"Karena yang tersulit dalam hidup bukanlah memilih, tapi bertahan pada pilihan."
▪️▪️▪️Dengan cepat Jungkook menutup rapat kedua netra dan menggeleng kuat, mengusir segala pikiran kotor yang mulai timbul karena ulah rekan-rekannya. Bagaimana tidak? Jungkook pikir Jimin takkan menjadikannya bahan olok-olok mengenai masalah pribadinya, tapi justru seharusnya Jungkook tak pernah berharap demikian pada seorang Park Jimin.
Bukankah deritanya adalah kebahagiaan pria itu?
"Cukup, biadab kalian semua," Jungkook hendak beranjak namun tangannya kembali ditarik dan dipaksa duduk, dengan suguhan kurang bermoral di hadapannya.
Sejak setengah jam lalu, setelah puas menertawakan Jungkook, rekan-rekan pria Jeon tersebut memaksa agar ia belajar mengenai wanita. Dan sekarang? Lihat saja tiga temannya yang sudah hilang akal. Jimin yang tak berkedip pun dengan yang lain.
"Perhatikan dengan benar,"
"Hyung!" bentak Jungkook pada pria berlesung pipi dan tatapan tak sukanya. Bersyukur karena ia masih lebih waras dari pada mereka bertiga.
"Ayolah Jungkook, kau sudah menikah,"
"Aku tau, tapi tak semestinya juga aku menonton video tak bernilai itu," Jungkook kini benar-benar beranjak, lebih memilih menjauh dari pada menerima risiko otaknya akan terkontaminasi nanti.
Sial!
🌸🌸🌸
Tzuyu bersenandung kecil sambil menggerakkan kedua kakinya yang ditaruh di atas meja, ditemani acara dari televisi yang sejak tadi tak pernah menyita perhatian, karena Tzuyu ternyata lebih asyik mewarnai kuku-kukunya dengan berbagai warna menarik yang sengaja ia bawa dari Seoul.
Suara ketukan pintu membuat Tzuyu menoleh, sedikit menautkan alis dan bertanya-tanya siapa yang datang. Matanya menatap ke arah jam, masih pukul satu siang.
Tidak mungkin Jungkook, pikir Tzuyu mengingat pria itu mengatakan dia akan pulang sekitar jam lima sore.
Pintu kembali diketuk membuat Tzuyu mendengus dan menyimpan botol kecil kuteks miliknya. Gadis itu hanya diam dengan alis bertaut melihat tiga orang wanita yang tengah tersenyum, bahkan ada satu diantara mereka yang melambaikan tangan dengan semangat.
"Cari siapa?" tanya Tzuyu jauh dari kata ramah membuat ketiganya saling melirik satu sama lain.
"Um, istri dari Kapten Jeon," jawab salah satu wanita dengan rambut hitam sepunggung.
Tzuyu memutar bola matanya malas, kenapa juga sejak tadi orang-orang menyebutnya istri dari pria Jeon itu? Iya memang, tapi Tzuyu risih mendengarnya.
"Ada apa?" tanyanya lagi membuat satu orang yang lebih tinggi dari mereka berdeham dengan senyum tegas di wajahnya.
"Menyapa, kami dengar kalian sampai kemarin, dan kebetulan suami kita memang sangat dekat," jelasnya membuat Tzuyu hanya mengangguk.
"Ah iya, ini ada sedikit bingkisan, semoga suka," kali ini ujar wanita yang berambut lebih pirang dengan semangat sambil menyodorkan kotak silver pada Tzuyu.
"Thanks,"
"Oh iya, perkenalkan, aku Mina--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eadrainn [COMPLETED]
Fanfiction|SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS| Ada yang menghilang hanya agar tahu rasanya dicari, ada juga yang menghilang untuk terbiasa tak bersama lagi. Rasanya, semua rasa itu mudah. Namun, setelah dirasakan membuat ia tahu tentang pedihnya merasakan. Tak banya...