Jangan lupa vote dan coment ya biar aku semangat nulis nya👍😊🙏
Mohon maaf bila ada tpyo karena manusia tidak luput dari typo🙏
• Takdir •
Ryujin baru saja membuka matanya. Semalam, ia tertidur tanpa menunggu Hyunjin pulang, karena Hyunjin ada acara dengan temen-temennya.
Ryujin melihat Hyunjin yang ada di depannya, masih tertidur pulas. Ryujin mengelus pipi Hyunjin.
Hyunjin sedikit menggeliat, karena pergerakan tangan Ryujin di pipinya.
"Udah bangun?" tanya Hyunjin.
Ryujin tersenyum, lalu menangguk. "Maafin aku ya Mas, semalem gak nungguin kamu. Ngantuk banget," ucap Ryujin.
Hyunjin mengusap rambut Ryujin. "Gak masalah sayang. Lagian, aku pulangnya kemaleman. Kamu gak baik k tidur malem-malem," Ujar Hyunjin.
Ryujin merasakan bau yang menyengat di hidungnya, lalu Ryujin berlari ke arah kamar mandi. Hyunjin yang melihat pun panik.
"Kamu gak papa?" tanya Hyunjin sambil memegang rambut Ryujin agar tidak terkena muntahnya.
Ryujin membasuh wajahnya. "Gak papa Mas, Morning sickness." Ryujin berjalan kembali ke dalam kamar.
"Yakin gak papa?"
"Iya Mas, wanita hamil di trimester awal itu pasti mengalami muntah-muntah kaya gini Mas," jelas Ryujin.
Hyunjin menganggukan kepalanya.
"Tapi, kesian dong kamu harus muntah-muntah terus." Ryujin terkekeh melihat wajah memelas Hyunjin.
"Mas, cuma beberapa trimester aja kok, enggak selama aku hamil muntah-muntah terus," ucap Ryujin.
"Bagus deh. Kesian kamu kalau muntah-muntah terus," ucapnya. "Dedek, jangan ngerepotin Ibu kamu ya!" lanjutnya sambil mengelus perut Ryujin yang masih rata.
"Emang manggilnya Ayah Ibu gitu?" tanya Ryujin.
Hyunjin mengadahkan wajahnya menatap Ryujin.
"Kamu, mau di panggil apa emang?" tanya Hyunjin.
"Eoma sama Appa."
"Sayang, kalau di Indonesia Eoma itu artinya Nenek. Kamu mau di kira Nenek?" tanya Hyunjin.
Ryujin mendengus. "Tapi, Eoma itu artinya Ibu Mas," timpal Ryujin.
"Kan kita tinggalnya di Indonesia sayang."
Pagi-pagi udah ribut tentang nama panggilan aja mereka tuh. Bukannya morning kiss, ucapan selamat pagi, sarapan pagi kek. Malah berdebat mereka ini.
Sesudah perdebatan kecil itu, akhirnya mereka sepakat buat anak mereka manggilnya Daddy and Mommy. Belum juga lahiran anaknya, udah di siapin aja.
Ryujin ada kelas hari ini. Jadi, pagi-pagi Ryujin harus udah mandi dan harus udah siap-siap buat ke kampus.
Seperti biasa, Ryujin selalu di anterin oleh sang suami tercinta. Apalagi Ryujin lagi hamil. Gak bakal mungkin Hyunjin biarin Ryujin berangkat sendiri.
Sesudah sampai di depan kampus, Hyunni ikut turun dan nyamperin ke-tiga sahabat Ryujin.
"Jagain Ryujin ya! nanti kalau Ryujin mau apapun usahakan kalian turuti, nanti masalah uang gue yang bayar," ucap Hyunjin pada sahabat Ryujin.
Somi, Minju dan Chaeryeong langsung memberi hormat kepada Hyunjin, sambil bilang "Siap pak bos, laksanakan".
Ryujin cuma cengengesan aja. Enggak protes juga. Soalnya, kapan lagi Ryujin di istimewakan oleh sahabat-sahabatnya itu 'kan.
"Aku ke kantor dulu ya," pamil Hyunjin.
"Iya Mas, Hati-Hati ya." Ryujin mencium punggung tangan Hyunjin, lalu Hyunjin mencium kening Ryujin.
Iri-iri deh yang menonton langsung adegan ini.
Hyunjin pun berjalan ke arah mobilnya, lalu menjalankan mobilnya, meninggalkan Ryujin dan kawan-kawan.
"Bisa gak sih lo, ngelakuin adegan kaya tadinya di mobil aja," protes Somi.
"Iya, lo mah bikin jiwa iri sekaligus jomblo ku meraung-raung," timpal Chaeryeong.
Ryujin hanya terkekeh mendengar protesan sahabatnya itu. Mereka baru bertemu lagi setelah pulang dari KKN. Karena, 2 minggu sesudah KKN itu, mereka di liburkan supaya menyelesaikan proposal hasil kegiatan mereka di desa.
Mereka ber-empat berjalan beriringan kedalam kampus. Ada beberapa orang yang memberikan selamat pada Ryujin atas kehamilannya. Siapa lagi kalau bukan teman-teman Hyunjin.
"Ryujin, selamat ya!" ucap gadis berkulit putih.
"Makasih Kak Yeji," jawab Ryujin sambil tersenyum.
"Kenapa? dia hamil? hah, bangga banget," celetuk Hyunjin mantan Hyunjin.
Ryujin memutar bola matanya malas. Ryujin berjalan begitu saja tanpa melirik ke arah Hyunjin.
"Cewek sialan," gerutu Minju.
"Dia bilang gitu, karena dia belum nimah Ryu. Mau nikah gimana, pacar aja kagak punya hahahahah," tawa Chaeryeong membuat Ryujin tertawa juga.
"Nah gitu dong, Ryujin yang kita kenal tuh kaya gini. Bukan yang judes sama marah-narah kaya tadi." Minju merangkul Ryujin.
"Emangnya, gue biasanya kaya gimana? ngegemesin 'kan?" tanya Ryujin.
"Ryujin yang kita kenal tuh, banyak bacot, tukang nyinyir, cerewet, nyebelin, nyablak, kalau ketawa kenceng banget," jelas Somi.
"Bang-!" umpat Ryujin menggantung.
"Kenapa gak lanjutin?" tanya Somi.
"Iya, biasanya mau ngumpat juga lo blak-blakan aja," lanjut Minju.
Ryujin menggeleng. "Gak, gue gak boleh ngomong kasar. Nanti, anak gue denger," ucap Ryujin.
"Ryu, buah jatuh gak jauh dari pohonnya," timpal Chaeryeong.
"Iya sih, ya udah mirip sama Mas Hyunjin aja deh, jangan mirip gue. Jelek semua gue mah." Ucapan Ryujin membuat sahabat-sahabatnya tertawa.
Takdir
| To Be Continue |Maaf nunggu lama semua. Insyaallah bakal up secepatnya😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir [HWANGSHIN] ✔
Fanfiction• Mau nikah aja lah • Aqila Ryujin Adelia. • Ya udah ayo nikah! • Adinata Hyunjin Menikah di usia yang terbilang cukup muda? Bagaimana kelangsungan nya? Baca aja yak!😊