Yongsun mendapatkan pesan bahwa suaminya berada di salah satu klub ternama di kota, bersama dengan dua gadis yang sedang menggodanya, ia mendapatkan video itu dari nomor yang sama seperti yang lalu-lalu.
Ia merasa panik juga marah, tanpa berpikir panjang langsung menaiki taksi menuju lokasi. Disana begitu banyak orang hingga ia kesulitan mencari sosok suaminya disana. Pengelihatannya buruk, ia juga tidak kuat dengan asap rokok, dan bau alkohol yang menyerbak.
Tiba-tiba saja, pinggangnya ditarik, bau alkohol yang pekat mulai menganggu indera penciumannya. Suara tawa pria membuatnya bergemetar. Yong sedang dipeluk seorang pria asing. Ia merasakan tangan pria itu berada di bokongnya, meremas, dan memukulnya.
Yong berusaha melawan, ia mendorong pria itu tapi pria tersebut hanya tertawa mengejeknya, dan berusaha menciumnya. Ia kalah kuat. Juga tidak bisa berteriak minta tolong.
Syukurnya, seseorang langsung datang dan memukul kepala pria itu dengan botol soju kosong. Pecahan itu tidak mengenai wajah Yongsun dan dia berhasil melihat pria itu tersungkur kesakitan karena orang tersebut menghantam wajahnya dengan lutut.
Semua orang menjerit saat orang itu menyerang kembali pria bajingan tersebut dengan pukulan bertubi-tubi sampai dua wanita datang dan memisahkan.
"Pria bajingan! Akan ku bunuh kau! Maju kalau berani!"
Yongsun tidak bisa melihat rupa orang tersebut namun saat mendengar suaranya, ia mengenali itu suara Byulyi. Ia berusaha berdiri namun kakinya masih lemas. Seseorang menyentuh pundaknya.
"Kau tidak apa-apa...?!" suara wanita itu terdengar khawatir. Yongsun mengadah, matanya mengeluarkan air mata, memburamkan semuanya.
"... Aku—" tapi samar-samar ia bisa melihat sosok wanita ini saat lampu panggung mengarah ke arah mereka. Wanita ini melebarkan pandangannya.
"Nam Yongsun?"
"Hwasa-sshi?"
"Kau baik-baik saja?! Bisa berdiri?" Hyejin membantunya berdiri, membawanya ke tempat yang aman, yang lebih terang.
***
"Unnie! Sini tanganmu! Ini terluka!" karena terlalu erat mengenggam botol, tangan Byulyi tergores. Beberapa pecahan beling itu juga mengenai tangannya yang selalu terlihat putih pucat tersebut.
"Pria itu.. Akan ku hancurkan dia.. Berani-beraninya—" umpatan Byulyi harus berhenti saat ia melihat Hyejin membawa seseorang yang ia kira hanyalah halusinasinya saja. "Yongsun?"
"B-byulyi?"
Byulyi langsung berdiri dari sofa dan mendekati Yongsun, ia terlihat pucat dan ketakutan, namun syukurnya tidak ada satu pun luka. Byulyi segera tersenyum lega dan memeluknya erat.
"Kau baik-baik saja sekarang, Yong-unnie, kau baik-baik saja. Tenanglah, ada aku disini," bisik Byulyi sesaat ia merasakan bahu Yongsun yang bergemetar. Wanita itu tiba-tiba memecahkan tangisnya di pelukan Byulyi.
Hyejin menepuk pundak Wheein, meminta izin untuk keluar, ia mengenal pemilik bar ini dan rasanya ia harus bertanggung jawab atas kekacauan Byulyi tadi. Wheein pun mengangguk. Begitu Hyejin keluar, ia langsung menuju ke lokasi kejadian.
Pria yang tadi sudah dibawa pergi ke rumah sakit sementara kumpulan orang yang memadati tempat tadi sudah mulai membubarkan diri. Sisa seorang pembersih ruangan yang bekerja membersihkan sisa-sisa pecahan dan juga bercak darah.
Hyejin mendengus kesal, ini tidak seperti yang dia harapkan. Ia pun melangkah ke tempat yang lebih sepi, lantai tiga, ruang karaoke. Ia memasuki sebuah ruangan dengan lagu yang berdentang.
"Ah, Hwasa?" begitu dia masuk, seorang pria yang sedang bernyanyi didampingi dua wanita seksi langsung berhenti.
Ia tersenyum, "Kenapa berhenti? Aku kesini karena aku mendengar kau ada disini. Bagaimana? Apa ruang karaoke ini sangat nyaman?"
"Benar-benar nyaman, aku tidak tahu kau dan Loco-sshi akan bekerja sama untuk hal seperti ini," pria itu tertawa kecil, "Ngomong-ngomong, Hwasa.. Apa terjadi sesuatu di bawah? Sebelum aku ke atas, aku mendengar suara ribut. Apa yang terjadi?"
Hyejin terdiam beberapa saat dan cuma menuangkan soju ke gelas kecil milik pria tersebut, "Hanya masalah kecil, tamu prioritas sepertimu tidak harus mempedulikannya."
"Aku kesini hanya untuk menanyakan itu saja kok. Semoga kau puas dengan pelayanan yang ku berikan, oke, Eric-sshi?"
***
Yongsun terlihat lebih tenang dan sekarang ia tengah membalut tangan Byul yang terluka dengan telaten. Byul cuma mengamatinya, ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan sekarang ini; seperti marah juga sedih. Sangat menyebalkan.
"Selesai..." suara Yongsun masih terdengar parau, meskipun demikian, ia memasang senyumannya dengan lembut.
"Terima kasih,"
Wheein kembali dengan dua gelas berisi air hangat untuk kedua wanita tersebut dan duduk di samping Byulyi. "Yongsun-sshi, apa anda tidak apa-apa sekarang?"
"Iya, aku sudah membaik. Terima kasih telah membantuku,"
"Kenapa kau ada disini? Kelihatannya kau tidak biasa di tempat seperti ini," Byul langsung menyikut perut Wheein ketika ia menanyakan hal tersebut.
"Uh— itu..." Yongsun mendadak menunduk, ia mengulum bibirnya. Tidak. Ia tidak bisa mengatakan ia kesini untuk mencari suaminya. Nama Eric bisa hancur.
"Kau baik-baik saja, Yong?"
Belum sempat Yongsun menjawab, Hyejin sudah kembali dari luar. Ia tersenyum tipis dan segera menghampiri Yongsun. "Apa kau baik-baik saja, Yongsun-sshi? Mau ku antar pulang?"
"U-uhh, terima kasih. Aku bisa pulang sendiri,"
"Jangan!" seru Byulyi, "Aku akan mengantarmu pulang."
"Tapi tanganmu—"
"Aku masih punya satu lagi." Byul mengangkat tangannya yang masih utuh ke udara. "Aku akan pulang, maaf membuat keributan disini. Aku akan mengantarnya pulang,"
"Hah, baiklah, kalau itu Moon Byul-unnie, aku yakin!" seru Wheein. "Baik-baik di jalan!"
Byul pun menggandeng tangan Yongsun ke arah parkiran di temani oleh Wheein dan Hyejin, mereka juga memutuskan untuk pulang. Di dalam mobil, selepas berpisah, Byulyi berdeham dan memandang Yongsun yang ada di sampingnya.
Ia terlihat sangat lesu, matanya sembab, dan terlihat memikirkan sesuatu yang serius. Sangat serius sampai dia tidak sadar kalau Byulyi malah membawanya ke rumah Byulyi.
"Eh? Dimana ini?"
"Rumahku, turunlah..."
"U-uh, tapi—" Yongsun ragu-ragu turun dari mobil Byulyi dan mengikuti wanita itu ke dalam lift.
"Maaf kalau aku malah membawamu kesini, tapi kau terlihat sangat lelah, dan sepertinya aku tidak bisa mengemudi terlalu lama." Byul terkekeh pelan.
Yongsun menghela nafas dan mengalah. Dia tidak bisa memaksakan kehendaknya juga. Bagaimanapun Byulyi telah membantunya dan ia juga merasa sangat lelah. "Baiklah. Terima kasih,"
Byulyi tersenyum dan membawa Yongsun masuk ke dalam unitnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Honestly [MOONSUN] [END]
FanfictionKim Yongsun telah menikah dan Moon Byulyi jatuh cinta padanya.