10 Tahun yang lalu ...
"Unnie... Kamu mau kemana?" Byul mengucek matanya, dia keluar kamar dengan kaos hitam besar yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Ini jam 3 pagi dan dia yakin wanita di depannya itu tak punya jadwal sepagi ini.
"Aku ada urusan, Byul. Kamu kembalilah tidur,"
"Urusan? Dengan siapa? Tidak bisakah kamu tinggal sampai nanti pagi, Unnie?"
Wanita itu menghampiri Byul, mengecup bibirnya, dan mengusap wajah Byul yang masih mengantuk. "Maafkan aku, Byul. Aku janji akan meluangkan waktuku kapan-kapan. Aku pergi dulu,"
Byulyi tidak punya pilihan lain selain mengangguk, ia memeluk wanita yang lebih tinggi darinya itu dengan erat, lalu tersenyum manis. "Baiklah, hati-hati di jalan, Dahee-unnie..."
***
Waktu itu, Byulyi masih terlalu muda dan terlalu bodoh. Dengan mudahnya dia percaya kalau cinta itu selalu berakhir dengan bahagia. Dia hanyalah wanita lugu yang habis ditololi dan dimanfaatkan oleh wanita lain.
Dengan desahan kuat, Byulyi memandangi layar komputernya. Bertahun-tahun berlalu semenjak saat itu dan Byulyi berharap dia tidak akan pernah melihat wanita itu lagi disepanjang hidupnya.
Tapi pertemuannya dengan Lee Dahee terjadi dan dimana saat itu ada Yongsun disana.
Yongsun.
Wanita itu pasti kebingungan, dia seharusnya lebih bisa menjaga sikap agar tidak ada oranglain yang salah paham, sekarang Yongsun pasti berpikir ada sesuatu yang tidak beres antara dia dan juga Dahee.
Perlahan, Byul menekan salah satu file musik yang sempat dia buat setahun setelah ditinggal Lee Dahee, lagu itu berjudul WEIRD DAY; lagu tentang dirinya yang selalu kesepian, takut akan hari esok, juga hilang dalam pikiran. Ini lagu pertamanya juga lagu yang selalu ia putar tiap malam tiba.
Sayangnya lagu ini terlalu menyakitkan untuk dipublikasikan.
Ia mendesah lagi. Ia sempat kepikiran kalau saat ini akan tiba, dimana dia akan bertemu lagi dengan Dahee, dan membayangkan dengan tangguh ia menghadapi wanita itu sayangnya dia tidak setangfuh yang ia pikirkan.
Lagu itu akhirnya diputar lagi untuk pertama kali dalam dua tahun belakangan, Byul kembali mengingat bagaimana menderitanya ia saat itu, bagaimana dia tidak bisa membedakan mana mimpi, mana kenyataan, pokoknya semua sudah sangat hampa.
Ia menghabiskan waktunya di siang hari dengan bekerja dan di malam hari dengan membawa pulang gadis asing yang ia temui di bar, menidurinya, dan melupakannya esok hari. Selalu seperti itu sampai akhirnya ia harus lebih fokus karena karyanya mulai diakui banyak orang.
Byul akui dia sudah tidak lagi sempat pergi ke bar, dia lebih memilih pulang, lalu menyelesaikan beberapa tugasnya seperti merevisi bagian-bagian video, mengedit beberapa bagian, atau membuat lagu. Dia lebih ingin produktif karena ia yakin ini lebih bisa membantunya untuk melupakan Dahee.
Begitu lagu terhenti di detik terakhir, Byul menutup kedua matanya lalu membuka secara perlahan. "Aku berharap ini hanyalah mimpi buruk," bisiknya.
***
Yongsun masih memandangi foto suaminya yang dikirimkan oleh seorang yang asing, kali ini berbeda, foto kali ini lebih jelas, mereka sedang duduk bersama disebuah restoran mewah, nampak sangat mesra.
Dia berharap ini semua hanyalah mimpi yang buruk,
Dia yakin sebentar lagi dia akan terbangun dengan Eric disampingnya, mereka akan bangun di hotel yang sama saat pertama kalinya mereka bulan madu, saling memeluk, dan tersenyum dalam tidur.Tapi ini semua terasa sangat nyata, Yong merasakan dadanya sesak. Tangisnya pecah lagi. Kenapa Eric melakukan ini padanya? Apa salahnya dalam dua tahun ini? Siapa yang tega melakukan ini padanya?
Penggemar Eric?
Pembencinya?
Orang iseng?
Artis lain?
Siapa?Yongsun tidak dapat berpikir jernih. Ia hanya berusaha untuk menarik nafasnya lalu membuang perlahan. Dia harus tegar. Yongsun tidak selemah ini. Dia harus bertanya perihal ini kepada Eric nanti, saat dia kembali.
Kalaupun ia mengingat untuk bertanya, ia tidak siap untuk mendengar jawabannya. Tubuhnya tersentak saat mendengar suara knop pintu yang terbuka, ia segera menghapus air matanya, lalu keluar dari kamar. Ia melihat Eric dengan keadaan mabuk.
"Sayang!" Pria itu dibantu oleh manajernya masuk, ketika pria itu direbahkan di sofa, sang manajer pamit untuk pulang. Mereka baru saja menyelesaikan tur dan pasti melalukan pesta untuk merayakannya.
"Eric?" Yongsun menghampiri sang suami di sofa, Eric sendiri tersenyum seperti orang bodoh. Dia menyentuh pipi istirinya lalu terkekeh.
"Yongdonnie, Kenapa kamu menangis? Apa kamu merindukanku? Maafkan aku..."
"Eric.. Ayo, ganti bajumu..."
Namun Eric malah mendekap dan mengecup bibirnya. Yong hanya terdiam, mulai terbawa dalam suasana, ketika Eric mulai menariknya dan meniduri tubuhnya di sofa, Yongsun memalingkan wajah.
"Maaf, aku sedang bisa. Kau pasti lelah juga.." Tanpa sadar air mata Yongsun turun, ia tidak bisa melakukan ini dengan suaminya setelah melihat foto-foto itu ditambah lagi, ia mabuk.
"Kau benar... Yongdonnie memang pengertian sekali..."
Mereka pun pindah ke kamar, berbaring berdua, sambil berpelukan. Harusnya Yongsun bahagia, ia sangat merindukan suaminya ini, dan akhirnya ia ada disini, berbaring di sampingnya, memeluknya, tapi kenapa rasanya sangat sakit? Kenapa dia ingin menangis?
Yongsun tidak bisa tidur malam itu dan hanya menangis dalam keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honestly [MOONSUN] [END]
FanficKim Yongsun telah menikah dan Moon Byulyi jatuh cinta padanya.