[2]

2.2K 261 2
                                    

Pukul 10.30

Byul mengerahkan seluruh tenaga untuk mematikan bunyi alarm di atas meja. Setelah memastikan tidak ada yang berbunyi lagi, dia siap untuk kembali tertidur. walau tidurnya kembali terganggu sesaat ponselnya kembali berdering, padahal Byul yakin dia sudah mematikan semua alarm yang dia punya.

Ah, rupanya panggilan masuk.

"Halo...?"

"Unnie! Dimana kamu?"

"Seulgi?" Wanita itu segera duduk di pinggiran kasur, ia melihat jam di meja sampingnya, sudah hampir jam 11 siang. Ia langsung membuka matanya lebar-lebar "Ah— sial!"

"Unnie.. Jangan bilang kau lupa.." suara Seulgi terdengar lemah di ujung telpon.

"Tidak, Seulgi! Tunggu disana sepuluh menit aku akan segera turun!" Menyadari bahwa tidak ada sisa waktu, Byul segera mengambil handuk, dan bersiap-siap dengan cepat. Bagaimana dia bisa lupa kalau ada jadwal meeting , Seulgi pasti akan membunuhnya. Tidak perlu waktu lama untuk seorang Moon Byulyi bersiap. Buktinya dia sudah berada di lantai dasar dan masuk ke dalam mobil Seulgi yang terparkir rapi di pinggiran jalan. 

"Pagi, Seulgi-ssi." sapa Byul dengan senyum khasnya.

Seulgi sendiri menggelengkan kepalanya lalu mengoper tas kecil berisi alat make-up dari bangku belakang ke arah Byul. "Aku sudah tahu kau akan terlambat sehabis pesta."

"Jangan marah begitu, aku kan jarang-jarang." Kata Byul sambil merias tipis wajahnya. Seulgi memang asisten yang terbaik, dia selalu mengerti dan menyediakan segala kebutuhan yang diinginkan Byul walau Byul takut kalau Seulgi sudah mengamuk karena semua jadwal yang ia susun dikacaukan oleh Byul. 

"Hah, masa bodo. Untung saja kita masih bisa mengejar waktu," ucap Seulgi sambil mengendarai mobilnya.

"Kali ini perempuan atau laki-laki?"" Tanya Byul setelah dia nampak semakin sempurna dengan riasan akhirnya. Inilah sosok Moon Byulyi yang sebenarnya, yang selalu profesional walau sering lupa waktu kalau sudah berpesta.

"Laki-laki."

Wajah Byul langsung berubah drastis, "Lagi?!"

"Unnie! Dia membayar kita dua kali lipat dari biasanya, kau pikir aku akan menolak alasan gilamu kalau kau tidak ingin menerima lebih dari 4 klien laki-laki?" Seru Seulgi yang nampak kesal dengan tabiat bossnya itu. Jelas saja, mana ada orang yang bekerja pilih-pilih seperti itu? Tidak ingin mempunyai klien laki-laki lebih dari 4 orang pertahun? Bagaimana bisa ia dapat uang kalau seperti itu?

"Akh— Padahal saat kau bilang solois aku sudah membayangkan SUNMI-sunbaenim di layar pantauku. Hah.."

Seulgi terdiam, lebih baik mengalah daripada melawan balik. Tidak akan ada habisnya. Byul  memang selalu seperti itu, tidak jelas. Seulgi masih cukup waras untuk tidak meladeni semua tingkah wanita berusia setahun lebih tua darinya tersebut.

Syukurnya, jalanan tidak terlalu macet sehingga perjalanan mereka hanya memakan waktu sekitar lima belas menit untuk sampai ke tempat pertemuan mereka.

Sebuah restoran berkelas di depan sana membuat Byul serta Seulgi berdecak kagum. Jarang-jarang ada klien yang meminta meeting di restoran seperti sekarang, jelas Byul telah menganggap rendah kliennya. Ia harus benar-benar serius sekarang.

Mereka disapa oleh pelayan dan langsung di arahkan menuju ruangan VIP yang lebih mewah, ruangan yang memiliki koki pribadi, dan pelayan yang selalu siap melayani kapanpun mereka butuhkan.

"Anda bisa duduk disini, Tuan Eric Nam bilang kalau dia akan segera datang. Mohon ditunggu."

Byul duduk dengan manis disamping Seulgi, "Wow, aku salah menilai pria ini. Dia punya selera,"

Honestly [MOONSUN] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang