Yongsun perlahan membuka matanya.
Cahaya matahari nampaknya tidak ingin kehilangan sedikitpun kesempatan masuk melalui cela-cela kecil dari tirai jendela kamar. Biasanya Yong akan menutup wajahnya dengan selimut lalu kembali tidur tapi kali ini, dia harus terbangun, dan tersenyum lebar begitu melihat siapa yang telah menepati janji kemarin malam.
Wanita berambut pendek ini penasaran apakah Byul tidur dengan nyenyak karena Byul bahkan tidak mengubah posisinya dari kemarin malam. Ia terus memeluk Yongsun, begitu erat, seperti yang dilakukan Eric.
Yong menghela nafasnya kasar. Kenapa dia mengingat pria itu lagi setelah apa yang terjadi kemarin malam? Yong perlahan meninggalkan kasur, ke kamar mandi, dan membilas wajahnya. Dia butuh udara segar, oleh karena itu dia keluar ke teras, dan duduk disana; menghirup udara pagi.
Sementara Byul mulai mendapatkan kesadarannya kembali, ia sempat merasa asing dengan interior kamar yang ia tempati, ia meregangkan tubuhnya, lalu menyadari Yong tidak ada di sampingnya.
"Yong-Unnie...?" Byul turun ke lantai dasar lalu menghela nafas lega saat melihat sosok Yongsun duduk di depan teras.
"Aku pikir kamu menghilang..." lanjut Byul, mengejutkan Yongsun. Wanita bersurai pirang pendek itu kemudian tersenyum dan menarik lengan Byul agar duduk di sampingnya.
"Maaf, apa tidurmu nyenyak?"
"Ya. Aku tidak pernah tidur senyenyak itu setelah menjadi direktor."
Yong tersipu malu lalu memukul pundak Byul kesal, "Argh— Apa ini sifat aslimu?"
"Hehe, mungkin?"
Mereka kemudian tertawa bersama-sama. Byulyi merasa sangat senang sekarang. Seulgi harus tahu kalau Byul adalah orang terberuntung di dunia saat ini, dia tidur, bangun, dan kini menikmati pagi bersama wanita yang ia sukai.
Sukai?
"Kau ingin sarapan apa?" Tanya Yong tiba-tiba, membuyarkan pikiran Byul barusan.
"Uh— Apa saja yang bisa kamu masak?"
Yongsun mengerutkan dahinya lalu merasa sangat tersindir, "Kamu meremehkanku?"
"Aku cuma bertanya!" Elak Byul sambil tertawa. Mereka pun memutuskan pergi ke dapur, dimana Yongsun segera menyiapkan sarapan untuk mereka.
Makanan sederhana namun terlihat begitu spesial untuk Byulyi. Dia sudah lama tidak melihat seseorang memasak untuknya semenjak tinggal sendirian, ini pertama kalinya dan dia merasa bahagia.
Sepiring berisi dua telur mata sapi dan beberapa bacon diletakan di tengah meja. Yong duduk dan berdeham, merasa bangga dengan hasil masaknya, lalu meminta Byul mencicipinya.
"Ini tidak buruk, hanya sering-sering dilatih saja."
Yongsun mengerang kesal, "Kalau tidak suka tidak usah dimakan!"
"Aku tidak bilang tidak suka...!"
Mereka berdua lagi-lagi tertawa, rasanya sangat bahagia bisa bercanda gurau seperti ini berdua saja. Byul sudah lama tidak berbicara dengan seseorang pagi-pagi begini, dia juga sudah lama tidak sarapan dengan seseorang, apalagi sampai dibuatkan.
Tiba-tiba ada panggilan masuk mengacaukan mood Byul, panggilan dari Kang Seulgi—asistennya yang pasti akan mengocehi Byul karena pergi tanpa bilang-bilang. Byul melirik ke arah Yong yang memberikan persetujuan untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?" Sapa Byul perlahan.
"UNNIE!!!"
Byul menjauhkan ponselnya begitu suara Seulgi terdengar sangat nyaring di telinga, bahkan Byul tidak perlu sampai membesarkan suaranya untuk membuat Yongsun kaget.
"Kau dimana?! Argh— Sudah ku bilang berhenti ke bar dan mabuk berat! Kau gila!"
Byul tersentak setelah mendengar hal tersebut dan langsung menjauhkan ponselnya dari meja makan. Ia setengah berbisik, "H-hei?! Siapa yang bilang aku pergi ke bar?!"
"Lalu dimana kau sekarang?! Kita punya jadwal untuk review MV Eric-sshi!"
"Di rumah Eric, Aku bersama istrinya—"
"UNNIE?!" Byul lagi-lagi menjauhkan ponselnya dan berhasil membuat Yongsun terkekeh dari meja makan. "... Dia itu istri clientmu, kau gila ya?!"
"Ya! Ceritanya panjang! Kau tidak perlu banyak bicara, aku akan kirim alamatnya, dan segera jemput aku!" Kata Byul ketus sambil mematikan sambungannya. Ia kembali ke meja makan dan menghela nafas berat.
"Sepertinya hidupmu sangat berat,"
"Sangat." Byul menengguk minumnya, "Kang Seulgi itu memang tidak ada hormat-hormatnya sama boss, kenapa aku bisa mempekerjakan orang macam itu!"
"Jadi, apa yang dilakukan direktor muda Moon Byulyi hari ini?"
Byul melirik nakal ke Yongsun lalu tersenyum miring, "Kau ingin ikut denganku?"
***
Seulgi tiba lebih cepat dari perkiraan. Dia juga sudah mengirimi atasannya pesan singkat dan dia bilang akan kesana dalam beberapa menit lagi.
Seulgi menggeleng pelan sekaligus tidak percaya kalau Byulyi benar-benar menunjukan sosok aslinya pada seorang wanita bersuami—oke, dia memang sangat sembarangan dalam memilih mangsa tapi wanita yang suaminya merupakan klien penting untuk karir Byulyi? Wanita itu benar-benar sarap.
Beberapa menit berlalu dan Seulgi mendengar ketukan dari kacanya, itu Byulyi yang tersenyum lebar dan Yongsun?!
"Kenapa, beruang manis? Terkejut?" Tanya Byulyi sambil bersandar pada jendela mobil yang terbuka, ia tersenyum miring, nampak tengil.
"Kau gila, Byulyi-ssi..." guman Seulgi begitu Byulyi membuka pintu penumpang belakang untuk Yongsun. Begitu wanita bersuami itu masuk, Byul ikut masuk di bangku depan.
"Selamat pagi, Kang-ssi."
"Ah- pa-pagi..."
"Jangan gugup begitu, santai saja dong!"
Seulgi melempar tatapan tajam dari mata kecilnya. Sungguh dia tidak bisa berpikir bagaimana bisa manusia disampingnya ini berhasil menjadi sedekat ini dengan istri kliennya? Bukankah pada saat pertama kali mereka bertemu suasana agak ruyam?
"Kenapa melamun? Ayo, jalan!"
"A-ah, ya— baiklah."
Dan perjalanan mereka pun dimulai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Honestly [MOONSUN] [END]
FanfictionKim Yongsun telah menikah dan Moon Byulyi jatuh cinta padanya.