Ghina terus meyakinkan dirinya bahwa insiden kemarin itu alasannya membalas Uzy hanya karena terbawa suasana bukan menyukai ciumannya.
Walau seberapa keras gadis bermata sipit itu menyangkal tetapi hatinya tidak bisa berbohong jika sejujurnya ia membalas karena kemauannya sendiri bukan tanpa sadar.
"Sayang, are you okey?"
Gyas yang sedaritadi memperhatikan Ghina yang hanya mengaduk-aduk minumannya lebih memilih bertanya sebab khawatir terjadi sesuatu kepada pacarnya itu.
"Kamu kenapa sayang, sakit 'hm?" tanya Gyas sekali lagi yang dibalas senyuman singkat oleh Ghina.
"Gapapa."
"Yakin gapapa? Tapi daritadi aku perhatiin kamu ngelamun terus sayang."
"Iya, aku gapapa kok."
Akhirnya Gyas mengangguk tanda percaya, walau sebetulnya ia sama sekali tak yakin dengan jawaban Ghina. Tapi, mungkin Ghina memang baik-baik saja dan setelah itu Gyas tidak banyak bertanya.
Ia lebih memilih menghabiskan makan siangnya bersama Ghina di kantin sekolah, tak mau menyia-nyiakan waktu yang ada karena akhir-akhir ini dirinya jadi lebih sibuk dengan kegiatan ekstrakurikuler, terlebih ia juga adalah anggota OSIS.
Terutama dirinya juga tengah sibuk dengan latihan futsalnya yang sebentar lagi akan melaksanakan lomba di sekolah tetangga, walau hadiahnya tidak seberapa tetapi ini soal harga dirinya.
"Hari ini aku nggak anterin kamu pulang lagi ya, ada rapat OSIS soalnya terus pulangnya aku harus latihan dulu sama anak-anak." Gyas mengatakannya setelah makan siang dan Ghina yang mengerti pun mengangguk.
Rasanya hari ini ia enggan untuk berbicara banyak setelah insiden kemarin di UKS bersama Uzy. Jujur saja melupakan moment itu tak semudah perkiraan.
"Sayang ..., kalau ada apa-apa langsung laporan sama aku ya, jangan kayak gini, aku khawatir tau daritadi kamu gak banyak ngomong sama aku."
"Aku ..." Ghina menjeda karena bingung, tetapi sepertinya biarlah insiden itu menjadi rahasianya dan Uzy. "Aku gapapa sayang, serius."
"Beneran?" tanya Gyas yang sama sekali tak percaya karena wajah gadisnya tidak sesuai dengan jawaban yang diberikannya.
Ghina hanya menatap pacarnya itu, ia tidak berniat mengatakan apapun lagi setelah Gyas sepertinya sama sekali tidak percaya dengan jawabannya. Melihat itu Gyas akhirnya mengangguk paham dan lebih memilih untuk percaya saja.
"Iya okey aku percaya sekarang, tapi lain kali kalau kamu kayak gini lagi harus langsung cerita sama aku ya." beritahu laki-laki itu posesif. "Kamu harus inget ini, aku siap jadi pendengar sepanjang masa asal yang ceritanya itu kamu." selanjutnya Gyas tersenyum manis memperlihatkan sederet gigi putihnya.
"Lebay banget ih." komentar Ghina dengan kekehan kecilnya.
Kemudian Gyas menggenggam jemari gadisnya itu. "Aku serius sayang."
"Gak mau, kamu gombal." tolak Ghina yang membuat Gyas mengerucutkan bibirnya lucu.
Pasangan baru memang selalu tampak hangat dan penuh kebahagiaan, apalagi umur hubungan keduanya masih dua minggu. Selama itu hubungannya masih baik-baik saja, tidak ada pertengkaran maupun perdebatan.
Tak bisa dipungkiri Ghina memang menyukai laki-laki itu, menurutnya Gyas adalah tipe laki-laki yang ia mau. Penuh pengertian, apalagi sangat perhatian, humoris plus romantis dan paling penting tidak kasar.
Gadis bermata sipit itu menerima Gyas karena laki-laki itu memang pantas untuk diterima. Tak ada yang salah dari Gyas, tapi Ghina jadi merasa bersalah karena sudah berbohong dan menyembunyikan rahasia dari pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCIN [GxG]
Romance[Proses Revisi] Cinta itu terkadang bisa membuat seseorang bodoh, dia akan melakukan apapun demi yang cuman punya 5 huruf doang, yaitu cinta! Kisah yang jarang dan langka, menceritakan tentang pengorbanan seseorang demi mendapatkan cintanya. *** Men...