Ini hari keduanya disini, di rumah Byulyi, kabur dari suaminya Eric. Dia sudah mengecek ponselnya dan asisten pribadi Eric sempat menghubunginya berkali-kali. Ia mendesah pelan lalu mengusap belakang lehernya.
Byulyi bilang, dia bisa menetap disini sementara, menenangkan diri. Tidak akan ada yang tahu. Awalnya Yongsun menolak dan berkata bahwa dia bisa mengurusi semuanya sendirian tapi entah kenapa, Byulyi berhasil membuatnya mengalah.
Dan disinilah Yongsun Nam berada..
Wanita itu duduk dipinggiran kasur milik Byulyi, rambutnya basah dan piyama ia pakai ternyata sedikit longgar daripada yang dia kira. Ia mengeringkan rambutnya perlahan sementara matanya sibuk menjelajahi setiap sudut ruangan kamar milik Byulyi.
Diluar dugaan, ternyata ruangan Byulyi tidak terlalu penuh, meski begitu tempat yang paling menarik perhatiannya adalah salah satu meja yang terletak di hadapan kasur. Ia tidak terlalu memerhatikannya kemarin karena dia sibuk mencari kehadiran Byulyi. Meja itu penuh dengan bingkai foto. Perlahan, Yongsun menghampiri meja tersebut dan memerhatikannya satu persatu.
Seperti umumnya, Byulyi tetap memajang foto-foto dirinya saat masih kecil sampai dewasa, ada foto saat dia masuk taman kanak-kanak bahkan kelulusan di universitas, ada yang berlatar di kebun binatang sampai diatas panggung.
Tahun demi tahun sudah pasti berlalu, namun Byulyi terlihat tetap sama—malah semakin berkarisma. Yong sedikit menunggingkan senyumnya karena merasa seperti mengulang masalalu Byulyi melalui foto-foto tersebut.
Satu bingkai menarik perhatian Yongsun. Bingkai itu dipajang terbalik dan berada di barisan paling belakang. Yongsun mengerutkan dahi, apa Byul sengaja melakukannya?
Ia menoleh ke arah pintu yang tertutup rapat. Tiba-tiba ia ingin sekali melihat foto yang dipajang di bingkai tersebut. Memastikan tidak ada tanda-tanda Byulyi yang akan masuk, perlahan namun pasti, ia mulai mengangkat bingkai tersebut, dan melihat baliknya.
Dua orang wanita yang saling berpelukan di atas panggung yang megah—yang kalau tidak salah merupakan panggung ajang penghargaan ternama. Diperhatikan lebih lagi, perempuan yang berambut abu-abu disana adalah Byulyi dan yang memeluknya adalah Dahee. Lee Dahee.
Lee Dahee.
"Yong?"
Yongsun segera menoleh ketika Byulyi masuk ke dalam kamarnya, tersenyum. "Sudah mengantuk?"
"Lumayan..."
"Harusnya tidur lebih dulu saja," Byul duduk di kursinya dan mengarahkan dirinya ke Yongsun yang sudah kembali duduk ke kasurnya dan bersandar di dinding.
Begitu dia mendengar pintu kamar mandi terbuka, dia buru-buru meletakan bingkai tersebut ke tempatnya sebelum Byulyi tiba, dan ia beruntung berhasil melakulannya. Meskipun begitu, dia merasa tidak enak karena telah melihat fotonya dengan Dahee.
"Unnie tidur sini saja, aku akan tidur di luar..."
"J-jangan!"
"Unnie pasti lelah, tidur saja."
"Tapi ini rumahmu! Aku yang seharusnya tidur di luar karena aku menumpang."
Byulyi terkekeh pelan, "Tapi aku masih ingin minum, Unnie mau minum bersamaku?"
Yongsun tidak suka minum, lebih tepatnya dia tidak bisa minum. Namun disinilah sekarang, dia duduk di sofa dengan setengah kaleng bir di tangannya. Berbeda dengannya, Byul sudah minum hingga kaleng kedua, dia hebat karena tidak cepat mabuk padahal dia juga sudah minum beberapa jam yang lalu.
"Ini sudah hampir dini hari," kata Byulyi setelah kaleng ke empatnya, Yongsun sendiri sudah merasakan kepalanya pusing namun masih tetap bisa sadar. "Unnie, kembalilah ke kamar, kau harus tidur..."
Wajah Byulyi sudah memerah, matanya juga sayu. Yongsun tersenyum, "Byul. Sepertinya yang perlu tidur itu kau, berhenti minumnya, kau mabuk."
"Tidak!" Byulyi menggeleng kuat, "Aku ini kuat minum!"
"Tapi wajahmu memerah!"
"Itu karena aku dekat denganmu, Unnie!" ucapnya dengan senyuman genit. Byulyi berhasil membuat Yongsun tertawa dan memukul pundaknya.
"Ya, hentikan! Ayo ke kamarmu," Yongsun mengangkat Byulyi dengan menarik kedua tangannya dengan mudah lalu menuntun wanita bersurai ungu tersebut ke kasurnya.
"Hari ini, aku yang akan tidur di sofa." lanjutnya sambil meraih bantal di sisi kasur yang lain tapi sebelum tangannya bergerak, ia sudah di tahan oleh lengan Byulyi.
"... Unnie." suara Byulyi terdengar seperti rengekkan, "Tidur saja bersamaku."
"Jangan. Tidak akan muat,"
"Aaa..! Aku ingin tidur bersamamu," Byulyi mengerucutkan bibirnya. Ternyata Byulyi yang mabuk semanja ini, Yongsun jadi merasa gemas. Karena tidak bisa menang melawan wanita yang setahun lebih muda darinya ini, Yong pun mengalah.
Ia berbaring di samping Byul dan wanita itu langsung memeluknya erat bahkan membenamkan wajahnya di dada Yongsun. Mendapat perlakuan seperti itu, Yongsun malah merasa senang, nyaman, dan berdebar.
Berdebar.
"Unnie..."
"H-hm?"
"Kenapa jantungmu berdetak dengan kencang?"
Yongsun tidak dapat menjawabnya, ia hanya diam. Byulyi segera melepas peluknya dan membuat posisi mereka sejajar. Dengan kesadaran yang masih tersisa, Byulyi memandang wanita itu yang sudah melihatnya dengan malu-malu.
"Unnie..."
Byulyi dapat merasakan sesuatu yang hangat menyentuh bibirnya, sedetik kemudian, lengan Yongsun sudah menarik tubuhnya agar bisa lebih dekat dengannya. Ciuman itu berubah menjadi lumatan dan juga aduan lidah yang panas.
Yongsun maupun Byulyi sama-sama berhenti untuk mengambil nafas. Mata mereka saling bertemu untuk kesekian kalinya bedanya kali ini, pikiran mereka juga saling bertukar.
Ingin lagi—Byulyi segera meraih leher wanita di hadapannya dan melahap mulutnya dengan rakus. Semua hasrat juga perasaan yang selama ini dia kunci mulai terbebaskan. Ia melakukannya tanpa memikirkan hari esok.
Sekarang. Ia ingin melakukannya, dengan Yongsun.
Sementara Yongsun sedikit terkejut begitu Byulyi naik ke atas tubuh Yongsun lalu menanggalkan pakaiannya sendiri. Ia melihat Yongsun dengan tatapan kelaparan.
Anehnya, Yongsun malah semakin tertantang. Ia mengusap kedua lengan Byulyi dan menariknya perlahan agar wanita itu menunduk padanya. Mereka kembali melumat satu sama lain.
Ini pertama kalinya ia melakukannya dengan perempuan.
Rasanya sangat berbeda.
Ini lebih lembut,
Lebih halus,
Lebih menegangkan,
Dan lebih membuat hasratnya meledak-ledak.Desahan keluar dari Byulyi sesaat ia meletakan lengan Yongsun di dadanya, Yongsun segera meremasnya, halus juga berisi—meskipun tidak terlalu besar namun dadanya pas di tangkupan tangannya.
"Yong..."
Byulyi menutup kedua matanya dan mengarahkan kepalanya pada Yongsun, "Yong-unnie, aku mencintaimu."
![](https://img.wattpad.com/cover/208636259-288-k975679.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Honestly [MOONSUN] [END]
FanficKim Yongsun telah menikah dan Moon Byulyi jatuh cinta padanya.