P.s: Hehe, ada yang agak frontal nih nanti. Jadi saring bener² ya, yang jelek buang aja!
Selamat membaca dan semoga terhibur!
Jangan lupa pencet bintang (⭐) di bawah sebelah kiri ya!
Thank you.
💎
Di kediaman Gen Petir dalam suatu kampung bernama Berlian Biru ini, keluarga yang berjumlah 12 orang itu tengah duduk-duduk santai di depan televisi yang menyala.
Kedua anggota keluarga yang lain yaitu, si anak gadis serta Mamanya tengah berkutat di dapur daripada ikut segerombolan lelaki jantan yang ramenya naudzubillah itu.
Tapi meski begitu, televisi bukan jadi perhatian semua mata mereka. Melainkan perkelahian antara Doyoung dan Junghwan. Kamu sama Mama aja sampai puyeng dengernya. Untung aja masih fokus jadi gak sampai kena pisau.
"Jangan galak-galak sama adik, bikinnya susah..." kata Papa Taeyang melerai perkelahian badjot kedua anaknya.
Hyunsuk mencibir. "Apaan, susah? Tinggal masukin aja susah Pah."
"Heh! Mulut!" Papa pukul bibir anak joroknya itu pakai remot yang beliau pegang. Buat Hyunsuk mengaduh sambil pegangi bibirnya yang ketampol.
"Yang susah itu ngajak mama buat bikin, di kira papa bujuk berapa kali biar bisa buat anggota sepak bola kayak kalian, hm?" sambung Papa agak bisik-bisik, takutnya sang istri tercinta kedengaran kan nggak baik buat kesejahteraan biologisnya:(
"Hemeh!"
"Ohhh... Jadi mama itu su— hmph!"
Haruto yang kebetulan baru dateng dari kamar mandi, langsung bekap mulut adiknya, Jeongwoo, dengan kedua tangannya. Si Papa yang tadinya melotot, elus dadanya lega gara-gara sifat gercepnya Haruto— anak yang katanya sendiri ganteng itu. Sedangkan Hyunsuk berdecak malas karena gagal lihat Papanya perang dunia ke empat hari ini.
Anak setan emang. Batin Papa.
Mama Hyorin yang lagi di dapur masak bareng anak sejenisnya itu noleh. "Apa? Mama kenapa emang?!" teriaknya.
Papa Taeyang geleng-geleng, cengiran bodohnya dia tampilkan. "Enggak Mah, gakpapa kok."
"Itu Mah, Jeongwoo tadi bilang, Mama itu suatu keajaiban yang akhirnya Papa temuin." tambah Haruto dengan wajah datar serta suara beratnya.
Si Papa auto toleh Haruto. "Berlebihan..." ucap Papa tanpa suara. Haruto cuma pandang Papa Taeyang tanpa minat. Seolah bilang, "apaan sih? Tenang napa."
Tapi tanpa di duga, Mama justru senyum malu-malu habis itu balik lagi buat masak dengan hati yang berbunga. "Aihh.. Bisa aja si Papa."
"Wehh gilaa~" Haruto senyum puas. Yang lain mencibir.
Pasti Papa menyesal habis ini. batin mereka.
"Jangan lupa gaji aku ya Pa?" ampas. Tuh, kan. Senyum Papa langsung luntur seketika. Tapi ya udahlah ya, uangnya bejibun jadi it's okay aja kalau anaknya itu minta bayaran karena selamatkan sang Papa dari kehampaan hidup, ehe.
Kembali senyum Haruto mengembang saat Papa ngangguk setuju. Dia bilang 'makasih' dengan masih bekap mulut Jeongwoo dengan kedua tangannya. Tanpa peduli adiknya yang udah geleng-geleng berusaha lepasin bekapan itu. Yang akhirnya terpaksa Jeongwoo gigit hingga bekapan itu terlepas di iringi suara teriakan Haruto yang menggelegar.
"ADOOHHH!!! JEONGWOO! APAAN SIH LO!?"
"TANGAN LO BAU TAYI ANJIR! SESEK GUE NAHAN NAPAS TERUS! HABIS BERAK GAK CUCI TANGAN SIH!"
"Ya maap sih. Tayi gue biasa aja kok baunya."
"MAAP MAAP! BIASA YOR AIS! LO GAK PERNAH CIOM AROMA TAYI ORANG LAIN SIH MAKANYA ENTENG BANGET BILANGNYA!"
Yang lain cuma geleng kepala. Yang namanya HaruJeongwoo kapan sih betah no menghina-hina kleb? Jawabannya, nggak ada. Kalau gak pas saling membutuhkan.
Tapi dalam hati kamu— si anak gadis satu-satunya, membenarkan dalam hati. Faktanya, memang kalau tayi sendiri itu baunya lebih bisa di tolerir oleh indra penciuman dirinya sendiri sebagai sang pengeluar kotoran. Meskipun nyatanya, bau si kuning kecoklatan itu pada dasarnya sama. Sama-sama busuknya.
Namanya juga tayi:v
Iuh.
To be continue.
Wednesday, 29 january 2020
Publish: Friday, 14 february 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure Family | Treasure (12 + 1)
Humor[ Treasure and You ] *Sweet Version • Kehidupan satu keluarga dengan pasutri yang memiliki 12 anak Adam plus 1 anak Hawa. "Kita ini keluarga gen petir kan? Hehe" . "Mah!! Mbak nakal!" "Mas Doyoung sat up plisss!!" "Kamu yang kalem dikit dong..." "GA...