Turun dari ojek online yang ia pesan, Retha langsung berjalan memasuki area sekolah. Entah sudah berapa kali perempuan itu menginjakkan di sekolah selama libur kuliahnya ini. Yang jelas, wajah Retha yang kini lebih mudah dikenali dengan rambut coklat terangnya itu sering didapati guru yang sedang berjaga di meja piket. Retha hanya tersenyum melewati guru-guru yang jelas merupakan guru baru di sekolahnya karena ia tak mengenali satu pun wajah itu di sana.
Jika minggu lalu memang jadwalnya para alumni manajer datang untuk memberi materi ke divisinya masing-masing, hari ini adalah pertemuan besar antara panitia inti yang sedang berjalan dengan alumni panitia inti. Berhubung rapat akan dimulai selepas jam sekolah, Retha memilih datang saat jam makan siang. Seperti biasa, Retha duduk di salah satu meja kantin sendirian. Menunggu Rio dan Nina yang sudah berjanji akan tiba lima menit lagi.
Brown sugar yang Retha pesan akhirnya sampai bersamaan dengan lelaki yang sedang ia hindari. Lelaki itu langsung menghambil duduk di hadapannya. Retha berusaha sebaik mungkin menghindari kontak mata dengan Radyan. Ia melirik ke segala arah untuk memastikan bahwa seluruh orang di kantin tidak menjadikannya pusat perhatian.
"Masih ngehindar?" tanya Radyan saat berhasil duduk di hadapan Retha.
Retha hanya diam memilih fokus dengan ponselnya. Tentu ia mencari keberadaan Rio dan Nina. Tak ada balasan pesan satu pun dari kedua orang itu. Ternyata kedua orang itu berjalan melewatinya dengan tatapan heran. Nina yang sudah hampir melabrak Radyan langsung Rio tarik menuju kantin ujung yang sudah ramai dengan alumni lainnya.
"Kamu masih ngehindarin aku?" tanya Radyan yang entah sejak kapan mengubah sapaannya pada Retha menjadi aku-kamu.
Retha masih mengabaikan pertanyaan Radyan yang terdengar lebih lembut itu di telinganya.
"Kamu mau bener-bener kita selesai sampai di sini aja?" tanya Radyan lagi yang ternyata membahas pembahasan mereka semalam di ruang obrolan.
Pesan singkat yang Retha dapatkan saat malam pergantian tahun itu baru ia baca semalam. Mereka bertukar pesan hingga larut malam. Retha yang mendorong jauh Radyan untuk pergi dan Radyan yang tidak menyerah untuk kembali mendapatkan Retha. Padahal tepat sebelum Radyan terbang jauh ke Benua Eropa, ia berkata bahwa Retha akan mendapatkan yang lebih baik darinya. Rupanya Radyan yang tidak bisa melepas Retha semudah itu.
Perempuan dengan kardigan hitamnya itu menghela napas berat. Ditatapnya lelaki di hadapannya itu sebelum melontarkan kalimatnya. Retha hanya ingin mengakhiri segalanya dengan baik. Tapi sepertinya lelaki keras kepala di hadapannya itu akan mempersulit rencananya.
"Penjelasan aku semalam kurang jelas?" tanya Retha mengintimidasi Radyan.
Sesaat suasana di antara keduanya menegang. Radyan sedikit terkejut dengan pertanyaan bernada dingin yang baru saja ia dengar. Retha yang ia tahu selalu ceria, manja, dan manis. Tapi kali ini Radyan menemukan sisi lain Retha yang membuatnya terdiam. Setidaknya ia ingin mendengar penjelasan dari perempuan di hadapannya mengenai pembahasan yang mereka obrolkan secara langsung.
"Bilang ke aku sekarang kalo kamu bener-bener mau selesai sama aku." pinta Radyan.
Retha menatap netra Radyan, "Aku mau kita selesai."
Radyan terpaku di tempatnya. Keheningan menyelimuti dua orang yang sama-sama enggan beranjak dari duduknya. Retha sendiri terkejut dengan kalimat yang ia lontarkan pada Radyan bisa terdengar begitu tegas. Ada sedikit rasa sesal begitu melihat raut wajah Radyan yang terluka. Retha merasa dirinya jahat detik itu juga.
"Kenapa?" tanya Radyan yang terlihat ragu mendengarkan pernyataan menyakitkan lainnya dari bibir lawan bicaranya itu.
"Aku mau bebas, Rad. Aku juga mau kenal cowok-cowok lain. Perjalanan aku masih panjang. Aku juga mau dipertemukan dan punya cerita sama cowok lain sebelum menemukan yang terbaik. Aku ga mau terikat sama kamu doang." jelas Retha, "Kamu juga pasti butuh itu, kan, Rad?"
Radyan menggelengkan kepalanya berkali-kali selama mendengar penjelasan Retha. Lelaki itu tidak ingin mendengar satu kata pun yang keluar dari bibir Retha saat ini. Ia menolak untuk percaya bahwa Retha sudah tidak menginginkannya.
Sejak tiga tahun lalu menyukai Retha dan Radyan berhasil mendapatkan balasan cinta dari perempuan itu pada akhirnya membuatnya tak ingin mengakhiri semuanya dengan perempuan berambut kecoklatan di hadapannya itu. Lima bulan tidak bertukar kabar dengan Retha hampir membuatnya gila. Memberi waktu pada Retha untuk sendiri ternyata bukan pilihan yang tepat. Retha benar-benar sudah tidak memiliki rasa yang sama dengannya.
"Selama ini aku berpikir kalo aku bisa hidup bahagia sama kamu salah ga?" tanya Radyan lirih.
Retha sedikit terkejut dengan nada suara Radyan yang benar-benar terluka di hadapannya, "Dunia kita ga di situ-situ aja, Rad. Aku dan perkuliahanku di sini, kamu dan perkuliahanmu di Belanda sana. Masih banyak waktu untuk mencari. Perjalanan kita masih panjang dan aku ga mau terikat sama kamu doang. Kalo Tuhan emang mengatakan bahwa kita berjodoh kita akan sama-sama lagi, kok."
Kalimat yang sudah Retha perhalus itu ternyata tetap menimbulkan gores di hati Radyan. Lelaki itu pikir perasaannya pada Retha tak sedalam itu. Namun mendapati kenyataan Retha tak menginginkannya lagi sangat menohoknya. Radyan tahu bahwa dirinya sudah terlalu banyak pula menyakiti Retha.
"Kamu inget kalo aku sama sekali ga ngerti pacaran itu buat apa, kan, Rad?" tanya Retha mengingatkan topik yang sempat mereka bahas beberapa bulan yang lalu itu, "Walaupun aku ga ngerti sama hal-hal itu, seenggaknya pengalaman pacaran sama kamu ga buruk-buruk amat. Makasih buat rasa bahagia yang selalu kamu hadirkan buat aku setelah rasa sakit itu."
Radyan masih menggelengkan kepalanya. Mencoba menolak apapun yang baru saja ia dengar. Matanya sudah sedikit berkaca. Radyan takut kehilangan Retha. Ditatapnya mata Retha yang balik menatapnya tanpa rasa. Retha dengan perasaannya itu sudah tidak ada. Mata perempuan itu kosong. Radyan sudah tidak bisa lagi merasakan kehangatan itu.
"Aku mohon jangan pergi, Reth." lirih Radyan.
Retha tersenyum getir sembari menggeleng.
Enjoy!
Love, Sha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Make it Right
Literatura Feminina[COMPLETED] Retha kembali dipertemukan dengan masa lalunya. Setelah banyak yang dilaluinya sendirian, Retha kembali bertemu Radyan. Di bagian kehidupan yang berbeda, ketika keduanya lebih dewasa dalam menghadapi persoalan, mereka kembali berjumpa. M...