Happy Reading!!
***
Setelah kembali dari rumah Ezra Tiffany langsung mengendarai Motornya menuju ke Mansion Martadinata namun sebelum itu dia akan berkunjung ke rumah Geo untuk membicarakan beberapa hal.
"Jadi gimana? Lo bakalan balas mereka?" tanya Geo kearah tiffany yang duduk didepan nya.
"Ntahlah gue juga bingung, Rangga makin sering banget gangguin gue. Gue rasa gak mungkin cuman gegara Kalah balapan malam itu." ujar Tiffany menyuarakan opini yang selama ini dia pendam.
Geo mengangguk. "Gue rasa juga begitu, gue kenal lama sama dia dan dari yang gue perhatiin dia lebih agresif dari biasanya."
"Kayaknya dia dibayar sama orang." lanjut Geo, tiffany mengangguk sedikit membenarkan ucapan laki laki itu.
"Lo tau kira kira siapa yang bayar Si Rangga?."
Geo menggeleng. "Gak tau, dia punya banyak kenalan."
Tiffany kembali mengangguk. "Yaudah gak papa, kalau gitu gue langsung pulang ada yang harus gue urus." ujar Tiffany bangkit dari duduknya.
"Langsung pulang?." tanya Geo membuat Tiffany mengangguk.
"Hati hati ya btw maaf gue suka ngerepotin." Geo kembali berucap memasang wajah sendu merasa bersalah karena selalu merepotkan tiffany.
"Gak papa santai aja, gue udah biasa di repotin kok sama banyak orang." balas tiffany terkekeh diakhir ucapannya membuat Geo tersenyum tipis melihatnya.
"Lo juga hati hati, jaga diri baik baik. Gue gak yakin Rangga bakalan lepasin lo karena dia tau gue deket ama lo." Setelah mengatakan hal itu tiffany mengendarai motornya menuju jalan raya membawa motornya menuju Mansion Martadinata.
Sebenarnya Tiffany merasa lelah dengan semua masalah yang dialami nya, masalah Keluarga apalagi masalah di luar rumah.
Rangga
Satu nama yang akhir akhir ini membuat Tiffany kerepotan, semuanya berawal dari dia yang menyetujui ajakan Balapan laki laki itu karena dia sudah pernah mengalahkan rangga di satu kesempatan membuat laki laki itu tidak terima dan terus mengganggu nya.
Namun gangguan nya akhir akhir ini menjadi gangguan yang berbeda, rangga mulai berani mengajaknya berduel membuat Tiffany kewalahan meladeni laki laki bodoh itu. Tidak hanya Rangga namun beberapa orang tak dikenal juga mulai mengganggu nya membuat dirinya risih dan mau tak mau meladeni orang orang itu.
🍁🍁🍁
Tok Tok Tok
Suara pintu terdengar keras membuat seorang pria yang berumur 22 tahun itu mengalihkan pandangan nya dari Laptop didepannya.
"Masuk." pinta nya dan tak lama terlihat adik perempuan nya yang melangkah masuk membawa segelas teh.
"Diminum dulu." ucap adiknya menyerahkan segelas teh itu, pria itu mengangguk dan meneguk pelan teh hangat beraroma mint.
"Abang akhir akhir ini keliatan banyak pikiran, kalau mau cerita. Cerita aja sama aku, aku siap dengerin." Ujar Adiknya, perempuan itu mengelus lembut pundak pria yang dia panggil abang itu.
Pria itu tersenyum hangat mengetahui adiknya mengkhawatirkan dirinya. "Abang gak papa, kamu gak usah khawatir."
"Gimana sama kuliah kamu? Baik baik aja kan?."
"Iya, kuliah stella baik baik aja. Bentar lagi sidang skripsi." pria yang tak lain Adalah Arkam itu mengelus rambut adiknya.
"Abang bangga sama kamu." balas Arkam menarik Stella kedalam pelukannya.
"Bang.." panggil stella setelah hening beberapa lama.
"Hmm?."
"Ada yang mau kamu tanya?." tanya Arkam memastikan tanpa berniat melepaskan pelukan nya.
"Soal Tiffany.." gumam stella pelan namun masih nisa didengar oleh Arkam membuat pria itu tanpa sadar mengendurkan dekapan nya.
Stella yang memang awalnya ingin membicarakan mengenai Tiffany dengan Arkam sekarang sedikit ragu untuk membahas nya, dia menarik diri dari dekapan abang kandung nya itu dan duduk tegap di samping Arkam.
"Abang.. Bener bener benci sama tiffany?." tanya Stella mencoba memberanikan dirinya bertanya.
Arkam diam tak tahu harus menjawab apa, disatu sisi dia sama sekali tidak membenci adiknya tapi disisi lain entah kenapa sulit rasanya untuk dekat dengan adik nya itu.
"Abang gak tau." balas Arkam pelan.
"Rasanya asing, Abang gak benci dia tapi entah kenapa rasanya sulit buat dekat sama tiffany." Stella mengangguk mendengar jawaban Arkam.
"Aku rasa abang mungkin masih belum terbiasa sama keberadaan tiffany."
"Hmm mungkin kamu bener."
"Tapi.. Aku harap abang mulai mau mendekatkan diri, aku gak suka liat abang gak nganggap tiffany adik. Itu buat aku sedih begitupun sama Papa, papa keliatan sedih banget tiap kali liat abang yang acuh sama dia."
"Tiffany gak salah apa apa bang.." Arkam terdiam mendengar ucapan adik nya, dia membenarkan ucapan Stella mengenai Papa nya yang sedih setiap kali dia mengacuhkan tiffany, Arkam selalu merasa bersalah saat melihat raut sedih Papa nya.
Sebenarnya Arkam sudah bisa melihat perubahan perubahan pada papanya dan tentunya itu perubahan yang sangat membahagiakan dimana Papa nya terlihat lebih 'hidup' dari sebelumnya, lebih hidup dalam artian Papanya sekarang lebih ekspresif dan banyak berbicara dalam setiap kumpul keluarga tidak seperti biasanya yang lebih memilih diam dengan mata yang menatap kosong.
Dia biasanya akan merasa khawatir jika papanya mulai menatap kosong seolah sedang memikirkan sesuatu yang sangat membebaninya dan tak jarang dia juga pernah menangkap basah Papanya yang menatap sendu kearah anggota keluarga yang lain. Dan semua hal itu sangat membebaninya."Aku harap Abang mulai mencoba mendekatkan diri sama Tiffany." ucap Stella membuat lamun Arkam buyar.
Arkam mengangguk. "Akan Abang usaha kan." balas nya pelan.
"Yaudah kalau gitu aku keluar, Abang jangan kerja terus nanti sakit." setelah mengatakan hal itu Stella keluar dari kamar Arkam meninggalkan pria itu yang sibuk dengan pikirannya.
Arkam menghela nafas, dia menyenderkan punggungnya disandaran sofa sembari menutup mata. Dia tidak bisa berbohong kalau dia juga bahagia ternyata adik yang selama ini dia tunggu tunggu kehadirannya masih hidup dan tidak meninggal seperti yang diceritakan Opa nya dulu, hanya saja dia masih dalam mode syok karena kehadiran Tiffany yang menurutnya sangat tiba tiba selain itu sifat tiffany yang sedikit pemberontak membutanya merasa sulit untuk berdekatan dengan adik perempuan nya itu.
Sekarang sepertinya dia harus mencoba berdekatan dengan tiffany karena sejujurnya dia juga sangat iri dengan Devano dan Rendra yang terlihat sangatmudah dekat dan mengakrabkan diri dengan tiffany yang notabenenya adalah adik sepupu mereka berbeda dengan dirinya yang kakak kandung gadis itu.
Ya.. sepertinya dia juga harus mencoba dekat.
🍁🍁🍁
TBC....
Jangan lupa vote and comment!!
🌻🍁🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vida [Completed✅]
Teen FictionSomeone said : "everything will change, just a matter of time" Kalian percaya dengan kalimat itu? "Semuanya akan berubah, hanya tinggal menunggu waktu" Hm.. Entahlah menurutku itu tidak hanya sebuah kalimat penyemangat belaka tapi sebuah harap...