MCSG-7✔

18.7K 1.1K 17
                                    

“Kita tidak bisa memilih

kepada siapa kita akan jatuh cinta.”

-Azzami Fakhri Anggara-


♡♡♡♡

“Aish! Nyebelin banget, sih, Julia. Ah! Gue benci sama dia!” teriak Ayrine sambil menjatuhkan dirinya ke kasur hingga membuat Maya dan Diba terbangun.

“Ada apa, sih?” tanya Maya dengan malasnya. Dia yang tengah tertidur pun terganggu karena Ayrine.

“Gue kesel banget sama si cabe. Ngeselin banget! Udah pendek, item, jelek, palanya lonjong, hidup lagi,” maki Ayrine membuat Maya dan Diba tertawa.

“Ish! Malah ketawa, tega lo pada!” ringis Ayrine.

“Gak boleh gitu! Julia juga makhluk ciptaan Allah. Kalau kamu hina Julia, kamu juga ngehina penciptanya.”

“Iya, bener, tuh,” sahut Diba setuju dengan Maya, “Julia dari dulu emang caper sama Gus Azzam, tapi Gus Azzam selalu nyuekin dia, makanya Julia ngejar-ngejar Gus Azzam terus,” lanjut Diba.

“Kasian banget jadi Julia. Udah capek berjuang, malah gak dihargain,” ledek Ayrine sambil tertawa.

“Ayrine! Gak baik bicarain orang,” lerai Diba.

“Ya, abisnya dia nggak ngaca malah malu-maluin. Gak tahu malu. Muka jelek kayak bebek, malah ngejar yang gantengnya kelewatan,” ledek Ayrine lagi.

“Ih, udah! Jangan gibah!” imbuh Diba karena jika diteruskan pasti akan semakin panjang masalahnya.

“Eh, tunggu dulu! Maksud kamu tadi Gus Azzam gantengnya kelewatan? Cie, Ayrine naksir,” canda Maya dengan diselingi tawanya.

“Apaan, sih. Maya gak jelas!” omel Ayrine dengan jantung yang tiba-tiba berdetak tidak karuan. Semenjak insiden semalam, rasa kesal Ayrine berkurang terhadap Azzam. Ya, memang dia akui Azzam memang tampan, tetapi menyebalkan seperti semalam yang menjailinya.

“Cie, Ayrine muji Gus Azzam,” timpal Diba yang juga ikut menggoda teman sekamarnya itu.

Ayrine semakin salah tingkah. “Eh, gak, kok. Gue nggak ngomong gitu!” elak Ayrine merasa malu sendiri.

“Alah ngaku aja!”

Ayrine tidak tau harus menjawab apalagi. Dia juga tidak sadar saat memuji Azzam tadi. Yang membuat dia aneh, mengapa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Apa dia terkena serangan jantung, pikirnya.

“Enggak! Udah, gue mau tidur!” tutup Ayrine lalu menghela napasnya. Dengan cepat dia pun merebahkan tubuhnya di kasur dan perlahan memejamkan matanya.


♡♡♡♡


Malam ini, Azzam tengah terduduk di kamarnya. Sejak pertemuannya dengan Ayrine, membuatnya selalu memikirkan gadis itu. “Astagfirullah, kenapa dia selalu muncul di pikiranku, ya?” protes Azzam frustasi. Akhir-akhir ini selalu ada bayangan Ayrine di benaknya, selalu Ayrine, Ayrine, dan Ayrine.

“Assalamualaikum, Nak,” salam Naila yang baru saja datang dengan membawa teh hangat dan beberapa butir obat untuk putranya itu.

“Waalaikumsalam, Ummi.”

“Nih, Ummi bawain teh sama obat,” ucap wanita itu sambil menaruh teh yang dibawanya di nakas. Lantas dia menatap putranya yang beberapa hari ini terlihat tak tenang. Dia bisa merasakan apa yang putranya rasakan.

Azzam tersenyum lalu meminum teh itu walaupun sedikit. “Syukron, Ummi.”

“Em, kalau Ummi boleh tahu, kamu kenapa, Zam? Ummi perhatikan dari tadi kamu ngelamun terus. Kamu sakit?” tanya wanita itu dengan raut wajah khawatir.

Meraih Cinta Seorang Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang