Kita sama. Hanya seorang manusia biasa yang lemah dan ceroboh, mencoba tegar hanya untuk menghadapi dunia yang semakin kejam.
🍁🍁🍁
"Tiffany!"
"Eh! Calon papa mertua" ucap Tiffany sambil menunjukkan raut terkejut yang pastinya palsu karena setelah itu dia malah menunjukkan senyum yang membuat Zein, sang dokter jengkel akan itu.
"Jangan panggil saya seperti itu, saya bukan mertua kamu" ketus dokter Zein.
"Aelah pak kan saya bilang calon bukan mertua" ralat Tiffany sambil menekan kata Calon dan mertua.
"Sama aja! Saya bosen liat kamu tau gak" kata dokter zein memulai pemeriksaan.
"Yah.. Kok dokter malah Curhat sih?! Dokter kira saya peduli gitu? Gak" balas Tiffany sambil tersenyum memperlihatkan deretan Gigi nya membuat Dokter Zein semakin jengkel dan mulai mempercepat pemeriksaan agar dia cepat keluar dari ruangan itu.
"Santuy pak! Saya lagi sakit loh! Kasian nih calon menantu kalo gak diperiksa dengan teliti, kali kali sakit nya parah" ucap Tiffany dengan nada sedih yang dibuat buat membuat Dokter Zein gemas dan mengusap kasar wajah Tiffany, Tiffany yang diperlakukan seperti itu hanya tertawa karena dia sudah biasa diperlakukan seperti itu, lain dengan keluarga nya yang terlihat bingung dengan kedekatan keduanya begitupun dengan Ezra.
"Tumben kamu kali ini ceroboh, biasanya selalu waspada" ucap Dokter Zein mengalihkan pembicaraan.
"Saya aja gak tau, kurang fokus kali" jawab Tiffany acuh tak acuh.
"Kurang fokus? Kamu mikirin apa? Pasti kam--"
Sebelum menyelesaikan ucapan nya, Tiffany langsung menyanggah."Iya. Mikirin anak dokter, kan saya sama dia LDR-an kasian kan? Dokter aja yang pelit ngelarang sayang ketemu sama dia. Iya kan? Iya!" kata Tiffany dengan nada cemberut membuat dokter zein memutar bola matanya malas. Sebenarnya bukan itu maksud Tiffany, ia hanya ingin menutup sesuatu agar tidak ada yang menyadari nya.
"Hm. Terserah kamu" ujar Dokter zein yang sudah bosan meladeni Tiffany.
"Ciee calon mertua ngambek, pak nggak usah ngambek ngambek-kan kek bocah deh! sadar umur" ucap Tiffany memandang dokter zein yang memandang nya datar.
"Tiffany" tegur Arnold yang melihat gelagat tidak nyaman dari dokter zein, Tiffany yang ditegur hanya tersenyum lebar sambil memperlihatkan deretan giginya.
"Tidak apa apa Pak Arnold, Tiffany memang seperti ini. Saya sudah kebal dengan sifat gilanya, palingan lagi kambuh" ejek Dokter zein sambil terkekeh membuat Tiffany memukul lengan dokter Zein.
"Dok! Gak baik loh bilang kayak gitu ke calon besan nya. Dosa" ucap Tiffany penuh pengertian.
"Terserah kamu nak" kata Dokter Zein yang sudah selesai melakukan pemeriksaan.
"Dia sudah baik baik saja, syukur makanan yang dimakan hanya sedikit. Tapi dia harus dirawat beberapa hari lagi disini" lanjut Dokter Zein berbicara dengan Arnold dan yang lain. Tiffany yang mendengarkan hanya diam.
Beberapa hari lagi.
'Berarti gue gak bisa kesana dong' batinnya berucap.
Saat sibuk dengan lamunya tiba tiba sebuah telapak tangan mendarat di pipinya membuat dia kembali sadar dari lamun nya. Ternyata Arnold, papanya. Dokter Zein sudah keluar dari ruangan nya dan hanya tersisa keluarga nya disana dan Ezra tentunya.
"Kamu keliatan Dekat banget sama Dokter Zein, kenal dari mana?" tanya Arnold yang duduk di samping tempat tidur Tiffany.
"Udah lama, kenal pas di bandung. Dulu pas aku sakit kajen selalu bawa aku ke rumah sakit dan biasanya dokter Zein yang obatin" ucap Tiffany
![](https://img.wattpad.com/cover/192963610-288-k102225.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vida [Completed✅]
Teen FictionSomeone said : "everything will change, just a matter of time" Kalian percaya dengan kalimat itu? "Semuanya akan berubah, hanya tinggal menunggu waktu" Hm.. Entahlah menurutku itu tidak hanya sebuah kalimat penyemangat belaka tapi sebuah harap...