"Hanya diri sendiri yang dapat dipercaya, karena kadang orang terdekat adalah yang paling banyak memberi kecewa."
▪️▪️▪️Di sinilah Jungkook sekarang, sejak tiga puluh menit yang lalu ia duduk di deratan kursi kayu yang berjajar rapi di dalam Kafe sederhana dengan banyak lampu-lampu yang menghiasi. Sejak datangnya ia kemari, pria itu seakan tak sanggup lebih lama untuk menunggu, sudah tak sabar membiarkan dirinya untuk duduk lebih lama seorang diri.
Beberapa saat lalu, seorang pelayan menyuguhkan minuman yang ia pesan, walau belum sama sekali Jungkook cicipi, matanya masih mengarah pada sudut Kafe yang dalam ingatannya belum berubah sama sekali--padahal, selama-lamanya ia tak berkunjung, waktunya tak lebih dari satu tahun.
Suara bel terdengar nyaring saat seseorang masuk atau keluar, kali ini Jungkook tak berniat lagi menoleh, ibarat sudah lelah karena sejak tadi bunyi tersebut bukanlah tanda kedatangan orang yang ditunggunya.
Baru saja pria itu hendak meminum Latte yang baru saja dipesannya, seseorang berdiri di hadapan Jungkook membuat fokus atensi pria itu menajam pada objek lain.
"Oppa," dan suara itu, lengkap sudah. Jungkook membuang napasnya berat seiring dengan gelas yang kembali ia taruh di meja, kedua matanya kini mengarah menatap sosok yang sejak tadi membuatnya mau duduk di Kafe ini.
"Duduk," ujar Jungkook, dingin, datar dan tanpa kesan penawaran--hanya ada perintah dalam ucapannya, membuat sosok di depannya kembali tahu bahwa pria yang duduk di depannya ini masih sama, dingin dan tidak tersentuh.
"Oppa aku--"
"Duduk," lagi, Jungkook bicara dengan nada yang dapat dipastikan sama, membuat orang yang mendapat instruksi hanya mengangguk sebelum menarik pelan kursi di depannya.
Pandangan mereka bertemu, Jungkook masih menemukan hal yang sama seperti bertahun-tahun lamanya, sosok gadis dengan tatapan binar permohonan--Yiren.
Arah pandang netra Yiren menuju gelas yang tadi sempat Jungkook turunkan, membuatnya menelan saliva dan meremat celana jeans yang ia kenakan, ia sudah lama tahu mengenai Jungkook, termasuk sikap dinginnya ini bukanlah hal baru yang perlu ia takuti. Tapi tetap saja, setiap kali pembicaraan serius antara dia dan Jungkook terjadi, maka sikap inilah yang akan selalu membuat gugup setengah mati.
"Ada yang kau ingin katakan? Sebelum aku yang bicara," suara Jungkook menginterupsi membuat Yiren kembali menatap pria itu, namun tak lama karena Jungkook mengalihkan pandangan acuh ke arah lain.
"Bagaimana pernikahanmu, Oppa?" dan pertanyaan itu menjadi pemicu cacian Yiren untuk dirinya sendiri. Mengapa tidak? Hal itu mungkin lumrah ditanyakan pada seorang kawan lama yang baru saja menikah, tapi situasinya berbeda antara ia dan sang pria yang sampai saat ini masih diam.
Bagaimana pun Yiren tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, baik itu tentang pernikahan Jungkook, tentang perasaan pria itu, dan tentang Tzuyu, gadis yang mampu membuat Jungkook membatalkan keputusan yang telah ia buat dalam jangka waktu lama.
Membatalkan keputusannya untuk tidak menikah.
Yiren kembali menelan saliva ketika merasa hatinya sesak mengingat kabar Jungkook yang memutuskan untuk menikah itu tak lama dari keputusannya yang akan memilih membujang seumur hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eadrainn [COMPLETED]
Fanfic|SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS| Ada yang menghilang hanya agar tahu rasanya dicari, ada juga yang menghilang untuk terbiasa tak bersama lagi. Rasanya, semua rasa itu mudah. Namun, setelah dirasakan membuat ia tahu tentang pedihnya merasakan. Tak banya...