Keberhasilan Grace mendapatkan seorang Jeffrey Herrick yang mengajarkan bagaimana ketulusan cinta.
Tetapi kegagalannya adalah, dia juga ikut andil dalam kehidupan Jeffrey yang di mana mereka terpaut sangat jauh hingga perbedaan era zaman.
"Dia seseo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cahaya pagi yang tembus melewati jendela yang terbuka. Berusaha masuk ketika tirai tipis bergerak mengikuti arah angin.
Angin pagi yang masuk bersamaan dengan tertiupnya tirai membuat ku terusik dalam tidurku.
Kasur dengan matras tipis dan ranjang besi yang aku tiduri sedikit bersuara karena badanku yang sudah bergerak setelah sadar.
Aku tidak langsung terduduk, mataku mengerjap, menetralkan cahaya pertama yang mulai masuk ke mataku. Mengerutkan kening dan sedikit memijat karena benar-benar sangat pusing.
Beberapa menit aku hanya tiduran dengan mata yang masih menyipit, memerhatikan atap dan sekeliling seadanya karena leherku belum di gerakan. Hanya seluas bola mata bergerak.
Aku mencoba mengingat apa yang telah terjadi, mengapa aku bisa disini.
Setelah mengumpulkan ingatan. Aku sadar jika ini bukan dirumah ku. Aku ingat jeffrey, orang asing yang mau memberiku tumpangan untuk menginap.
Ah ya! Aku mengingatnya. Sepertinya semalam aku menghabiskan obrolan malam yang begitu seru. Tapi aku tidak mengingat jika aku akan tidur dan sampai di kamar ini.
Terakhir ingatanku terputus saat jeffrey meneriakan ku untuk membantu ku dan dia bilang dirinya adalah suami ku.
Di sadarku pagi itu, aku sedikit tertawa mengingat lelucon yang jeffrey katakan semalam. Kenapa dia harus melucu? Mungkin agar obrolan kita dihiasi dengan candaan.
Tetapi aku tidak tahu kelanjutan kejadian itu dan untuk terakhir kali yang aku ingat, tidak tahu kenapa wajah jeffrey sangat khawatir dan dia berbicara dengan nada tinggi.
Aku masih memakai dress panjang rumahan berwarna putih ini milik mendiang istrinya.
Nyawaku sudah terkumpul kembali dan berusaha untuk duduk dari tidurku. Aku memegang pinggiran kasur agar tidak oleng.
Aku duduk mengarah ke dinding dengan kaki yang sudah aku turunkan kebawah. Tanganku masih memegang pinggiran kasur dan aku duduk sambil tertunduk. Memperhatikan kakiku.
"Sayang"
Samar samar aku mendengar suara itu. Panggilan asing yang entah tertuju pada siapa dan siapa yang memanggil.
"Sayang, surat kabar sudah masuk?"
Mataku tertuju pada pintu kamar yang masih tertutup. Yang aku dengar suaranya berasal dari sana. Itu suara jeffrey?
Panggilan dengan sedikit teriakan membuatku mengerutkan kening. Aku berfikir mungkin ada orang lain di rumah ini.
"Sayangg.. kamu dimana sih?"
Panggilan ketiga itu tak kunjung berhenti. Aku makin bingun dan berfikir banyak hal. Siapa sih itu? Mengganggu rumah orang saja. Disini ada tamu.
Tapi aku tidak mencoba untuk bangun dari kasur. Aku hanya duduk menikmati angin bersahabat dari jendela disebelah kasurku. Menghirup udara segar pagi hari.