10. Pamit II

732 77 1
                                    

Setelah scene melow melow tadi, mereka kembali bercanda bersama menghabiskan waktu karena tepatnya besok, Tiffany akan pergi bersama papanya.

"Yah.. Kan abis! Lo sih ren! Makan nggak kira kira punya gue abis kan!" ketus Sinta.

"Ya maap. Makan aja yang lain snack nya masih banyak tuh" kata Rendi sambil menunjuk beberapa bungkusan snack yang berada di atas meja.

"Ish! Nggak sama"

"Udah ah! Nggak udah berantem udah tua juga! Berisik tau!" kata Fabian.

"Diem lo!" ketus Sinta.

"Jangan lupa perempuan selalu benar bro!" kata Denis.

"Nggak juga tuh! Gue nyadar kok kalo gue salah" sanggah Tiffany.

"Iya yaa.. Lo selalu sadar tapi ujung ujungnya lo marahin kita kita lagi nantinya" kata Denis sambil terkekeh bersama yang lainnya.

"Diem diem baee lu Bri!" kata Aji sambil menepuk pundak Brian saat melihat laki laki itu hanya diam dengan pandangan lurus, lebih tepatnya menatap Tiffany. Bukan tidak sadar dia sadar akan perasaan Brian pada Tiffany tapi entah Tiffany yang tidak Peka atau tidak mau peka akan hal itu padahal Brian selalu memberikan perhatian lebih padanya.

"Mikiran apa?" lanjut nya.

"Dia pasti lagi mikirin tentang perjuangan cintanya yang kandas gegara Tiffany pergi awokawokawok" kata Fabian.

"Apaan sih" kesal Brian menatap tajam Bian.

"Heheh sans Bro!"

"Diem lu!"

"Re.." panggil Brian.

"Ya?" tanya Tiffany.

"Besok ko pergi pagi apa sore?"

"Katanya sih pagi" balas Tiffany.

"Yaudah kita kita dateng besok pagi" kata Brian.

"Oh.. Yaudah"

"Yah.. Nanti gak seru ya kalo nggak ada lo" timpal Rendi.

"Iya gue juga ngerasa gitu, lo itu pelengkap re diantara kekurangan kita" balas sinta.

"Kebalik! Yang bener itu lo semua adalah pelengkap hidup gue sebagai pengganti keluarga gue" jawab Tiffany.

"Kita saling melengkapi kok! Jadi nggak perlu bilang gitu" ujar Brian.

"Gue setuju tuh! Kita sahabat yang saling melengkapi satu sama lain dan menutup kekurangan dalam diri kita" kata Fabian.

"Weh... Tumben bijak temen gue awokawokawok"

"Seharusnya lo bangga punya temen kayak gue nih!" kata Fabian sambil menepuk dadanya bangga.

"Ck! Baru di puji dikit aja udah besar kepala lo!" ujar Aji.

"Besar kepala apaan? Kepala gue masih sedang kek biasa"

"Iya sedang kayak kadar otak lo" jawab Denis membuat yang lain tertawa mendengarnya.

" Nanti nggak ada yang minta pasangin dasi lagi dong ya kalo nggak ada lo re" kata Denis. Ya... Tiffany dan Fabian paling sulit yang namanya memasang dasi saat mau berangkat ke sekolah jadi akhirnya jika bukan Denis, Brian lah yang memasang kan nya, karena diantara semua teman temannya hanya Denis dan Brian yang paling rapi dalam memasang kan dasi.

"Nggak kok! Tuh ada Fabian, lo bantu masangin dia aja" kata Tiffany.

"Kalo gue masangin ke dia nanti gue rada geli sumpah kayak apa gitu.."

La Vida [Completed✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang