MCSG-20✔

18K 1.1K 11
                                    

“Kamu adalah alasanku

untuk selalu memperbaiki diri

dan menjaga hati.”

-Clayrine Azzahra-

♡♡♡♡

Pagi harinya, Azzam mengajak Ayrine jalan-jalan di pesantren. Dia ingin mengenalkan lingkungan pondok pada Ayrine karena Ayrine belum lama juga di sana.

“Zam, percaya atau gak, gue pernah mimpiin lo,” celetuk Ayrine tanpa memandang Azzam. Dia menatap depan sambil membayangkan mimpinya waktu itu.

“Mimpi apa? Coba cerita! Saya mau dengar.”

“Gue mimpi kalau kita sudah punya empat anak. Bayangin aja pagi-pagi gue udah sibuk sama dua bocah yang nangis. Ada yang nyari kaos kaki, ada yang sibuk cari dasi. Mana bayinya juga nangis. Terus lo juga ikutan rese nyuruh gue ini itu. Jujur aja pas udah mimpi itu gue trauma berat,” jelas Ayrine sambil menggeleng.

“Kamu pengen punya anak empat?” tanya Azzam.

“Bismillah dulu kalau ngomong! Sembarangan lo. Dikira kucing bisa lahiran empat sekaligus?”

Azzam semakin merasa gemas dengan perempuan di sampingnya itu. Dia baru pertama kali menemukan yang seperti Ayrine, selalu jujur dan berkata apa adanya.

“Saya juga pernah mimpiin kamu. Mau dengar?” tanya Azzam yang dibalas anggukan oleh Ayrine.

“Kalau di mimpi saya, saya sama kamu lagi duduk di taman atau tempat bagus apalah. Awalnya saya lagi nikmatin pemandangan sendiri. Terus saya kaget, tiba-tiba ada yang meluk. Eh, ternyata itu kamu. Saya kaget setengah mati, takut digerebek warga,” ujar Azzam.

“Masa, sih, Zam?” celetuk Ayrine jail.

“Ada yang lebih parah,” ucap Azzam.

Ayrine langsung menghadap laki-laki itu dengan tatapan mengisyaratkan tanda tanya. Dia penasaran.

“Kamu manggil saya ‘sayang’, Ryn.”

Saat mengatakan itu Ayrine melihat Azzam yang cukup salah tingkah. Dia berdeham beberapa kali sambil memalingkan wajahnya. “Emang kenapa, Sayang?”

Sontak Azzam terkejut sampai menutup mulutnya sendiri sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Istrinya ini kenapa, dia bertanya di dalam hati.

“Sayang, kok diem aja?”

“Udah, Ryn! Saya geli dengernya.” Azzam segera memalingkan wajahnya.

Ayrine pun tertawa. Menurutnya, Azzam sekarang terlihat menggemaskan. “Azzam sayang, udah makan?”

“Ayrine!” tegur laki-laki itu dengan menggeleng, lalu pergi dari sana. Dia sudah tidak dapat menghadapi Ayrine lebih lama lagi, tidak baik untuk jantungnya.

“Lha, kok, kabur? Woy, Sayang! Azzam sayang!” seru Ayrine sambil tertawa melihat telinga Azzam yang memerah, “dasar aneh. Digituin aja malu.” Dia tertawa, lalu menyusul Azzam dengan berlari.

“Ryn, sekarang kita sudah suami istri. Saya harap apa pun yang kamu rasain, sedih atau seneng, bilang ke saya. Atau kamu kalau nggak nyaman, nggak suka sama sesuatu, bilang juga ke saya, ya,” pinta Azzam.

“Iya, lo juga. Jangan cuma diem karena gue bukan keturunan cenayang yang bisa nebak isi pikiran orang.”

Azzam tertawa lalu mengangguk dan mengusap-usap kepala sang istri. “Iya, Sayang.”

Ayrine membulatkan matanya terkejut, lantas dia menghentikan langkahnya dan menatap Azzam. Pipinya sontak bersemu dan juga dia salah tingkah.

“Satu sama,” kata Azzam.

Meraih Cinta Seorang Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang