[12]

1.7K 186 8
                                    

Yongsun membuka matanya lebar-lebar begitu ia menginjakan kaki ke sebuah restoran mewah di tengah kota Seoul. Restoran yang berada di lantai tertinggi gedung hotel bintang lima yang menyajikan pemandangan kota Seoul di senja hari.

Eric menuntunnya menuju ke arah meja yang telah disiapkan, berhadapan langsung dengan jendela, hingga mereka bisa memandangi Seoul yang terlihat seperti miniatur di mata mereka.

"Eric.. Ini?"

"Happy 2nd wedding anniversary, Dunnie. I'm sorry i'm late for this." Eric tiba-tiba menjulurkan sekotak berukuran sedang dengan ukiran nama brand perhiasan terkenal. Yong menutup mulutnya dengan telapak tangan saat Eric membukanya dan memperlihatkan betapa indah kalung emas putih dengan liontin berbentuk hati.

"Do you like it? Aku butuh waktu lama untuk memilih, aku sampai minta bantuan manajer dan yang lain untuk memilih ini." Lanjut Eric, ia tersenyum malu-malu karena mengakui kekurangannya dalam memilih hadiah yang cocok untuk Yongsun, isterinya.

Sementara Yongsun merasa tersentuh, pikiran tentang Eric yang kemungkinan berselingkuh itu mendadak hilang, dia memandang suaminya dengan berlinang air mata, lalu mengangguk perlahan.

"I love it, Yondunnie. I love it so much,"

"Aku pakaikan ya," Eric dengan perlahan mengangkat kalung tersebut dan berjalan ke belakang Yongsun. Yongsun mengangkat rambut belakangnya, memudahkan Eric untuk mengaitkan kalung tersebut di lehernya.

"Cantik..." guman Eric begitu berhasil mengaitkan kalung tersebut. Ia tersenyum dengan bangga, juga hangat, senyuman yang amat dirindukan oleh Yongsun selama ini.

Yongsun tidak pandai mengutarakan perasaannya dengan kata-kata, namun pada saat ini, dia hanya bisa menangis, dan mengenggam tangan suaminya dengan erat. "Eric, terima kasih..."

"I'll do anything for you, babe. You're my priority, my everything. I love you, Nam Yongsun." Eric mengecup pipi isterinya dan kembali duduk sambil tetap menggandeng tangan mereka masing-masing.

Yong menyeka air matanya, ia merasa sangat bahagia sekarang ini, sangat bahagia sampai ia berpikir ini adalah sebuah mimpi. Kalaupun iya, dia tidak ingin bangun dari tidurnya.

"Jadi, tadi di mobil, kamu mau bilang apa soal kita?"

Yong mendadak diam, teringat apa yang ingin dibahas olehnya kepada pria ini tapi apa harus dia katakan sekarang? Di momentum yang sedang indah seperti ini? Yong menjadi ragu. Dia melihat suaminya tengah menunggu.

Tangannya yang berada di bawah terkepal lalu perlahan menundukan kepalanya, tidak berani memandang Eric, karena dia tahu Eric akan mengetahui apa yang ia pikirkan.

"... Aku— Hanya ingin bilang kalau aku ingin kita menghabiskan waktu bersama seperti dulu lagi. Aku rasa aku sangat merindukanmu,"

Eric tertegun mendengar peryataan istrinya itu dan Yong takut Eric tidak mempercayainya walaupun begitu ternyata ia mendengar kekehan Eric. Ia mendongak, melihat pria itu tersenyum sangat bahagia di hadapannya.

"Serius? Hanya itu?"

"Ja-jangan tertawa! Itu tidak lucu!"

Eric masih betah tertawa dan membenamkan wajahnya ke meja, "Aduh, kau ini membuatku takut.. Aku pikir kau akan mengatakan yang tidak-tidak.."

"Aku janji akan meluangkan waktuku untukmu setelah promosi ku selesai, Dun. Ayo, kita perbanyak memori kita sampai tidak bisa melupakannya..." lanjut Eric dengan mengecup punggung tangan Yongsun hingga gadis itu mengangguk mantap.


Sementara itu, Byul terlihat sangat tidak dalam kondisi hati yang baik, terbukti dari dua botol kosong soju yang telah ia tengguk sampai habis. Di sampingnya sudah ada Wheein, si artis seni yang namanya telah dikenal oleh para penggila seni lukis, dia nampak menenangkan unnie-nya itu dengan terus menahan-nahan Byul untuk membuka botol ke tiga.

"Unnie, cukup, kau bisa berantakan besok pagi!" Serunya menarik botol itu dari Byulyi.

Wanita bersurai ungu itu menggeram, ia berusaha meraih kembali botol tersebut tapi ia sudah tidak bisa melawan Wheein dibawah pengaruh alkohol. Ia pun menyerah dengan satu gertakan.

"Ya! Unnie, kenapa kau mabuk seperti ini? Ini bukan seperti dirimu tahu. Katakan, apa yang terjadi?"

"Dia jatuh cinta pada isteri orang, lagi." Sahut Hyejin masih dengan rambut yang basah dan jubah mandi. Wheein jelas tidak lupa kalau mereka sedang berada di ruangan tengah milik sang artis musikal.

Ia juga masih ingat Byulyi mendadak masuk ke dalam disaat Wheein dan Hyejin sedang bermesraan berdua, tanpa salam, ia segera mengeluarkan alkohol dari tempat Hyejin menyimpannya.

Tentu saja Wheein tidak lupa kalau mereka berdua sudah sangat dekat—begitupula dengannya.

"For real?! Ya— Moon Byulyi!"

"I'm not—"

"And guess who, Jung Wheein? Eric Nam's wife, Nam Yongsun."

Wheein semakin tidak mempercayai apa yang ia dengar dan mulai berdiri tegak lalu mengangkat tubuh Byul untuk berdiri. "KEMANA OTAKMU, MOON BYULYI?!"

"Wheein..." Hyejin menahan bahu kekasihnya, sedikit terkejut karena Wheein tidak pernah sampai seperti ini pada siapapun.

Wheein menjatuhkan wanita bersurai ungu tersebut ke atas sofa dan mengacak-acak rambutnya, gemas. Tentu saja gemas! Apa yang dipikirkan oleh wanita ini sungguh diluar akal sehat! Bagaimana dia bisa jatuh cinta pada isteri seorang artis yang dia ketahui sudah berselingkuh?

Wheein tidak juga lupa kalau dia pernah mempergoki Eric Nam sedang berselingkuh tapi dia tidak segila untuk ikut campur seperti Byulyi. Bahkan wanita ini yang bilang untuk tidak ikut campur!

Sekarang Byul akan menggunakan hal tersebut untuk merebut isterinya?

"Ya, ini tidak seperti dugaanmu." Byul mulai berbicara pada akhirnya, kepalanya berat namun ia masih sadar. "Aku .. Aku tidak mendekatinya dengan cara murahan seperti itu,"

"Lalu? Bagaimanapun kau ini tidak bisa—Argh, Unnie!"

"Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?" Hyejin menatap mereka bergiliran. Byul yang bergumul dalam pikirannya sementara Wheein yang mengusap wajahnya lalu mendesah kasar.

Mau tidak mau, ia harus mengatakan yang sejujurnya pada Hyejin, tentang apa yang terjadi saat pestanya tempo hari.

Honestly [MOONSUN] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang