“Konsekuensi mencintai adalah harus siap patah hati.”
-Clayrine Azzahra-
♡♡♡♡
“Gue mau balik sekarang!” ucap Ayrine membuat mereka yang bermain kartu menghentikan kegiatannya, lalu menatap Ayrine meminta penjelasan.
“Lo yakin, Bre?” tanya Reno.
Ayrine mengangguk. “Gue harus pulang. Hari ini rombongan gue pulang. Gue gak mungkin kabur juga.”
“Ryn, nanti kalau lo pulang mondok, jangan lupa main atau kumpul sama kita lagi, ya!” pinta Selly.
Ayrine mengangguk, mana mungkin dia akan lupa teman-temannya, apalagi mereka dekat sejak SMP. Dia sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri.
Sesampainya, Ayrine pun memejamkan matanya sejenak lalu menghampiri Hanum yang terlihat panik.
“Alhamdulillah, akhirnya kamu kembali. Dari tadi kita panik cariin kamu. Ke mana aja?” tanya Hanum.
“Sorry, Teh. Tadi cuman nenangin diri. Kebetulan ada temen-temen gue yang dari Jakarta,” jelas Ayrine.
“Iya, gak apa-apa. Yang penting kamu udah balik. Teteh panik, takut kamu kenapa-napa.”
“Ayo ke sana! Kita kumpul sama yang lain.”
Setelah berkemas, para santri dikumpulkan untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan. Lalu setelah itu, mereka pun diperbolehkan naik ke bus masing-masing.
Sepanjang perjalanan, Ayrine pun hanya menatap kosong ke arah jendela bus. Dia memikirkan banyak hal, ke depannya apakah nanti masalah yang akan dihadapi semakin besar. Apalagi ditambah dengan urusan hatinya yang sudah cukup rumit. Tanpa dia sadari, dia terlelap.
Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di pondok pesantren. Hanum memandang Ayrine yang terlelap, dia merasa prihatin dengan sahabatnya itu.
“Ryn, bangun! Kita sudah sampai. Kita ke kamar sekarang, nanti kamu lanjutin istirahat,” ajak Hanum.
Ayrine mengangguk.
Saat Ayrine dan teman-temannya sedang berjalan, seseorang memanggil Ayrine dari belakang.
“Ayrine, maaf. Saya bener-bener minta maaf.”
Ayrine hanya diam. Mengapa jadi orang itu yang minta maaf, walaupun Ayrine belum tahu kebenarannya.
“Iya, Ryn. Saya juga minta maaf karena menuduh kamu kemarin. Saya merasa bersalah,” timpal Azzam.
“Hm, gue maafin,” kata Ayrine lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.
“Makasih, kamu baik, deh.” Arum menggenggam tangan Ayrine, tetapi Ayrine melepaskannya.
“Saya kira kamu yang ngedorong saya, tapi saya kepeleset gamis saya sendiri. Kata santri lain, Julia yang ngedorong saya,” jelas Arum.
“Lagian lo juga, ke puncak, tuh, pakai baju simpel. Malah lo pakai gamis. Mau hiking atau fashion show?” celetuk Ayrine membuat Arum malu sendiri.
“Iya, Ryn.”
“Yaudah, Ning Arum, Gus Azzam, kita pamit, ya. Assalamualaikum,” kata Hanum sambil menarik tangan Ayrine untuk membawa gadis itu ke kamarnya.
“Waalaikumsalam.
“Teh, gue mau ke ruangan Pak Kiai dulu, ya. Tadi Ummi bilang kalau bokap gue telepon. Teteh ikut?”
Sesampainya di sana, mereka dipersilakan masuk. Ayrine pun langsung disambungkan telepon oleh Naila. Selagi menunggu Ayrine, Hanum pun mengobrol ringan bersama wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meraih Cinta Seorang Gus
Teen FictionSUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA Clayrine Azzahra, seorang siswi SMA Garuda yang nakal karena selalu melanggar aturan-aturan sekolah. Dia juga kerap terlibat tawuran antar sekolah. Orang tuanya yang sudah tidak kuat menghadapinya pun...