“Kepada hati yang masih dirahasiakan,
semoga Allah menuntunmu menujuku.”
-Azzami Fakhri Anggara-
♡♡♡♡
Sejak semalam, Azzam dan orang tuanya sampai di Jakarta. Pagi ini, dia hendak membicarakan hal yanh serius dengan abinya. Dia rasa, dia sudah cukup dewasa untuk membicarakan yang sudah dia niatkan.
“Abi,” panggil Azzam pelan.
Pria yang baru saja selesai mengaji itu langsung menoleh, dia mendapati anak laki-lakinya yang terlihat ingin membicarakan sesuatu. “Ada apa, Nak?”
“Azzam lagi jatuh cinta sama perempuan. Gimana menurut Abi? Azzam sudah cerita sama Ummi dan kata Ummi, lebih baik segera minta izin sama orang tuanya.” Dalam hati, Azzam terasa sangat gugup.
Pria paruh baya itu mengangguk. “Abi ikut kamu. Gimana baiknya. Untuk niat baik, jangan ditunda-tunda. Memang siapa dia? Anak pondok?”
Azzam mengangguk. “Ayrine, katanya Ummi, dia anaknya sahabat Abi.”
“Oalah, anaknya Vito? Yang baru masuk itu? Ya, Abi setuju. Nanti kamu juga yang ngejalanin. Mumpung rumah Vito di daerah sini, mau silaturahmi ke rumahnya sekarang?” tawar Hafidz dengan tersenyum.
“Boleh, Bi. Sekalian Azzam mau minta izin sama orang tuanya, tapi keputusan nanti ada di tangan Ayrine sendiri,” jawab Azzam dengan semangat.
“Ya, sudah. Ayo berangkat!”
Setelah setengah jam menempuh perjalanan, pada akhirnya Azzam dan keluarga sampai di rumah Ayrine. Mereka disambut dengan sangat baik.
“Wah, sudah lama gak ketemu, ya, Mas? Gimana kabar sekeluarga? Sehat?” tanya Vito ramah.
“Alhamdulillah, sehat. Kebetulan lagi ada acara di sini. Jadi, sekalian mau silaturahmi,” jelas abi Azzam.
Vito mengangguk. Tatapannya kini beralih kepada Azzam yang sedari tadi hanya diam. “Ini anakmu, Mas? Yang dulu sering nginep di sini, temen mainnya Ayrine.”
Vito dan Karin pun awalnya sangat terkejut ketika mereka melihat Azzam. Pasalnya, mereka berdua pernah bertemu Azzam di sekolah Ayrine yang dahulu dan di pondok. Keduanya di waktu yang berbeda, tetapi dengan permasalahan yang sama, yang tidak lain karena Ayrine bertengkar dengan temannya.
“Iya, udah gede. Udah bisa jadi pengganti saya,” jawab Hafidz sambil tertawa.
“Makin ganteng aja, dewasa juga. Sudah menikah atau belum, Nak??” tanya Vito.
Azzam sontak menatap abinya lalu tersenyum dan menggeleng. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk membicarakan hal itu, pikirnya
“Om, maaf sebelumnya. Bukan maksud lancang dan tidak sopan, tapi kedatangan kami ke sini juga ada maksud lain. Saya ingin meminta izin sama Om untuk mencintai Ayrine. Jika diperkenankan, apakah boleh?”
Keluarga Ayrine pun jelas terkejut. Baru beberapa bulan anak mereka di pesantren, tiba-tiba saja sudah ada yang ingin meminangnya.
“K-kamu serius, Nak?” tanya Vito tak percaya.
Azzam mengangguk tanpa ragu. “Saya sudah jatuh hati sama Ayrine, Om.”
Vito tersenyum. “Kami setuju, Nak, tapi kita juga menyerahkan keputusan itu sama si Ayrine. Pelan-pelan kalau mau meluluhkan, karena dia keras kepala.”
Azzam tersenyum. “Terima kasih, ya, Om. Pelan-pelan saya akan mencoba meyakinkan Ayrine.”
♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Seorang Gus
Novela JuvenilSUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA Clayrine Azzahra, seorang siswi SMA Garuda yang nakal karena selalu melanggar aturan-aturan sekolah. Dia juga kerap terlibat tawuran antar sekolah. Orang tuanya yang sudah tidak kuat menghadapinya pun...