“Sekeras apa pun aku menolak, pasti akan tetap kalah karena aku bukan siapa-siapa.”
-Clayrine Azzahra-
♡♡♡♡
Kini Ayrine sudah berada di rumah, dia dikelilingi oleh keluarganya. Sebenarnya Ayrine ingin kabur, tetapi tangannya dicekal oleh Alika.
“Ayrine, kenapa kamu selalu cari masalah? Dari kelas sepuluh kamu tetep aja gak berubah, cari masalah. Kamu maunya apa, sih, Nak?” omel Vito frustasi.
“Udah, deh, Yah! Itu urusan aku. Jadi, nggak usah ikut campur!” desis Ayrine tanpa menatap Vito.
“Kamu itu anak Ayah, Ayrine. Urusan kamu jadi urusan Ayah juga. Ayah sayang sama kamu,” ujar Vito.
“Iya, Nak, kita semua sayang Ayrine. Kita maunya kamu lebih baik,” sahut Karin sambil mengusap kepala Ayrine, tetapi langsung ditepis oleh gadis itu.
“Lo nggak usah sok baik sama gue, ya! Gue tahu lo mau nikah sama Ayah karena pengen hartanya, ‘kan? Asal lo tahu, nggak akan ada yang bisa ngegantiin Bunda Syifa di hati gue. Satu hal lagi, gue nggak pernah mau anggap lo ibu gue. Buat gue, lo cuma orang asing di sini! Ngerti, gak?” bentak Ayrine menggebu.
Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi Ayrine. Pipinya kini terasa perih, begitu juga dengan hatinya. Dia menatap sang ayah dengan tidak percaya.
“Ayrine! Kamu nggak boleh ngomong gitu! Kamu dari kecil udah Ayah ajarin etika!” bentak Vito
“Ayah,” lirih Ayrine. Dia tidak habis pikir dengan ayahnya. Pasalnya, pria itu tidak pernah menamparnya, tetapi mengapa pria itu melakukannya sekarang.
Vito memejamkan matanya sejenak, meredakan emosinya. Tidak ada pilihan lain. Semalam dia sudah mengobrol dengan istrinya tentang Ayrine.
“Nggak ada cara lain. Kamu akan Ayah masukan ke pesantren!” tegas Vito.
Ayrine menggeleng. Tentu saja tidak mau tinggal di pesantren. Pasti dia akan semakin menderita. “Aku gak mau!” tolaknya keras.
“Tidak ada penolakan. Bibi yang akan merapikan barangmu malam ini juga. Besok kami antar kamu ke pesantren dan mulai besok kamu mondok!” pungkas Vito tak mau dibantah.
Vito sudah tidak sanggup untuk mendidik Ayrine lagi. Selain dia yang tidak bisa, dia juga takut membuat Ayrine semakin terjerumus dalam pergaulan bebas jika terus dibiarin.
“Aku benci sama Ayah!” teriak Ayrine lalu berlari ke kamarnya. Sekeras apa pun dia menolak, pasti akan tetap kalah dan akan menjalani apa yang ayahnya mau.
Vito menghela napasnya. Dia benar-benar sudah lelah dengan sikap Ayrine yang semakin hari semakin buruk. Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Dia juga tidak mau jauh dari Ayrine, tetapi dia sudah tidak ada cara lain.
Karin mengusap punggung suaminya. Dia turut prihatin. Dia tidak pernah membenci Ayrine karena dia juga pernah mengalami hal ini saat kecil. Tidak mudah untuk menerima orang baru di keluarga. Dia hanya bersabar dan yakin bahwa suatu saat nanti Ayrine pasti akan menerimanya.
“Udah, Mas! Aku yakin, insyaallah Ayrine bisa berubah menjadi lebih baik kalau sudah waktunya,” harap Karin. Dia juga berharap semoga ini keputusan yang baik dan Ayrine bisa berubah menjadi lebih baik.
“Terima kasih, Karin. Maaf atas sikap Ayrine yang tidak sopan kepadamu. Maafin, ya.”
“Iya, gak apa-apa. Aku sayang banget sama dia.”
♡♡♡♡
Sesuai keputusan Vito kemarin, hari ini Ayrine menjadi penduduk baru di pesantren. Sedari tadi gadis itu hanya diam saja. Dia masih marah dengan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Seorang Gus
Teen FictionSUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA Clayrine Azzahra, seorang siswi SMA Garuda yang nakal karena selalu melanggar aturan-aturan sekolah. Dia juga kerap terlibat tawuran antar sekolah. Orang tuanya yang sudah tidak kuat menghadapinya pun...