Byulyi bekerja seperti biasanya, tetap datang ke studio untuk mengecek seluruh pekerjaan anggotanya satu persatu, membantu jika ada kesulitan, dan bergerak cepat saat ada kesalahan. Projeknya kali ini harus berhasil dan sempurna seperti projek lainnya.
"Hei, Seul. Ada apa?" Tanya Byulyi begitu asisten pribadinya masuk ke dalam studio.
"Eric sudah datang," jawab Seulgi, dia berdiri diambang pintu dan terlihat sedikit cemas.
Byul tersenyum miring, "Oh, lebih cepat dari dugaanku? Suruh masuk langsung saja."
"Tapi—" Seulgi agak ragu mengatakan selanjutnya, jemarinya menepuk-nepuk permukaan pintu, dia juga mengigit bibirnya sendiri.
"Kenapa?"
"Dia bersama Kim Yongsun."
Nafas Byul tercekat begitu mendengar nama wanita tersebut. Wanita yang berhasil membuatnya menjadi gila setelah dua minggu setelah hari itu. Ia menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokannya yang kering lalu mengangguk, "Bawa mereka ke ruang meeting."
Ia menepuk pundak anggotanya untuk membawa hasil jadi pertama video musik milik Eric. Ia harus tetap profesional, kan? Dia tidak pernah mencampuri urusan perasaan dengan pekerjaannya meski sekarang, ia sedang diuji.
Tamu-tamunya sudah duduk di ruang meeting dengan tenang bersama Seulgi sesudah Byulyi masuk ke dalam, menyapa mereka satu persatu. Yongsun terlihat semakin cantik dengan rambutnya yang blonde dan riasan yang sedikit "berani".
Byul duduk dengan helaan kasar sesaat ia sadar kalau wanita tersebut tidak membalas senyumnya bahkan tatapan matanya sama sekali. Ia pun meminta Seulgi untuk memutar video hasil pertama langsung di depan mereka.
Lima menit setelah itu, ia mendengar tepuk tangan meriah dari tamu-tamunya juga pujian yang sudah biasa ia dengar; "Kau hebat, Moon-sshi.", "Seperti yang sudah diekspetasikan!", atau "Keren sekali!".
Meskipun mereka terlihat puas, Byulyi tetap meminta kritik juga saran dari mereka. Mayoritas berkata kalau itu sudah bagus dan tidak perlu ditambah lagi, Eric bilang kalau dia ingin warna di video tidak terlalu kontras, dan tiba giliran Yongsun yang memberikan opininya.
"Bagaimana, sayang? Itu bagus, kan?"
"Bagus. Suamiku terlihat sangat tampan dan keren, pasti penggemarku sangat menyukainya."
Semua orang disana tertawa—terkecuali Byulyi. Ia menyembunyikan kekesalannya dibalik senyuman tipis sebelum membubarkan pertemuan mereka. Byulyi segera berlari ke toilet, meredam kemarahannya. Yap, perasaannya sudah sedalam itu dicampur luka atas penolakan Yongsun terhadapnya.
Ia berusaha melupakan bagaimana sakit hari itu baginya namun dia tidak bisa, dia marah juga dendam. Ia mengehela nafasnya dengan kasar untuk kesekian kalinya sebelum ia melihat wanita yang tidak asing masuk ke toilet dan berdiri di sebelahnya.
Byulyi hanya memandang wanita itu dari jendela sementara dia nampak tidak mempedulikannya, ia menyalakan kran, dan mulai mencuci tangan juga menata kembali riasannya.
Suasana itu sangat canggung bagi Byulyi. Dia terlihat ingin sekali mengatakan sesuatu pada wanita tersebut karena bagaimanapun, ia amat merindukannya. Ia melirik lagi ke arah Yongsun yang sudah selesai merias diri.
"Kerjamu bagus," guman Yongsun sebelum ia membereskan riasannya.
"Terima kasih." Byul melirik ke arahnya. Ia siap untuk beranjak keluar. "Tunggu!"
Yongsun berhenti lalu menoleh ke arahnya. Byulyi mengusap leher belakangnya, "Aku... Minta maaf,"
"Untuk?"
"Telah mencampuri urusan rumah tanggamu,"
Byul mendengar wanita itu mengehela nafas dan berjalan mendekat ke arahnya. Begitu ia mendongak, ia sudah langsung terdorong ke arah wastafel, tubuhnya dihadang oleh kedua tangan Yongsun, dan jarak wajah mereka hanya sepersekian senti meter. Tubuh Byulyi merinding.
"Kau juga lupa minta maaf akan satu hal, Moon Byulyi-sshi..."
Byul menelan ludahnya. Ia berusaha fokus pada dirinya sendiri karena kalau tidak, dia mungkin sudah melahap bibir merah Yongsun dengan rakus. Byulyi mendesah pelan saat ujung kuku Yongsun menyentuh daun telinganya, tubuhnya melemas, dan seluruh bulu kuduknya berdiri.
Wanita berambut ungu tersebut tidak sanggup menahan desahannya saat Yongsun berbisik sangat dekat ke arah telinganya lalu menjilatnya perlahan, "Kau mau tahu apa kesalahanmu yang lain?"
"Kau juga membuatku sulit melupakanmu." Yongsun melumat telinga Byulyi hingga wanita tersebut tersentak.
"Y-yongsun... Hahh...." Byulyi tidak bisa menahan gejolak aneh di bawah perutnya. Ia meremas lengan blazer hitam Yongsun dengan kuat. Yongsun turun ke lehernya, mengendus disana, juga menciuminya membuat gejolak itu semakin besar.
Byulyi mulai mendengar derap langkah mendekat ke toilet. Ia mengerang. Sial, mungkin saja itu anggotanya yang lain atau mungkin saja Seulgi. Tidak boleh ada yang melihatnya begini dengan istri kliennya! Ini situasi berbahaya.
"Yong—Akan ada orang lain yang melihat kita!"
"Lalu?" Yongsun semakin jahil, ia kembali turun ke leher Byulyi, mengecupnya berulang-ulang.
Derap langkah itu semakin dekat dan Yongsun juga tidak berniat untuk berhenti. Byulyi mulai pasrah. Dia menutup matanya lekat-lekat sampai ia mendengar suara Seulgi dari balik pintu.
"Yongsun-sshi?"
"Oh, hai Seul."
Byul membuka matanya dan menyadari kalau Yongsun sudah ada di ambang pintu bersama Seulgi.
"Ah– Suami anda mencari anda,"
"Duh, pasti aku kelamaan deh. Maaf ya sampai membuatmu repot. Sampai jumpa,"
Begitu Yongsun keluar, Seulgi buru-buru menghampiri atasannya yang terlihat sangat marah, dia bahkan memukul dinding yang tak berdosa. "Ya, apa yang terjadi?"
"Sialan. Dia pikir dia bisa mempermainkanku?!"
"Siapa—Ah, ku rasa aku tahu apa yang terjadi." Byul mengerutkan dahi. Seulgi langsung menunjuk ke arah lehernya, membuat Byulyi menghadap lagi ke cermin dan melihat jejak lipstick merah di lehernya.
Byulyi tertawa kesal, ia seperti merasa di remehkan. "Sialan... Wanita itu benar-benar,"
Sementara Kim Yongsun baru saja kembali ke suaminya. Eric terlihat tersenyum sangat lebar menyambut kembali sang istri ke dalam mobil, ia juga mengecup kening istrinya. "Kenapa lama sekali, hm?"
"Aku sedikit berbincang dengan Moon-sshi soal MV-mu, sepertinya kami lupa waktu."
Eric mengangguk, "Aku tidak pernah tahu kamu akrab dengannya."
"Apa itu sesuatu yang buruk?" Tanya Yongsun hingga membuat Eric tertawa. Tangannya terarah mengusap rambut panjang Yongsun.
"Tentu saja tidak, aku senang kalau kamu bisa bergaul dengan orang di lingkungan kerjaku!"
Yongsun mengangguk-angguk, "Kalau begitu jika aku mengajak Byulyi untuk berpergian ke luar kota minggu ini, boleh?"
"Tentu saja!"
Yongsun menunggingkan senyum penuh makna sebelum akhirnya duduk bersandar lega, "Terima kasih, sayang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Honestly [MOONSUN] [END]
FanfictionKim Yongsun telah menikah dan Moon Byulyi jatuh cinta padanya.