[ Treasure and You ]
*Sweet Version
•
Kehidupan satu keluarga dengan pasutri yang memiliki 12 anak Adam plus 1 anak Hawa.
"Kita ini keluarga gen petir kan? Hehe"
.
"Mah!! Mbak nakal!"
"Mas Doyoung sat up plisss!!"
"Kamu yang kalem dikit dong..."
"GA...
Jangan lupa pencet bintang (⭐) di bawah sebelah kiri ya!
Thank you.
💎
Siang ini, di kantin sebuah sekolah menengah pertama bernama Diamond Thirteen, tempat Haruto dan Jeongwoo mengabdi terjadi sebuah kericuhan.
Segala macam anak gadis dari yang muda hingga berumur ikut berteriak mengerubuni sebuah meja kantin yang di huni oleh dua makhluk pribumi yang lagi pusing gara-gara di sekitar mereka terlalu berisik.
"Ck. Bisa gak sih lo usir mereka, ha? Capek gue di kuntilin mulu." bisik Jeongwoo ke Haruto yang ada di samping kanannya.
Haruto cuma hela napasnya dan tetap baca buku yang ada di tangannya. Serial Boruto, saudaranya dari Bapak kedua Haruto, Naruto.
Jeongwoo mendecih. Dia di kacangin yorobun:(.
"Ah, anjir! Lo pesen apa gue yang pesen?!"
Tanpa kata. Haruto nunjuk seseorang di depannya. Karena memang cuma dia doang tuh yang berani duduk di depan Haruto, cewek yang lain mana berani ngusik. Ekhem, kalah kasta.
Lirikan tajam dia berikan, buat orang di depannya kehabisan napas seketika gara-gara aura ganteng si Haruto. Halah alay.
"Lo, pesenin gue sama samping gue bakso. Gak pake lama. Dan kalian semua balik duduk." perintah Haruto. Dan bodohnya, orang itu langsung mengangguk mantap beberapa kali dan tancap gas ke si penjual bakso. Semua yang tadi ngerubungin mejanya juga ikut pergi balik ke tempat masing-masing.
Haruto? Balik baca komiknya.
Gak ambil pusing sama teriakan-teriakan histeris yang gak terima karena bukan mereka yang di suruh. Astaga... Butjin anjer.
Bukan siapa-siapa mau aja di suruh-suruh. Terlalu pinter emang mereka tuh__-
Sedangkan Jeongwoo jadi kesel, segampang itu nyuruh anak gadis buat jadi babunya. Mentang-mentang itu anak ngefans sama kegantengan saudaranya itu.
Bales dendam. Jeongwoo harus bales dendam.
"Ini baksonya Haruto," seru cewek yang di suruh Haruto tadi. Jeongwoo yang ada di dekatnya yang ambil alih.
"Nih To,"
"Taruh aja, nanggung."
Jeongwoo senyum miring. Kesempatan! Jadi selagi Haruto fokus sama komiknya dan cewek penggilannya itu sibuk perhatiin wajah-- yang menurut Jeongwoo biasa aja-- Haruto, dia masukin sambal 10 sendok makan penuh ke bakso milik saudaranya itu.
Haruto mendecih dan letakkan komiknya yang hampir selesai dia baca. Nanti aja pas pelajaran di lanjut lagi.
Haruto aduk baksonya, cukup berwarna untuk ukuran bakso yang gak dia kasih apa-apa. Alias putihan. Tanpa peduli dia lahap baksonya, gak lihat adanya tumpukan biji cabai di sendoknya.
Dan--
"ANJAY!"
Auto semua yang di kantin noleh ke asal suara. Jeongwoo mati-matian tahan tawanya. Gila, wajah Haruto merah banget buahaha!
"Kenapa sih?" sok heran padahal dia dalang di balik teriakan saudaranya itu.
"Ini bakso pedes banget sih anjir!" Haruto jauhin mangkok baksonya dan tatap cewek yang tadi dia suruh pesen.
"Heh lo! Ini maksudnya apa?!" Haruto tunjukkan sesendok penuh cabai dari baksonya.
Cewek-- yang aslinya lebih tua dari Haruto itu menggeleng takut. "Enggak Haruto! Aku nggak masukin apa--"
"Halah! Ck, aduh! Jeong, ikut gue ayo!"
"Eh eh, kemana??" ini baru aja mau masukin pentol ke mulut main di cegah aja.
"Toilet bego! Sialan banget sih sumpah!" Si Jeongwoo mau bantah tapi--
Psstt..
"Anjir! Bau--"
"Tutup mulut lo dan ikut gue sekarang."
Ya mau gak mau Jeongwoo terpaksa ikut. Tinggalkan bakso yang baru setengah dia makan.
'Tahu gini gak bakal gue jahilin:(' Ya udah sih terima aja Woo. Pada akhirnya, si Haruto pamit pulang karena sakit perut yang buat dia libur dua hari karena parahnya.
Minta jemput Papa yang waktu itu lagi ada rapat. Tapi terpaksa beliau tunda gara-gara ancaman sang anak dan aduan sakit dari si ganteng Haruto.
Jiwa ke-bapak-annya jadi muncul dan segera jemput sang anak Haruto. Gak peduli akan wajah anak satunya yang melas banget pengin ikut pulang juga.
Huhu, Jeongwoo jadi pengin bolos:(
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
