Dahee keluar dari kamar dan mendapati Byulyi yang duduk di atas sofa dengan sekaleng bir di tangannya. Ia terlihat frustasi dan terus menerus menghela nafasnya kasar. Dahee duduk disampingnya lalu menjauhkan bir tersebut dari lengan Byulyi dan mengecup bibirnya.
"Hei... Kau sedang memikirkan apa?"
Byulyi menjauhi wajahnya dari bibir Dahee dan mengambil lagi kaleng bir di meja. Dahee mendesah pelan lalu duduk dengan tangan terlipat di dadanya, wajahnya terlihat jengkel. "Biar ku tebak pasti ini karena kau memikirkan wanita itu ya?"
Tidak ada jawaban. "Byul-ah, bisa-bisanya kau memikirkan oranglain disaat kau sedang bersamaku?!"
Byul melirik Dahee dari ekor matanya lalu berdecak seolah meremehkan keluhan Dahee barusan. Dahee semakin jengkel namun tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengerang kesal sambil masuk ke dalam kamarnya. Byulyi sendiri tidak ada niatan untuk menghampiri wanita itu.
Dipikirannya masih penuh oleh Yongsun—istri dari kliennya, Eric Nam. Tentang apa yang dia lakukan beberapa hari lalu di toilet kantornya. Byulyi terkekeh, merasa diremehkan juga dipermainkan, padahal rasa tamparan wanita bersuami itu masih pedas sampai sekarang.
Tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada nama yang muncul di layar ponselnya; Yongsun Nam.
***
Yongsun menoleh begitu ia mendengar langkah kaki mendekat padanya, itu Byulyi. Dia terlihat kelelahan akibat berlari dari parkiran. Mereka saling berpandangan selama beberapa detik sebelum Yongsun melemparkannya senyum terlebih dahulu.
"Maaf, pagi-pagi sudah menelfonmu." Katanya saat Byulyi membuka pintu apartemennya, membiarkan wanita itu masuk ke dalam. Byul terlihat was-was, ia tidak tahu apa yang direncakan wanita yang datang ke tempatnya pukul 4 pagi.
"Ada apa datang kesini?" Tanya Byul, to the point setelah membiarkan Yongsun duduk di sofanya. Yongsun terkekeh pelan sebelum memandang wanita lain dihadapannya.
"Kamu mewarnai rambutmu?"
"Ah! Ini—"
"Nampak bagus. Kamu semakin menawan,"
Byul membuang pandangannya, malu-malu. Ia kemudian berniat untuk mengganti pakaiannya di dalam kamar karena merasa tidak nyaman dengan keringat yang menempel di pakaiannya namun Byul tidak sadar kalau Yongsun ikut masuk dan memeluknya dari belakang.
"Ahh— Yong..." Suaranya melemah terganti desahan begitu Yong mengecup belakang lehernya. Tangan wanita itu mulai mengelilingi pinggang Byul dan menariknya agar menempel pada tubuh depannya.
Ini tidak seperti Yong yang dia kenal. Dia pun melepas paksa pelukan Yong dan menjauh darinya. Yong tersenyum miring dan terlihat bingung. "Kenapa, Byul? Bukankah ini yang kau inginkan?"
"A-apa maksudmu?"
Yong menarik dan menghela nafasnya, "Aku sudah tahu banyak tentangmu. Seorang produser dan juga koreografer terkenal yang suka bermain dengan perempuan dan mencampakannya, kau terkenal juga dengan imej itu, Byul."
Yong memainkan rambut Byul yang telah diubah menjadi hitam lalu tersenyum tipis sambil memandang wanita tinggi itu dengan ekspresi dingin. Ia pun menuntun ujung jemarinya untuk membuat jalan dari rahang Byul menuju tengah dadanya.
"Hei..." Byul menelan ludah akibat aksi Yongsun yang terlihat begitu sensual baginya namun ia harus bisa menahan diri. "Kau ingin melakukan seks lagi denganku, kan?"
"Apa?"
"Kalau itu maumu, silahkan. Lakukanlah."
Yong mundur beberapa langkah dan mulai melucuti satu persatu pakaiannya hingga menyisahkan bra dan pakaian dalamnya saja. Ia terlihat santai berbeda dengan Byul yang sudah tidak bisa mengatur keinginannya untuk menerkam Yongsun selahap mungkin.
Byul menjulurkan tangannya untuk meremas dada Yongsun perlahan. Wanita itu mengerang lalu menutup kedua matanya. Byul masih tidak begitu yakin namun dia tidak bisa menahannya lebih lama. Begitu Yong membuka kedua matanya dan menatapnya intens, Byul segera menarik tubuhnya lalu melumat bibir Yong.
Yong merespon dengan mengalungkan lengannya ke leher Byul dan menariknya untuk memperdalam ciuman. Lengan Byul menopang tubuh Yong dengan kuat lalu menuntunnya untuk berbaring di kasur. Tanpa menghentikan ciuman panas mereka, tangan Byul sudah mulai bermain di selangkangan Yongsun, mengusapnya dengan ujung jari, hingga membuat Yong mendesah dalam ciuman.
Jari telunjuk Byul mulai bermain di tengah, mengusap klitoris Yongsun perlahan. Tubuh Yong bergemetar dalam kenikmatan. Permainan mereka mulai panas dan Byul siap untuk melepaskan hasrat seksualnya yang selama ini terpendam sebelum ia bisa melihat air mata yang keluar dari kedua ekor mata Yongsun.
"Yong?"
Sedetik kemudian, Yongsun mulai menangis. Ia menangis kencang seperti anak kecil dan memukul-mukul pundak Byul berulang-ulang sambil berguman, "kenapa? Kenapa? Kenapa?!"
Byul mengulum bibirnya dengan perasaan yang campur aduk sebelum akhirnya ia memeluk Yongsun dengan erat, membiarkan wanita itu memuaskan tangisnya dalam peluknya. Ia mengusap punggung polos wanita tersebut dan memahami betul perasaannya.
Perasaan yang kecewa pada seseorang yang dicintai.
Ia memeluk Yong lebih erat, seolah dengan begitu dia bisa ikut memikul kesedihan Yongsun. Byul tidak lagi memikirkan hasrat seksualnya, dia hanya ingin Yongsun lebih tenang.
Benar saja, setelah beberapa menit menangis, Byul mulai merasa nafas Yong yang tenang. Ia melepas peluknya perlahan dan tersenyum saat ia tertidur. Ia mengusap rambut wanita tersebut lalu mengecup keningnya.
"Tidurlah, kau pasti lelah..." Bisik Byul sembari membenarkan posisi tidur Yong agar dia merasa nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Honestly [MOONSUN] [END]
Hayran KurguKim Yongsun telah menikah dan Moon Byulyi jatuh cinta padanya.