dari tas slempangnya.
Jennie menghela nafas panjangnya, "Tidak keduanya."
Sooyoung menghentikan aktifitasnya, lalu menatap Jennie, "Lantas apa yang kau pikirkan?"
Jennie menggeleng, "Entahlah. Ini sangat membingungkan."
Sooyoung tersenyum, lalu menepuk pundak kanan Jennie, "Masalah hati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Forget(Completed)
FanfictionSegala tentangmu, tidak akan pernah kulupakan.