MCSG-3✔️

22.1K 1.1K 5
                                    

“Percayalah, banyak hal tentangku yang orang lain tidak akan pernah mengerti.”

-Clayrine Azzahra-


♡♡♡♡

Seperti biasanya, kini Ayrine dikeluarkan lagi oleh gurunya dan berakhir dirinya berada di rooftop sekolah sekarang. Tatapan kosongnya menatap jauh ke depan dengan sesekali menyesapi rokoknya.

Ya, Ayrine merupakan perokok aktif. Dia sudah merokok sejak kelas sembilan. Dia terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan tidak peduli dengan orang tuanya. Mereka hanya mementingkan kepentingannya dan tidak pernah peduli akan perasaan Ayrine.

Saat pengambilan raport pun, kakak Ayrine yang mengambil. Sejak SD atau setelah kepergian bundanya, Ayrine lebih dekat dengan asisten rumah tangganya, Bi Iyem, dan dia mulai jauh dari keluarganya.

“Ayrine! Apa yang kamu lakukan? Mari ikut saya ke ruangan BK!” Suara itu tiba-tiba mengejutkan Ayrine yang tengah melamun. Sontak saja dia gelagapan untuk menjawab pertanyaan wanita itu.

Ayrine menghela napasnya kesal, sudah dia duga. Dia hanya mengangguk, terlalu malas untuk membela diri di depan Ratna karena akan berakhir sia-sia. Jadi, dia hanya menurut lalu mengikuti wanita itu menuju ruang BK. Kali ini dia tidak banyak bicara.

Setelah sampai di ruang BK, Ayrine diinterogasi. Bahkan orang tuanya dipanggil. Yang membuat Ayrine emosi, mengapa harus ibu tirinya.

“Ryn, ayo pulang!” ajak Karin dengan lembut.

Ayrine hanya mengangkat bahunya, lalu bergegas meninggalkan Karin menuju ke parkiran untuk pulang mengendarai motor miliknya.

Saat sampai di rumah, Ayrine diperintahkan duduk bersama anggota keluarganya. Dia sebenarnya sangat malas sekali untuk hal ini.

“Kenapa kamu jadi gini, Nak?” tanya Vito—ayah kandung Ayrine.

Ayrine hanya diam, mendengarkan musik melalui earphone. Dia tidak ingin mendengar pembicaraan yang menurutnya tidak penting sama sekali.

“Ryn, dengerin Ayah,” ujar Karin lembut.

Alika—kakak Ayrine—langsung menarik paksa earphone yang dikenakan Ayrine. Dia kesal dengan sang adik yang bersikap seenaknya. “Dengerin kalo orang tua lagi ngomong!”

Ayrine menghela napasnya kesal, menatap mereka malas. Lagi pula, sudah bisa dia tebak jika mereka akan menceramahi hal yang sama seperti sebelumnya.

“Kenapa kamu merokok? Itu gak baik buat kamu. Bahaya buat kamu, Ryn,” ucap Karin menasihati Ayrine dengan tutur lembutnya.

“Terserah gue. Bahaya juga buat gue. Kalau mati juga nanti gue gak peduli. Apa urusan lo?” jawab Ayrine sambil tertawa pelan.

“Ayrine! Kamu gak boleh gitu sama Mama!” tegur Vito membuat Ayrine semakin menggeram kesal. Selalu saja seperti itu, pada akhirnya Ayrine yang akan kalah.

“Dia bukan ibu aku!” Ayrine sudah tidak tahan, dia sudah muak. Mengapa semua orang terus menuntutnya supaya menerima Karina sebagai ibu pengganti. Tanpa sadar, dia mengeluarkan air mata.

“Kamu jangan ngomong gitu, Ryn,” timpal Alika sambil mengusap pundak Ayrine lembut.

“Tapi dia bukan ibu kita. Dia orang asing!”

Alika menggelengkan kepala. Sejak awal Ayrine memang tidak mau menerima Karin. Alika tersenyum lalu memeluk Ayrine. “Jangan gitu! Bunda sudah tenang di sana. Yang ikhlas, ya.”

Menurut Ayrine, Karin bukan siapa-siapa, Karin hanyalah orang asing yang datang di kehidupan ayahnya dan berusaha menyingkirkan posisi mendiang bundanya di hati ayahnya. Oleh karena itu, dia membenci Karin.

Meraih Cinta Seorang Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang