[28]

866 138 3
                                    

Rumah sakit. Dengan penahanan serius. Yongsun mengalami luka sobek di bagian kening akibat goresan vas bunga yang sengaja dilempar ke arahnya. Dia juga kehilangan banyak darah, para wartawan itu tidak punya hati dengan memperlambat gerakan para medis yang membawa Yongsun turun.

Sementara Byulyi tidak dapat berhenti bergemetar. Dia  mengerang, ia ingin sekali menghantam wajah pria itu ke tanah, dan menghancurkannya. Ia menarik nafas. Sekarang bagaimana? Apa yang harus ia lakukan? Ini adalah akhir yang buruk. Yongsun bahkan dalam kondisi kritis sekarang.

Pikirannya bercampur aduk. Ia bahkan mengabaikan panggilan dari Seulgi dan membiarkan orang-orang melihatnya dengan tatapan aneh. Tak lama kemudian, ia segera bangkit begitu dokter yang menahani Yongsun keluar dari ruangan.

"Bagaimana kondisinya, dok?" Tanya Byulyi dengan cemas. Ia merasa was-was menunggu hasil pemeriksaan.

"Kondisi Kim sudah stabil, bersyukur dia tidak terlambat diberi penahanan. Kalau ingin bertemu pasien, boleh saja, tapi saya minta untuk tidak membuatnya bergerak atau berpikir terlalu berat. Itu akan mempengaruhi lukanya." Ujar sang dokter sebelum membiarkan Byulyi masuk ke dalam. Perlahan, ia menghampiri wanita yang ia cintai itu dan menyentuh telapak tangannya yang masih pucat.

Byulyi mengecup punggung tangannya dan duduk disamping, menemani sampai wanita itu bangun nanti. "Yongsun-ah... Maafkan aku, aku tidak bisa menjagamu dengan baik, maafkan aku..."

Tiba-tiba, pintu unit Yongsun terbuka. Dua orang asing masuk dengan perlahan, membuat Byulyi menjadi waspada. Namun ketika seorang dari mereka mengeluarkan lencana dan berkata kalau mereka dari kepolisian, ia pun menjadi lega. Rupanya kabar telah berbedar luas kalau Yongsun mengalami kekerasan oleh suaminya sendiri dan Eric telah ditahan atas tindakan kekerasan tersebut. Byulyi diminta untuk jadi saksi. Wanita berambut panjang itu pun menyanggupi, ia pun meminta Seulgi untuk datang dan menemani Yongsun selama ia pergi.

Kantor kepolisian juga ramai dengan wartawan, seperti biasa, Byulyi tak ingin banyak bicara. Di dalam sudah ada manajer Eric yang terlihat kewalahan mengurus sang artis. Mereka pun berdiri berhadapan sebelum polisi memanggil Byulyi.

"Moon-sshi, aku tahu ini terdengar konyol tapi aku minta tolong jangan ceritakan apapun, bilang saja ini adalah kecelakaan. Dia tergelincir dan—"

"Bisa-bisanya kau memintaku untuk berbohong dan menutupi kejahatan yang aku lihat dengan kedua mataku sendiri..."

"Kami berjanji akan memberikan imbalan, kau tidak perlu khawatir, berapapun akan kami sanggupi—akh!" Manajer pria itu tersungkur ke lantai begitu Byulyi mendorongnya kuat. Para petugas yang ada di sekitar segera menahan Byulyi.

"... Kalian bajingan sialan! Akan ku pastikan kalian nembusuk di penjara!" Teriak Byulyi sebelum petugas memisahkan mereka berdua.

Samar-samar, Byulyi dapat mendengar teriakan dari sang manajer yang begitu murka, "Yang akan membusuk adalah kau Moon! Kau lihat siapa yang akan menang nanti!"

Waktu demi waktu berlalu, memakan hari. Tepatnya tiga hari, Yongsun masih belum siuman. Luka yang ia dapatkan memang tidak begitu parah, namun kehilangan luka, dan mendapat luka fisik tentu membuat kondisinya menjadi kacau. Ia mungkin saja tidak selamat kalau Byulyi tidak datang.

Berbicara soal Byulyi, rumor semakin banyak berbedar tanpa batas. Apalagi tentang Eric yang dijatuhi hukuman penjara, ia melakukan pencemaran nama baik, fitnah, perselingkuhan, bahkan kekerasan namun dia juga diberi keringanan akibat kesehatan mentalnya yang kurang baik.

Sementara Byulyi, rumor tentangnya tidak begitu berdasar. Pembelaan kekasih, penyelamat, dari yang baik sampai yang buruk. Entahlah. Byulyi juga tidak menanggapi sama sekali. Walau begitu, bisnisnya sedikit goyang. Banyak kerjasama yang batal, kerugian pun memuncak. Ia juga mengalami banyak masalah karena masalah ini.

"Bagaimana kondisinya?" Tanya Byulyi dari balik telfon. Ia belum bisa menjenguk Yongsun karena banyak hal yang harus ia tahani. Ia cuma bisa meminta bantuan Seulgi yang selalu bisa ia andalkan.

Mendengar kalau tidak ada kemajuan, Byulyi mendesah pelan. Semua ini tidak ada apa-apanya jika Yongsun tidak kunjung siuman. Ia rindu wanita itu, ia sangat merindukannya.

"Belum juga siuman?" Dahee muncul dengan dua cangkir teh di tangan. Ia meletakan satu cangkir tersebut di hadapan tamunya, Byulyi. Lalu menyesapnya perlahan.

"Belum. Ku rasa aku akan pergi tanpa berpamitan dengannya."

"Dengar, Byul. Kau tidak harus pergi, oke? Karirmu di Korea boleh saja hancur tapi kau masih punya kesempatan untuk bangkit. Kau tidak harus pergi ke Paris lagi hanya untuk mengulang semuanya...."

Byulyi menggeleng lalu mengeluarkan seamplop tebal berisi sesuatu, "Aku paham, namun bagiku ini adalah cara terbaik. Ini, hanya ini sisa asetku, aku hanya minta kau membantuku menjaga Yongsun selama aku pergi, kau jual saja asetku atau berikan padanya."

"Byul..."

"Hanya kau yang bisa aku percaya, Dahee. Terlepas dari apa yang pernah kau dan aku lakukan, aku percaya kau." Byulyi kemudian bangkit, "Disana juga ada surat dariku untuk Yongsun, berikan padanya kalau dia sudah benar-benar membaik, aku pergi dulu."

Dahee pun hanya bisa berdiam begitu pintu unitnya terkunci otomatis dari luar, tanda kalau Byulyi serius memutuskan untuk pergi. Ia mengambil amplop itu dan membukanya, deposit, surat kepemilikan tanah, dan beberapa aset berharga benar-benar dia berikan. Terutama sebuah surat bertuliskan Untuk Yongsun di dalam sana.

Dahee mendesah pelan, "Kau masih sama seperti dulu, keras kepala, Byulyi..."

Honestly [MOONSUN] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang