MCSG-8✔

18.6K 1.2K 6
                                    

“Di depanmu aku enggan hanya sekedar menatapmu. Namun, di depan penciptamu aku terang-terangan menyebut namamu di sepertiga malamku.”

-Azzami Fakhri Anggara-

♡♡♡♡

Usai melaksanakan salat subuh, Ayrine memilih berdiam diri di kamar, sedangkan Hanum, Maya, dan Diba mengikuti kerja bakti di luar.

“Gue gak betah di sini! Gue mau pulang!” rengek Ayrine dengan berteriak. Dia sangat ingin pulang. Dia rindu teman-temannya yang ada di Jakarta, teman-teman sekolah ataupun teman-teman rumahnya. Terlebih lagi, dia rindu tawuran, rindu berkumpul dengan gengnya, bahkan dia rindu dengan Ratna.

Karena bosan dan jenuh, Ayrine pun memutuskan untuk keluar dari kamar dan jalan-jalan di sekitar sana. Dia yang melihat sekeliling tanpa memperhatikan situasi di depannya pun hampir terjatuh ketika ada orang yang tidak sengaja menabraknya. Matanya sontak terpejam. Dia pasrah dengan apa yang terjadi nantinya.

Ayrine membelalakkan matanya, merasakan tubuh seseorang menahan tubuhnya. Matanya menyorot wajah seseorang yang kini tidak jauh dari wajahnya. “Elo?”

“Astagfirullah.” Azzam sontak terkejut, langsung melepaskan tubuh Ayrine dari tangannya yang dari tadi menahan. Kini gadis itu benar-benar terjatuh ke tanah.

Ayrine meringis sambil mengusap pinggangnya. Gadis itu langsung saja berdiri dan berkacak pinggang, menatap Azzam dengan galak. “Sakit! Kalau lo gak niat bantuin, ya, gak usah bantu sekalian. Main banting anak orang aja lo!” sungutnya tidak terima.

Azzam berdeham, memalingkan wajahnya ke arah lain hingga membuat Ayrine semakin kesal. Gadis itu mengepalkan tangannya. Seketika terlintas ide jahatnya untuk melempar tong sampah ke arah Azzam, tetapi dia urungkan karena dia tidak setega itu pada Azzam.

“Kamu ceroboh,” ucap Azzam sebelum pergi.

Ayrine tentu tak terima. Dia pun segera mengekori laki-laki itu dengan berdecak. “Heh, Gus! Lo bilang gue ceroboh? Lo kali yang modus! Lo mau ngedeketin gue, ‘kan? Sampai lo ngikutin gue ke mana-mana. Ngaku aja, deh, lo!” tuduh Ayrine dengan kesal.

Sontak Azzam menghentikan langkahnya hingga membuat Ayrine yang terus mengomel itu menubruk punggungnya dan kembali terjatuh.

“Gue kesel sama lo!” pekik Ayrine.

Azzam mengendikkan bahunya. “Terserah.”

“Dasar kutub! Es batu! Kulkas! Tembok! Monster! Beruang kutub! Monster es! Batu! Triplek! Dinding! Ish, nyebelin banget itu orang! Gue doain lo ketubruk sapi!” gerutu Ayrine menggebu-gebu.

“Adaa apa lagi, Ryn?” tanya Hanum yang tiba-tiba menghampiri Ayrine. Dia heran melihat tingkah Ayrine yang kesal sampai menendang batu kerikil di sekitarnya.

“Kesel sama si gus triplek.”

“Udah, gak boleh gitu, Ryn,” tegur Hanum sambil mengusap pundak Ayrine.

“Abisnya nyebelin, Teh. Gue udah ditolongin tadi, udah ditahan biar nggak jatuh. Eh, malah dilepasin. Kan, jadi jatuh. Mana langsung pergi gitu aja,” rengek Ayrine.

Hanum tertawa. “Jangan benci berlebihan ke Gus Azzam, nanti berubah jadi cinta. Hati-hati, nanti jadinya kamu yang naksir balik sama dia. Hayo!”

“Teh Hanum, kok, gitu, ih!” rengek Ayrine lagi.

♡♡♡♡

Kini Azzam tengah duduk di kursi yang berada di balkon kamarnya, menghadap langsung ke arah taman yang lebat akan tumbuhan. Dia biasanya diam di situ saat sedang lelah ataupun membaca buku.

Meraih Cinta Seorang Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang