'Aku hanya menjauh, tapi tidak untuk membencimu'
Arga sedang berbaring di sofa kecil yang berada di kamarnya,dengan satu tangan sebagai bantalnya. Matanya terpejam sepertinya arga tertidur.
Terdengar suara deritan dari arah pintu yang menampilkan wanita paruh baya dibaliknya yang tak lain adalah fani. Bunda arga. Fani berjalan mengendap-ngendap agar tidak menimbulkan suara,ia tidak ingin mengganggu arga yang sedang tertidur, karena arga memiliki indera pendengaran yang sangat peka.
Fani tersenyum hangat saat melihat wajah damai putra sulungnya itu. "Nggak kerasa jagoan bunda udah sebesar ini,"ucap fani pelan.
Kemudian fani mengambil selimut dari kasur arga, lalu menyelimutkannya pada arga. Tangannya mengelus puncak kepala arga sayang.
"Bahagia terus ya bang,do'a bunda selalu mengiringi setiap langkah abang, sampai kapanpun abang adalah jagoan bunda sama papah."ucapnya lagi.
Fani mencium kening arga, fani ingin segera keluar dari kamar arga, karena ia tidak tahan setiap menatap lekat wajah putranya itu membuatnya ingin menangis, dibalik wajah damai itu terdapat banyak luka dan kesedihan di dalamnya.
Walaupun arga tidak pernah menceritakannya,tetapi fani tahu. Karena feeling seorang ibu itu kuat apalagi arga adalah putranya, lahir dari rahimnya,anak yang ia kandung selama sembilan bulan lamanya.
Saat hendak fani melangkahkan kaki,tangannya keburu dicekal oleh tangan arga. "Bunda.."panggil arga dengan suara parau khas orang bangun tidur.
Fani membalikkan badannya lalu tersenyum hangat kepada arga. "Bunda ganggu ya?"ujar fani merasa bersalah.
Arga menggeleng cepat seraya mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menarik tangan bundanya menyuruh untuk duduk disampingnya.
"Bunda,"panggilnya lagi.
"Iya bang,kenapa?"sahut fani.
"Maafin abang ya, dari kecil abang selalu nyusahin bunda sama papah, selalu ngerepotin bunda sama papah, bahkan sampai sekarang pun abang belum bisa membalas jasa-jasa bunda sama papah,"ucap arga panjang lebar, matanya menatap fani sendu.
Fani tersentuh mendengarnya, hatinya berdesir,tangannya mengusap-usap puncak kepala arga. "Kenapa abang bilang gitu?"tanya fani.
"Bunda sama papah nggak pernah ngerasa direpotin sama abang, itu udah kewajiban kami sebagai orang tua,"ucap fani.
"Sakit bunda.."lirih arga.
Pertahanan fani pun runtuh, air matanya luruh,hatinya tersayat ketika mendengar lirihan arga,sedangkan arga menundukkan kepalanya, ia tidak bisa melihat bundanya menangis.
"Abang capek bun, abang nggak tau allah lagi nyiapin hal besar apa buat abang, tapi abang capek bun, rasanya sakit,"ucapnya lagi.
Fani memegang tangan putranya erat, dingin itu yang fani rasakan saat menyentuh kedua tangan putranya.
"Bunda tau abang kuat, apa abang nggak kasian sama agatha? Abang harus inget sekarang abang punya agatha, buka hati abang buat dia, belajar menerima, sesekali abang bagi cerita sama agatha,"balas fani.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA(End)
Teen Fiction[COMPLETED] Warning! ; Alur masih sedikit acak-acakan karena belum di revisi. Arga Orlando Arsenio, laki laki yang memiliki sifat dingin,dan most wanted SMA Taruna. Suatu hari bertemu dengan seorang gadis yang memiliki sifat bertolak belakang darin...