Delapan Belas

2.3K 153 0
                                    

"Gaby kau mau taruh dimana kotak ini?"

"apa tulisan di kotaknya?"

Aku menekuk keningku lalu melihat kebawah dan dan membaca tulisan dengan spidol hitam itu.

"sepatu!"

"taruh saja di lemari"

Aku menghela nafas saat berjalan ke kamar dan melihat lemari ku, Aku tertawa pelan dan menggelengkan kepalaku, Lemari ini sudah hampir meledak!

Aku menaruh kotak itu di lantai dan berjalan keluar melihat Gaby sedang sibuk dengan peralatan dapur, wajahnya terlihat serius mengatur semuanya dengan rambut di kuncir asal dan kaus kebesarannya dia terlihat sangat lucu! Aku berjalan ke arahnya lalu memeluknya dari belakang menghirup aroma parfume nya.

"kau sangat menggemaskan"

"aku bukan boneka Blake, dan apa kau sudah selesai di kamar? mengapa kau menggangguku?"

"lemari ku sudah mau meledak dengan segala sepatu dan bajumu, kurasa aku membutuhkan lemari tambahan" Aku memutar tubuh Gaby hingga aku dapat melihat lurus ke mata coklatnya, astaga aku mencintainya.

"kau yang memintaku pindah ingat?"

"dan aku tidak akan mengubahnya, butuh setahun lebih untukku memohon kepadamu dan akhirnya kau mau"

"Kau sangat meyakinkan"

"tentu saja, aku ingin pulang setiap hari dan melihatmu"

Aku mencium Gaby membuat tangannya melilit leherku. Sejak aku mendapatkan promosi menjadi General manager aku dan Gaby jarang bertemu karena dia di bawa oleh Mr.Constara ke kantor pusat. Sekarang Mr.Constara tidak hanya memegang Constara hotel di New York namun seluruh Constara hotel di dunia serta beberapa bisnis kecil lainnya sehingga Gaby sangat sibuk dan jika dia sudah pulang aku tidak mungkin memaksanya untuk kencan jadi aku mengambil jalan tengah dengan mengajak dia tinggal bersama sehingga meskipun kita berdua lelah dan pulang larut kita masih dapat mengobrol sebelum tidur.

Ciuman kami semakin panas bahkan sekarang lehernya sedang menjadi santapan nikmatku, aku hampir mengangkat Gaby ke meja dapur namun suara ponsel Gaby mengacaukannya.

"Ini Ibuku"

Gaby mengangkat telpon itu namun langsung berubah menjadi video call saat Mrs.Taylor tahu jika dia sudah pindah bersamaku.

"Selamat sore Mrs.Taylor apa kabar? astaga anda sangat menawan sekali apa anda ada kencan"

"hentikan itu anak muda kau dapat membuat wanita tua ini tersipu" Mrs.Taylor kemudian tertawa renyah, Semenjak kami saling mengenal orang tua masing-masing sekarang hubunganku dan Gaby sangat baik terkadang Gaby juga sering bicara dengan Ibu dan Ayahku.

"Kami akan menghadiri pentas drama di sekolahnya Lukas aku hanya ingin melihat jika Gaby sudah aman bersamamu"

"tenang saja Mrs.Taylor aku akan menjaganya dengan nyawaku" Aku memeluk Gaby dengan sebelah tanganku membuat Mrs.Taylor tersenyum senang.

"baiklah lebih baik aku pergi sekarang bye kids"

"bye!"

"Kurasa Ibuku sudah sepenuhnya terpesona padamu"

"Siapa yang tidak?" Aku langsung mencium Gaby dan mengangkatnya ke konter dapur.

"kita masih banyak pekerjaan Blake"

"40 menit?"

"NO! 15 paling lama"

"Apa yang bisa aku lakukan dalam 15 menit?! 30"

"14 dan semakin berkurang"

"FINE!"

Dan itu adalah pemanfaatan waktu singkat terbaik yang pernah aku lakukan.

--------------------------

Aku melangkah dengan gugup di depan teras rumah orang tua Gaby memandang kebun kecil yang di buat oleh Mr.Taylor dengan indah, suara ramai di dalam rumah memaksaku harus meyendiri untuk menenangkan otakku.

"Blake? kau tidak ingin masuk?" Mr.Taylor berdiri di depan pintu memandangku bingung.

"Sebentar lagi Sir"

"Kau sangat pendiam hari ini ada apa? apa kau ingin menghabiskan natal di rumah orang tuamu?"

"Bukan itu masalahnya, lagipula orang tuaku sedang berlibur ke paris untuk natal"

Mr.Taylor menaikan alisnya menatapku yang semakin gugup, sialan! aku pernah melakukan ini sebelumnya tapi waktu itu aku tidak segugup ini.

"Mr.Taylor boleh aku bicara serius dengan anda?"

"kita sedari tadi sedang bicara nak"

"yah.. maksudku... itu benar namun ada hal yang benar-benar penting"

Mr.Taylor akhirnya menutup pintu rumah dengan rapat dan bergabung bersamaku di teras menatap kebunnya yang tertutupi salju tipis.

"Bicaralah"

"aku ingin meminta restu mu sir untuk menikahi Gaby" Akhirnya aku mengatakannya, aku menatap wajah Mr.Taylor yang sedang berfikir dan jantungku seakan mau melompat keluar dari tempatnya.

"Aku sudah memiliki rumah sir dan penghasilanku tetap dan sangat mencukupi untuk Gaby dan aku sangat mencintai putri anda dan..."

"Aku tahu" suara Mr.Taylor berubah berat dan keras membuatku ketakutan setengah mati kemudian beliau berbalik menghadap ku membuatku melihat langsung kedalam matanya yang sekuat baja.

"Kau tau dia adalah malaikat kecilku bukan?"

"Yes Sir"

"Dan kau akan menjaganya seumur hidupmu?"

"Aku akan melindunginya dengan nyawaku"

"apa yang akan kau lakukan jika dia menangis?"

Mr.Taylor menatap kedalam jiwaku dan pertanyaan ini langsung membuatku terdiam, aku hanya pernah sekali melihatnya menangis dan aku tidak menenangkannya saat itu aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sampai akhirnya dia kembali seperti semula dengan sendirinya.

Wanita singa ku mungkin akan mengamuk dan menatap tajam siapapun yang membuatnya kesal namun dia jarang sekali menangis sampai aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Mr.Taylor tersenyum sinis melihatku mematung mungkin di dalam hatinya dia menertawakan ku.

"Aku tahu Gaby tidak ingin terburu-buru menikah jadi kau masih punya banyak waktu untuk memikirkan jawabanmu"

Aku menghembuskan nafas kasar, sial aku gagal tes.

"Apa kau juga melakukan hal yang sama saat Julian melamar Grace?"

"lebih buruk, Gaby mungkin malaikat kecilku tapi Grace adalah anugerah pertamaku karena itu aku menamai mereka demikian" Mr.Taylor kemudian menepuk pundak ku lembut sebelum kembali masuk kedalam.

Aku menunduk kesal menatap sepatuku, aku ingin segera memulai keluarga tapi lebih daripada itu aku ingin memulainya bersama Gaby dan jika memang di butuhkan waktu lagi untuk mengenalnya maka ya aku akan melakukannya, Aku akan terus bersama Gaby sampai aku tahu apa yang di perlukan saat dia sedang sedih.







TBC.

BE MINE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang