Byul menghela nafasnya berulang-ulang begitu tiba di rumah Yong. Wanita bersurai ungu tersebut sudah berjalan kesana-kemari selama lima menit lamanya, ia ragu, takut, sekaligus cemas.
Dia sudah biasa tidur dengan wanita tapi itu hanya ketika Byul melakukan hubungan seksual. Kali ini berbeda, dia—berharap—tidak akan melakukan seks dengan Yongsun. Byul dengan tulus datang karena merasa cemas mendengar Yong yang menangis memintanya datang.
"Apa yang harus aku lakukan? Sial, aku tidak bisa berpikir!" Gerutunya berulang-ulang. Ia mengigit kuku ibu jarinya dan kemudian berhenti sambil memegang kedua pinggannya. Ia telah membuat keputusan, dia akan menekan bel itu.
"Iya atau tidak sama sekali! Dewa, tolong aku!"
Ting Tong!
Ting Tong!Jantung Byul berdebar dengan hebat. Ia gelisah dengan keputusannya sampai ia mendengar suara pintu yang terbuka. "Yongsun-unnie?"
Ia melihat kondisi wanita tersebut sudah berantakan padahal baru beberapa jam yang lalu ia melihat Yongsun tersenyum dengan lebar seperti tidak punya masalah apapun. Hati Byul teriris, dia merasa sakit hanya dengan melihat Yong begini.
Byul masuk ke dalam atas perintah Yongsun. Mereka duduk di sofa, dimana Yong hanya bersandar ke sofa tanpa mengatakan apapun. Matanya terlihat lelah dan juga sembab, wajahnya kusut, dan rambutnya juga berantakan.
"Unnie?"
"Hmm?"
"Kau baik-baik saja?"
Yong terdiam sejenak sebelum menghela nafasnya, matanya kembali berair, memudarkan pandangannya. Ia mencoba untuk menahan tangis namun tidak bisa. Yongsun merasa seperti lapisan es yang mulai pecah dan siap mencair.
"Aku.. aku tidak menyangka akan merasa sangat kesepian.." guman Yong sembari duduk memeluk lutut. ".. Padahal ini baru tahun ke dua kami,"
"Unnie.."
"Maaf memanggilmu tiba-tiba kesini, Byul."
"Bukan masalah, aku akan menemanimu, kamu tidak perlu khawatir." Byul memberanikan dirinya untuk mengenggam tangan wanita berambut sependek leher di sampingnya dan tersenyum.
Yong merasakan darahnya berdesir saat bersentuhan dengan Byul. Sensasi hangat dan nyaman dapat ia rasakan kembali. Inilah yang dia cari saat ini. "Byul.."
"Ya, Unnie?"
"Bolehkan aku memelukmu?" Tanya Yong sambil memandang kedua mata Byul dengan lekat. Ia tahu ini terdengar sangat aneh juga bodoh, ia juga takut Byul berpikir yang tidak-tidak, atau bahkan menolaknya.
Namun tidak, Byul hanya mengangguk tanpa banyak bicara lalu mendekap tubuh Yong dengan erat. Ia juga mengusap rambut Yong dengan jemarinya. Sangat nyaman. Yong ikut membalas dekapan tubuh si jangkung. Ia dapat mendengar degupan jantung Byulyi dan merasa itu lucu.
"Unnie.." Byul terdengar berusaha keras untuk memanggilnya.
"Ya?"
"Bisa kita tidur..? A-aku mengantuk."
Yong melepas peluknya. Bagaimana bisa dia lupa kalau Byul juga harus beristirahat. Dia tersenyum dan mengangguk, "Maafkan aku, ayo kita ke kamar."
Kamarnya terlihat sangat minimalis. Byul dapat melihat pemukiman di luar lewat jendela dari kamar Yongsun. Dia menghitung mobil-mobil yang lewat sementara Yong menyiapkan bantal dan selimut untuknya.
"Maaf, mungkin ini akan terasa sempit untukmu."
Byul menggeleng, "Tidak, Unnie, aku tidak apa-apa."
Mereka berdua berbaring di kasur yang sama dan merasa sangat canggung, terutama untuk Byulyi. Dia berusaha sebisa mungkin untuk tetap dalam kewarasannya. Hyejin benar, dia sudah bersuami, dan Byulyi tidak boleh melakukan hal di luar batas.
Ia menghela nafas kasar.
"Byul.."
"Hm?"
"Sekali lagi aku minta maaf,"
Byul menoleh ke arah Yongsun. Ia dapat melihat wanita itu sedang menutup kedua matanya dan menangis kembali. "Unnie.."
"Aku tidak punya siapa-siapa untuk bercerita. Orangtuaku sangat menyukai Eric dan pasti akan membelanya, sementara tidak semua temanku tahu aku telah menikah, dan suamiku adalah seorang penyanyi," papar Yongsun, ia kembali terisak hingga membuat Byulyi merasa bersalah.
Byulyi, tanpa diminta, segera menyeka air mata yang turun dari ekor mata Yongsun. "Unnie, ku mohon jangan menangis. Aku ikut merasa sakit,"
"Byulyi.. Terima kasih,"
Byulyi terdiam. Ini pertama kalinya dia merasa begitu simpatik pada Yongsun. Yongsun yang saat ini hanya ditinggal suaminya yang bekerja sudah seperti ini, apalagi saat Yong tahu suaminya telah berselingkuh?
Ah, perihal itu. Byul menjadi merasa bersalah. Dia tahu pria itu sangat brengsek dan tidak pantas untuk Yong namun ia tidak bisa berkata apapun soal itu pada Yong.
Yong berhak tahu. Wanita ini berhak tahu kalau suaminya bukan lagi pria yang pantas untuk dicintai. Tapi dia tidak bisa mengatakannya; gadis itu tidak bisa menghancurkan rasa cinta Yong yang besar untuk suaminya.
"Unnie,"
"Hm?"
"Apa yang biasa dilakukan Eric-sshi, jika tidur bersamamu?"
Yong nampak berpikir lalu menjawab, "Dia akan memelukku sampai pagi,"
Setelah menjawab, Yong merasakan tangan Byul mengarah di atas perutnya. Byul mendekap dan juga mengusap rambutnya, seperti yang Eric lakukan selama ini.
"Unnie, tidurlah, aku janji akan terus memelukmu sampai pagi nanti.."
Yong tersenyum dan mengenggam tangan Byul di perutnya dengan sangat erat, seolah enggan melepaskan wanita itu. Dia merasa semua kerinduannya pada Eric terbalaskan hanya dengan sosok Byulyi di sampingnya.
"Terima kasih, Byulyi." Ucap Yong sebelum akhirnya terlelap bersama Byul disampingnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/208636259-288-k975679.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Honestly [MOONSUN] [END]
FanfictionKim Yongsun telah menikah dan Moon Byulyi jatuh cinta padanya.