Happy Reading!!
***
Setelah pulang dari rumah Geo tiffany langsung bergegas ke Mansion Martadinata karena hari sudah mulai menggelap, mendung menyelimuti Ibu kota hari ini. 5 menit sebelum hujan turun tiffany sampai ke Mansion dengan selamat tentunya, terlihat keluarga nya sudah berada di rumah dari sore tadi karena mobil mereka sudah terparkir rapi di halaman Mansion dan sebagian lagi berada di garasi.
Tiffany berjalan menaiki pijakan tangga satu persatu untuk membawanya kekamar yang sudah dia tempati sebulan belakangan ini, dia tidak melihat satu pun keluarga nya yang berada di rumah mungkin di kamar. Pikirnya.
Tiffany memasuki kamar dan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuk nya. Setelah membersihkan diri dia langsung merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur mengistirahatkan tubuh lelah itu. Karena dalam perjalanan pulang tadi dia bertemu dengan Rangga dan geng nya yang sengaja menunggu nya di pertengahan jalan pulang.
Tapi mereka tidak tahu dia tinggal dimana karena tiffany mampu mengibuli mereka, tiffany adalah seorang pembalap tidak heran dia bisa membuat pengalihan seperti itu. Balap adalah sebagian dari hidup nya, balap liar adalah permainan kesukaan nya, hiburan nya dimana dia ditantang untuk berpacu membelah dinginnya malam sampai riuh terdengar bersautan. Tiffany mendapat teman teman yang tulus disana, dimana dia tidak dipandang karena apa yang dia miliki itulah yang dia sukai.
Saat umurnya 14 tahun dia sudah mengenal apa itu dunia balap liar, salah seorang temannya mengenal kan nya pada dunia malam itu sampai dunia itu kini menjadi candu bagi nya. Jika dia punya waktu senggang setelah berkerja di kafe pada malam hari dia pasti akan selalu menyempatkan dirinya untuk mampir, sekedar menonton atau berpartisipasi disana.
Tapi selebihnya dia akan di tantang oleh orang orang disana, karena dia sudah dikenal sebagai ratu balap liar di bandung. Namanya bahkan sudah terkenal dikalangan anak anak bandung, tak ada yang tak mengenalnya bahkan rata rata anak kuliah pun mengenalnya karena memang anak kuliah yang menyukai balapan akan menantangnya. Tiffany tidak menolak, malahan dia menyukainya karena orang baru berarti tantangan baru, itu menurut nya. semakin beda orang nya semakin menantang untuknya.
Rendra dan Varid sering memarahi nya karena sering mengikuti balap liar tapi pada dasarnya dia yang keras kepala ya.. Dia tidak akan mendengar kan nya, tiffany sekarang juga masih mengikuti balap liar, minggu lalu salah satu temannya yang dari sekolah lain mengajak nya ketempat balap liar yang tentunya di adakan pada malam hari. Tiffany tidak membawa motor dia menumpang pada temannya itu, dia hanya melihat lihat dulu bagaimana peraturan dan orang orang disana sampai dia mengerti alur permainan mereka.
Dia juga sekarang sudah memiliki pekerjaan yaitu sebagai seorang Fotografer tapi dia belum menceritakan nya pada papanya, mungkin nanti, tunggu saja.
"Ah shit gue lupa!" umpat nya dan langsung duduk di kasur dan meraih tasnya. Tiffany mengambil laptop nya dan mulai menyalakan nya, dia lupa ada beberapa foto yang harus dia edit dan dikirim ke pemilik studio foto itu besok.
Dia tidak boleh melalaikan tanggung jawab karena itu bukan gayanya dan dia sudah berjanji akan bekerja dengan baik karena pekerjaan itu sulit didapatkan, syukur dia pernah bercerita pada pemilik studio foto tempatnya bekerja dulu saat dia di bandung, pemilik studio yang sekarang adalah sepupu dari Bang Ifan pemilik studio tempat kerjanya di bandung, jadi dia mudah mendapatkan pekerjaan walau hidup nya sudah berkecukupan sekarang.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, makan malam sebentar lagi. Saat dia sedang asik asiknya mengedit seorang maid mengetuk pintu kamarnya untuk memanggilnya makan malam di meja makan bersama keluarga nya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vida [Completed✅]
Ficção AdolescenteSomeone said : "everything will change, just a matter of time" Kalian percaya dengan kalimat itu? "Semuanya akan berubah, hanya tinggal menunggu waktu" Hm.. Entahlah menurutku itu tidak hanya sebuah kalimat penyemangat belaka tapi sebuah harap...