MCSG-5✔️

20K 1.2K 1
                                    

“Tidak ada pertemuan tanpa sebab.

 Tuhan punya alasan untuk mempertemukan.”

-Azzami Fakhri Anggara-

♡♡♡♡

“Hai, Ustadzah,” sapa Ayrine setelah sampai di ruangan BK. Dia melihat sekeliling lalu duduk di kursi yang ada di sana.

“Biasakan ucap salam sebelum masuk ruangan!” ucap Ustadzah Salma dingin. Dia tidak suka dengan sifat Ayrine yang tidak sopan itu.

Ayrine memutar bola matanya malas. Hal kecil saja dipermasalahkan, belum juga membuat ulah yang lebih konyol, pikir Ayrine.

“Ya. Assalamualaikum, Ustadzah Salma.”

Ustadzah Salma mendengus. “Waalaikumsalam.”

“Ada apa, Ustadzah?” tanya Ayrine.

Ustadzah Salma geram kali ini. Dalam hatinya beberapa kali beristigfar agar tidak kelepasan berbicara yang tidak-tidak dalam menghadapi gadis di depannya itu karena dia bukan tipikal orang penyabar.

“Kamu tidak tahu apa kesalahan kamu?”

Ayrine menggeleng. “Gak mau tahu.”

“Ayrine! Kenapa kamu tidak ikut salat berjamaah di masjid tadi?” Ustadzah Salma berusaha sabar.

Ayrine menghela napasnya. “Saya tadi kesiangan, Ustadzah. Tadi saya udah bilang, ‘kan? Masa lupa?”

“Apa teman sekamarmu tidak membangunkan?”

Walaupun baru kenal, Ayrine tidak mau jika teman sekamarnya terkena marah, apalagi tadi mereka sudah membangunkan dan mengajaknya. Ini memang salahnya yang terlalu malas tadi.

“Mereka ngebangunin saya, kok. Cuman tadi saya ngantuk banget, terus tidur lagi,” jelas Ayrine dengan santai membuat wanita yang lebih dewasa itu mengehela napasnya tidak percaya.

“Ayrine! Kamu itu baru. Tolong jaga sikap kamu! Jangan buat masalah! Di sini beda dengan sekolah kamu yang dulu,” tegas Ustadzah Salma dengan geram.

“Saya juga tahu kalau ini pesantren, siapa bilang ini stadion?” balas Ayrine dengan ketus.

“Baiklah. Jangan ulangi lagi! Sekarang kembali ke kamarmu!” pungkas Ustadzah Salma lalu beranjak pergi dari hadapan Ayrine.

Ayrine pun bergegas keluar dari ruangan Ustadzah Salma. Matanya menyapu area pesantren yang ada di sekelilingnya. Terlihat ada beberapa santri yang sedang menyapu di halaman sana. Matanya yang sibuk menatap sekitar pun hingga tidak memperhatikan seseorang yang sedari tadi berjongkok di depannya dan berakhir Ayrine menabrak seseorang itu hingga terjatuh.

“Eh, lo kalau jalan, tuh, lihat-lihat!” hardik Ayrine sambil mengusap-usap lengannya.

“Kamu yang nabrak, kok, kamu juga yang marah,” sanggah laki-laki itu tidak mau kalah.

Ayrine mengenali suara itu, sontak saja gadis itu berkacak pinggang dan menatap laki-laki itu dengan kesal. Dia kesal, mengapa lali-laki itu ada di mana-mana. Dia jadi berpikir apakah laki-laki itu punya kekuatan teleportasi hingga bisa ada di mana saja.

“Lo kenapa ada di mana-mana, sih?”

Bukan hanya Ayrine, tetapi laki-laki itu merasa bingung mengapa Ayrine ada di mana-mana. Dia juga bosan melihat gadis yang kurang sopan itu.

“Bukan urusan kamu!” jawab laki-laki itu tanpa menatap Ayrine sama sekali.

Ayrine hanya menghela napasnya malas. “Kenapa lo ada di mana-mana? Apa jangan-jangan lo ngikutin gue sampai ke sini, yah?”

Meraih Cinta Seorang Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang