# 51

88 2 0
                                    

BERGEGAS adib turun dari tingkat atas mencari ibu dan ayahnya. Selalu nya kalau dijerit sekali sudah pasti antara mereka membalasnya. ini tidak

" IBUUUUUUU !! "

" AYAHHHHH !! "

Bergema satu rumah mendengar jeritan adib. Lantas mak limah mendapati anak majikannya yang tampak serabut

" Kenapa ni tuan muda? "

" Mana ibu dengan ayah ?! " Dada nya berombak turun naik itu cuba dikawal dengan memghembus nafas .

Terhinjut sedikit bahu mak limah mendengar jerkahan anak majikannya itu namun sudah biasa.

" Di..diorang pergi jalan sekejap ke kampong " jujurnya.

Dahi berkerut pelik.

" Kampong ? Kampong siapa ? " Perasaan ingin tahu membuak-buak. Tidak pernah pulak mereka ada keluarga yang tinggal dikampong. Nekma dan Nekpa pun bukannya tinggal dikampong. Asal nya pun rumah ini namun selepas kematian mereka , rumah ini diturunkan ke nama ayah.

" Mak limah tak tahu tuan muda. Kata nya nak melawat seseorang. "

" Syaza ? Mana syaza ? "

" Dia sleepover rumah kawan dia "

Adib merengus geram , tangan kiri dibawa menyisir rambut ke belakang , ibu dengan ayah sama sahaja ! Suka berahasia.

Kaki dibawa kedapur , lebih baik makan daripada serabutkan kepala otak!

- -

" AIN sihat sayang ? "

Ain hanya mengganguk.

Jatuh kasihan ibu memandang ke arah anak menantu nya itu. Bibir nya pucat lesu, nampak sangat tak makan selalu.

" Mana anak kau yang seorang lagi fidah? " Soalan dituju kearah mak.

" Entah , dia memang selalu keluar jam-jam begini "

Sejurus itu , hadi masuk ke rumah dengan membuka pintu dengan kasar , diri dibawa terus masuk ke bilik. Orang datang pun tak nak kesah dah

" Biar kan dia sa. Hmm ni , apa hajat datang ? " Mak mengubah topik kepada asalnya.

" Tak ada lah , saja nak melawat ain , rindu ibu dengan ain "

Ain yang mendengar hanya tersenyum tipis.

" Ain pun rindu ibu dengan ayah, syaza jugak " bibir yang pucat itu akhirnya meluahkan perasaannya selama ini disimpan. Tidak pernah pula dia meluah perasaan sebegini.

" Ain .. ain marah kan adham ? " Takut-takut ibu bertanya , nanti tersinggung pulak hati menantu nya itu.

Diam tak berkutik sahaja ain namun lamanya jugak dibalas dengan anggukan lemah.

" Kami nak minta maaf atas kelakuan tidak adil anak kami adham , kalau kami tahu dia nak kahwin lain , memang awal-awal dah kami tak kasi " kali ini ayah nya pulak yang berkata yang sejak tadi diam mendengar sahaja.

Ain menggeleng ,

" tak apalah ayah , ibu . Lelaki kan boleh kahwin 4 , lagipun ain redha dengan ketentuan allah " bibir pucat itu sekali lagi mencarik senyuman palsu.

Tersentuh hati mak mendengar ayat itu. Dia tahu , bukan mudah bagi ain untuk merawat hati yang luka. Sedangkan yang dulu pun belum seratus peratus pulih inikan pula ditambah.

- -

Karna Ku Cinta [SU]Where stories live. Discover now