Happy Reading!!
***
"Dan untuk anda dan Anak anak anda!" ucap Tiffany mengalihkan pandangan nya kearah Renata, Arkam dan Stella.
"Saya tidak membutuhkan seorang ibu dan kakak kakak seperti mereka! Saya sudah banyak memiliki kakak di bandung! Tidak perlu anak anak anda! Dan dalam hidup saya, saya tidak pernah mengharapkan seorang ibu! Jadi anda tidak perlu repot repot menerima saya, saya tidak pernah membayangkan saya memiliki ibu serta keluarga yang lengkap! Jadi kalian tidak perlu pura pura menerima saya, karena saya tidak suka kepura pura-an!" ujar Tiffany tegas kearah Renata dan yang lainnya.
"Tidak tau sopan santun!" hardik kakek tua yang sedari tadi berdiri memperhatikan mereka. Opa Hardi.
"Ck! Tidak tau sopan santun kata anda? Jelaskan kepada saya bagaiman definisi sopan santun itu?!" kata Tiffany dengan pandangan dingin kearah Opa Hardi.
"Siapa yang mau mengajarkan saya bagaimana bersikap sopan santun?! Tidak mungkin saat umur saya satu tahun saya masuk sekolah dasar! Bukannya sopan santun itu diajarkan oleh orang tua sejak dini?! Dan saya bertanya kepada anda dimana orang tua saya saat saya kecil? Saat saya baru lahir? Dimana orang tua saya!?! Saya diasuh oleh remaja yang bahkan belum tamat Sekolah Menengah Atas!" Bentak Tiffany yang sudah kesal karena Emosi yang ia tahan sedari tadi. Mereka hanya dian saat mendengar Tiffany meluapkan kemarahan nya saat ini.
jika bukan orang tua sudah dia ajak Baku hantam dari tadi.
"Tidak bisa menjawab bukan? Jadi tutup mulut anda jika anda tidak tahu apa apa!" sentak Tiffany.
Tiffany langsung berjalan kearah papanya dan menggenggam tangannya. "Pulang.." lirihnya.
"Tapi sayang.. Papa mohon disini juga rumah kamu, papa nggak bisa biarin kamu tinggal sendiri lagi padahal kamu memiliki keluarga yang lengkap!" ucap Arnold yang masih setia membujuk Tiffany untuk tetap tinggal.
Tiffany membuang nafas lelah. "Tapi mereka kan nggak ada yang mau nerima aku! Gimana mungkin aku bisa bertahan" ucapnya.
"Nggak kok sayang! Kamu diterima disini, kamu juga anak dari keluarga ini! Kamu keponakan tante sayang" ucapan itu keluar dari bibir Allana saat melihat Arnold yang sudah lelah mengatasi tingkah keras kepala Tiffany.
"Maaf, tapi saya tidak butuh belas kasihan kalian!" ucap Tiffany dingin kearah Allana, tantenya.
"Sayang ini bukan belas kasihan! Tante memang pengen kamu tinggal disini dan ngerasain apa yang saudara saudara kamu rasain selama ini, kamu udah terlalu lama tinggal sendiri sayang dan kasihan papa kamu. Dia ingin tinggal satu atap bersama anaknya apa salah? Nggak kan, kasihan papa kamu" ujar Allana tulus dan Tiffany bisa melihat mata Allana yang memancarkan ketulusan didalamnya.
Tiffany langsung mengalihkan atensi nya dari Allana ke Arnold dan Arnold melihatnya dengan pandangan yang sulit diartikan terlalu banyak luka dan kesedihan disana.
Melihat itu membuat Tiffany melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Arnold sedari tadi dan mengalihkan pandangan nya dari Arnold, jika terus memandang papanya itu ia tidak yakin bisa menolak perkataan nya.
"Terserah" katanya pelan.
"Apa apa? Papa nggak denger" ucap Arnold pura pura tidak dengar padahal dia mendengar nya dengan jelas kalau Tiffany mengatakan 'Terserah'.
"Ck! Pura pura nggak denger lagi" kesal Tiffany melihat tingkah papanya itu.
"Papa bener nggak denger kamu ngomong apa" ucap nya polos.
"Terserah! Aku bilang terserah!" katanya yang kesal dengan situasi saat ini. Sekali kali dia harus mengalah demi kebahagian papanya juga, tidak selamanya dia harus bersikap egois seperti kemarin kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vida [Completed✅]
Teen FictionSomeone said : "everything will change, just a matter of time" Kalian percaya dengan kalimat itu? "Semuanya akan berubah, hanya tinggal menunggu waktu" Hm.. Entahlah menurutku itu tidak hanya sebuah kalimat penyemangat belaka tapi sebuah harap...