[29]

828 129 3
                                    

Yongsun membuka matanya untuk pertama kali setelah beberapa minggu mengalami fase kritis. Hal pertama yang ia rasakan adalah rasa sakit disekujur tubuhnya, juga tenggorokan yang kering. Ugh. Dimana dia sekarang?

Dia bisa melihat seorang wanita dengan rambut pendek sedang duduk bersila diatas kursi membelakanginya, menonton telivisi, siapa dia? Mungkinkah, Byulyi?

"B-byulyi?"

Wanita itu menoleh secepat mungkin. "Yongsun-sshi?!"

"Seulgi...? Byulyi mana? Aku dimana?" Entah mengapa tiba-tiba rasa panik bergejolak, melihat Seulgi yang segera menekan tombol darurat membuatnya takut. Seluruh selang infus  ini, sebenarnya apa yang terjadi? Dimana Byulyi? Kenapa dia menghilang disaat seperti ini...?

Dinginnya permukaan stetoskop membuat Yongsun tidak nyaman, namun dokter muda itu memintanya untuk bersabar. Dokter Wendy namanya, dia terlihat sangat cantik juga ramah. Ia memiliki rambut pendek dengan rambut seputih salju, terlihat nyentrik memang. Wajahnya juga sangat cantik, ia terlihat lebih cocok menjadi seorang idol daripada dokter.

"Apa kau merasakan rasa nyeri atau sakit di kepalamu?" Tanya Wendy dengan ramah. Yongsun mengangguk. Tubuhnya terasa amat kaku dan berat, kepalanya juga sakit. Wendy bilang itu karena dia sudah pingsan cukup lama dan luka di kepalanya juga sedang dalam masa penyembuhan. Yongsun pun terkejut, selama itukah dia tidak sadar?

"Hampir sebulan," jawab Seulgi yang setia menemaninya selama ini. "Jadi wajar kalau merasa kaku diseluruh badan."

Yongsun menghela nafas pendek, "Aku tidak pernah sekaku ini sebelumnya, aku harus banyak bergerak."

Seulgi buru-buru menahan Yongsun sebelum ia memaksakan diri untuk bangun dari kasur. "Jangan, Kau masih harus istirahat." 

Kesal, Yongsun cuma bisa mengikuti kemauan wanita muda itu saja. Ia kembali berbaring dan menghela nafas bosan. "Kapan Byulyi kesini, hm? Sedaritadi dia tidak muncul? Apa kau sudah mengabarinya?"

Mendengar celotehan mengenai Byulyi, Seulgi hanya bisa mengigit bibir, membuat Yongsun menjadi curiga. "Seulgi, kenapa kau terlihat panik begitu?"

"Uh, itu..." Seulgi hendak saja menceritakan apa yang terjadi namun seseorang masuk ke dalam tanpa memberi salam. Kedua wanita itu terkejut dengan kehadiran Lee Dahee yang mendadak. "Dahee-sshi!"

"Dahee?"

Ia melepas kacamata hitamnya lalu menunggingkan senyum tipis. "Aku buru-buru meninggalkan lokasi syuting setelah mendengarmu siuman. Bagaimana kondisimu, Kim Yongsun?"

"Kenapa kau disini? Dimana Byulyi?"

"Sebegitu rindunya, kah kau dengan Byulyi? Satu-satu. Sebelum kau tahu dimana Byulyi berada, lebih baik pikirkan dulu kesehatanmu, keluar dari sini, dan mandirilah. Seulgi akan mengurusi semua untukmu, dia adalah asistenmu sekarang." Jawaban Dahee membuat Yongsun semakin bingung. Dia hendak bertanya kembali namun terpotong oleh Dahee, "Aku tidak bisa lama disini, Seulgi jaga dia dengan baik ya. Sampai jumpa,"

"Apa-apaan itu? Hei, Seulgi. Jelaskan semuanya padaku... Kenapa kau menjadi asistenku? Sebenarnya apa yang terjadi?"

Seulgi mendorong lembut pundak Yongsun agar dia berbaring di kasurnya lalu menepuk pelan, "Tenang saja, Yongsun-sshi. Aku akan menceritakannya setelah kondisimu membaik,"

Tidak berlama-lama, kondisi Yongsun semakin membaik hari demi hari. Semua karena Yongsun bukan tipikal wanita yang manja, ia sangat aktif, dan juga rajin mengikuti saran dokter. Besok, ia pun bisa pulang. Rasanya senang bisa bebas dari rumah sakit, meski terasa seperti ada yang kurang. Byulyi sampai sekarangpun tidak menjenguknya.

Ia rindu Byulyi, kemana dia pergi dan apa yang sedang ia lakukan? Seulgi tidak pernah menjawab dan selalu mengelak, Dahee pun sama. Ia menjadi sedikit khawatir.

Begitu mobil yang Dahee kirim sampai, Seulgi segera memasukan semua barang ke dalam bagasi dan ikut pulang. Yongsun sangat rindu aroma khas apartemen yang Byulyi pinjamkan padanya saat kabur dulu. Ia jadi semakin merindukan wanita itu.

"Seulgi," panggilnya setelah duduk di sofa. Seulgi yang sedang memesan makan malam segera menoleh. Pandangan mereka bertemu. Kali ini, Seulgi tidak bisa mengelak. "Dimana Byulyi?"

Begitu pertanyaan itu terlontar, Seulgi hanya terdiam. Ia nampak memikirkan alasan untuk berpaling, namun Yongsun melanjutkan perkataannya. "Semua barangnya tidak ada disini, kemana dia pergi?"

"Yongsun-sshi..." suara Seulgi terdengar lirih. Ia menunduk perlahan, kabur dari tatapan Yongsun yang membuatnya sesak nafas. Ia pun menceritakan semuanya kepada Yongsun, tentang kasus Eric dan dirinya yang membuat heboh seluruh media, kondisi Byulyi yang selalu diburu banyak orang, tentang bagaimana Byulyi harus kehilangan banyak investor juga klien karena dia dicap seorang lesbian, dan juga tentang kepergian Byulyi dengan memberikan semua aset kepadanya.

Semuanya terasa tidak nyata bagi Yongsun, terlebih saat Seulgi memberikannya seluruh surat kepemilikan dari Byulyi untuknya. "Dahee-sshi memberikan itu kemarin sebelum kau bangun, dia bilang bahwa tugasnya telah selesai, dan memberikan itu padaku."

Yongsun memandangi semua surat itu dengan perasaan campur aduk. Namun tiba-tiba, air mata Yongsun menetes, jatuh mengenai sebuah kertas bertulis tangan Byulyi. Sebuah surat dari Byulyi sebelum dia pergi. Untuk Yongsun.

Kepada,
Yongsun-unnie.

Hai, Unnie.
Bagaimana kabarmu? Sudah sehat?
Maaf, aku tidak bisa ada bersamamu saat ini. Banyak hal yang telah terjadi dan aku rasa kepergianku akan membawa dampak baik untukmu. Ini bukan berarti aku akan meninggalkanmu, tidak. Tentu tidak. Aku cuma pergi sebentar sampai keadaan membaik.

Mungkin kau sudah dengar dari Seulgi, mungkin Dahee soal kondisiku sekarang. Tapi, aku minta jangan salahkan dirimu, aku tidak ingin kamu merasa bersalah. Ini bukan kesalahan siapapun. Semua terjadi pasti karena ada alasannya.

Maaf kalau aku tidak bisa mengucapkan selamat tinggal dengan benar padamu. Waktu itu kamu masih kritis, belum juga siuman. Sangat berat untukku meninggalkanmu waktu itu.

Yongsun-unnie,
Dengan sisa yang ku punya. Aku percaya kau pasti bisa bangkit lagi. Dahee dan Seulgi akan membantumu. Bersemangatlah agar kita bisa bertemu kembali dikondisi yang lebih baik dari sekarang.

Unnie.
Aku mencintaimu.
Sampai bertemu lagi.

Byulyi.

Honestly [MOONSUN] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang