MCSG-2✔️

27.4K 1.3K 3
                                    


“Hanya di luar aku bisa temukan bahagia

tanpa mengingat luka.”

-Clayrine Azzahra-


♡♡♡♡

Kembali ke sekolah seperti biasa, membuat Ayrine sangat malas, terutama mengikuti pelajaran matematika. Selain karena pelajarannya bisa membuat kepala pening, gurunya juga sangat galak dan juga menyebalkan.

Ayrine dengan malas melangkah menuju ke kamar mandi di kamarnya, lalu melaksanakan ritual mandinya sebelum dia berangkat menuju sekolah. Walaupun masih pagi, rumahnya sudah sangat sepi. Semua sudah kembali pada kesibukan masing-masing dan Ayrine sudah mulai terbiasa dengan hal itu.

“Hai, Ryn, lo mau langsung ke kelas?” tanya Bella setelah Ayrine sampai di koridor sekolah. Dia langsung merangkul sahabatnya itu.

“Eh, lo, Bel. Gue pikir siapa.”

“Ryn, lo hebat, deh. Anak sebelah udah lo kalahin. Belajar bela diri di mana lo?” tanya Bella. Dia pun tidak menyangka bahwa Ayrine sangat pandai bela diri.

Ayrine menggelengkan kepalanya karena dia tidak pernah mengikuti kelas bela diri.

“Ayolah, kasih tahu gue! Biar gue bisa, Ryn. Masa tiap ikut tawuran gue bonyok mulu,” rengek Bella.

“Gue nggak pernah ikut les. Gue sering latihan aja sendiri di rumah,” jelas Ayrine dengan jujur.

Bella pun kembali penasaran. “Ryn, emang ortu lo ngizinin? Lo, kan, cewek. Kalau ortu gue malahan bilang gini, ‘Bella, kamu itu cewek. Harus yang anggun dong! Masa kayak preman pasar gitu’, jadi kesel gue, tuh.”

“Gue nggak peduli kalau mereka larang gue. Toh, mereka lebih mentingin bisnisnya dibanding gue, ya, gue mau apa juga serah gue. Nilai jelek aja ortu bodo amat.”

Bel masuk pun berbunyi, membuat mereka berdua melupakan topik itu dan bergegas masuk ke kelas. Para siswa juga berhamburan masuk ke kelas masing-masing.

“Pagi, Ryn,” sapa Selly saat dia melihat kehadiran sahabatnya itu yang baru saja masuk kelas.

Ayrine hanya tersenyum lalu duduk di bangkunya. Dia langsung saja mengeluarkan buku dan alat tulisnya. Sebenarnya, buku yang dia gunakan hanya satu untuk semua pelajaran. Jadi, tasnya terlihat sangat kecil karena hanya membawa satu buku setiap hari.

“Ada PR gak, Sel?”

“Nggak tahu,” jawab Selly lalu dia bertanya pada teman di belakang bangkunya, “Rif, ada PR kagak?”

Rifa yang termasuk anak rajin dan berprestasi di kelas itu menganggukan kepalanya, lalu berucap, “Ada, halaman lima empat, nomor satu sampai lima. Sekarang dikumpulin.”

Ayrine dan Selly otomatis terkejut. Mereka mana pernah ingat tugas. Hanya ada tawuran dan semacamnya yang ada di otak mereka berdua.

“Astaga gue belum ngerjain!” pekik Selly panik.

“Pinjem buku lo, dong!” rayu Ayrine kepada Rifa.

Rifa mendengus sembari menyerahkan bukunya. Gadis itu berdecak kesal, tetapi dia tetap menyerahkan bukunya pada Ayrine. “Udah gue duga.”

Ayrine pun menyengir. “Hihi, makasih, Rifa.”

Beberapa menit kemudian, Ayrine dan Rifa selesai menyalin semua jawaban Rifa, saat itu juga Pak Aries masuk ke dalam kelas.

“Untung gue udah ngerjainnya,” ucap Ayrine lalu mendesah lega dan dibalas anggukan Selly. Jika tidak mengerjakan, pasti mereka akan dihukum lagi.

“Bisa abis kalau gak keburu. Jantung gue hampir copot tadi,” timpal Selly.

Meraih Cinta Seorang Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang