Retha baru selesai perwalian dengan dosen walinya bersama teman-teman seperwaliannya. Kumpulan mahasiswa semester kedua yang merupakan tanggung jawab Pak Tio itu keluar berhamburan dari ruang kelas bernuansa Jepang itu. Melangkah keluar kelas, Retha menunggu Dinda yang masih tertinggal di dalam kelas. Dengan penampilan barunya ini, Retha mendapat banyak pertanyaan dari teman-teman sekelasnya yang menganggap bahwa dirinya perempuan yang cukup kalem.
"Yuk!" Dinda menyadarkan lamunan Retha yang berdiam di depan kelas.
Retha mengangguk kemudian melanjutkan langkah.
"Shokud dulu, yuk." pinta Dinda menyebutkan nama kantin yang berada di lingkungan Pusat Studi Bahasa Jepang di fakultas mereka.
"Ayo! Gue juga pengen beli minum." balas Retha.
Sampai di kantin yang bisa dikatakan paling bersahabat dengan kantung mahasiswa di area Fakultas Ilmu Budaya, Retha dan Dinda memisahkan diri untuk menuju rak jajanan yang mereka inginkan. Retha memilih membeli minuman bersoda dan Dinda membeli es krim rasa coklat. Keduanya kemudian mengantri di kasir untuk membayar. Tak sedikit mahasiswa di kelas mereka yang juga berakhir di kantin itu. Termasuk Wildan yang ternyata berdiri tepat di depan Retha.
"Wildan..." panggil Dinda dari balik punggung Retha pada lelaki cuek yang kemudian menoleh, "Gue nebeng balik, ya."
"Iya..." balas Wildan malas.
Dinda tersenyum sendiri karena akhirnya dia tidak perlu mengeluarkan ongkos lebih atau capek-capek berjalan kaki untuk sampai di kosannya, "Eh, Reth. Lo langsung balik ke Bandung, nih?"
Retha mengangguk, "Tanggal lima belas, kan, ada pensi sekolah gue. By the way, lo jadi mau dateng?" tanyanya.
"Jadi. Sama Wildan juga, tuh." jawab Dinda.
Lelaki yang merasa namanya disebut menoleh sembari mengeluarkan lembaran rupiah dari dompetnya.
"Lo dateng juga ke pensi sekolah gue?" tanya Retha yang bergeser saat Wildan sudah menyelesaikan transaksinya.
Lelaki itu mengangguk, "Nemenin bocah ini. Sekalian gue juga pengen tau gimana, sih, pergaulan anak Bandung."
Retha mengangguk-anggukkan kepalanya, "Kalian cuma berdua?" tanyanya.
Dinda menggeleng, "Putri sama Aldi juga ikut. Lumayan, kan, si Aldi bawa mobil jadi ga perlu takut balik ke Nangor malem-malem."
Meninggalkan kantin, Retha, Dinda, dan Wildan berjalan beriringan menuju parkiran motor. Belum sempat Retha memisahkan diri karena dirinya memilih jalan sampai menuju gerbang lama, seseorang memanggil namanya. Tanpa ia duga, Radyan dengan jaket coklat dan berdiri di balik pintu mobil merah yang terbuka menyusulnya sampai Jatinangor. Tentu kehadiran laki-laki yang asing itu mengundang tanya di wajah Dinda dan Wildan.
"Siapa, Reth?" tanya Dinda yang berdiri di samping kirinya, "Bukannya itu Radyana Pratama, ya?" lanjutnya.
"Lo tau Radyan?" tanya Retha sedikit terkejut.
"Siapa yang ga tau Radyana Pratama putra sulungnya Menteri Perindustrian, Arfandi Pratama, sih, Reth?" pernyataan Dinda mengingatkan fakta bahwa kedua orang tua Radyan kini berdomisili di Jakarta, "Lo siapanya Radyan, sih, Reth?"
"Temen satu SMA, Din. Gue duluan, ya. See you!" pamit Retha menghampiri Radyan.
"Lo yakin kalo mereka cuma temenan, Wil?" tanya Dinda pada lelaki di sampingnya.
Wildan mengangkat kedua bahunya tidak tahu tapi tatapannya tak lepas dari Retha yang mulai berinteraksi dengan lelaki bernama Radyan itu.
"Sama. Gue juga ga yakin." balas Dinda dengan tatapan menyelidik saat melihat interaksi Retha dengan lelaki pemilik mobil berwarna merah itu.
"Jadi nebeng ga lo?" tany Wilda langsung menyadarkan Dinda.
"Jadi!" pekik Dinda karena takut ditinggal.
Pandangan Radyan tak tertuju pada Retha yang menghampirinya. Retha mengikuti arah pandang Radyan yang ternyata tertuju pada Wildan. Tak kalah dengan Radyan, rupanya Wildan melakukan hal yang sama. Retha meringis sendiri mengetahui arti tatapan Radyan pada Wildan.
"Rad? Kamu ngapain ke sini?" tanya Retha yang mengakui bahwa dengan ber'aku-kamu' dengan Radyan memang lebih nyaman.
Radyan langsung mengalihkan tatapannya pada lawan bicaranya, "Jemput kamu." balasnya dengan senyum.
Baik Retha maupun Radyan, keduanya sepakat untuk hanya berteman. Semuanya kembali seperti sedia kala. Entahlah, bagi Retha, hubungan pertemanan di antara mereka jauh membuatnya lebih nyaman. Label pacaran hanya akan membebaninya ketika ia tak ada di sana saat Radyan membutuhkannya. Jika Nina beranggapan bahwa yang dijalaninya dengan Radyan ini tidak akan berhasil, Retha malah yakin ini akan terasa lebih baik dari sebelumnya.
"Kamu ga perlu jemput ak-"
"Siapa cowok itu?" tanya Radyan memotong kalimat Retha.
"Wildan. Temen sekelas aku sama Dinda." jelas Retha yang langsung mendapati perubahan raut wajah Radyan, "Rad, aku ga lagi menggantungkan kebahagiaan aku ke siapa pun. Aku lagi bahagia dengan diriku sendiri."
Penjelasan Retha sedikit membuat wajah Radyan melembut, "Ayo masuk."
Retha ikut masuk ke dalam mobil merah yang tentu pernah menjadi bagian ceritanya. Radyan melajukan mobilnya keluar dari lingkungan fakultas Retha. Tak sedikit mahasiswa yang sudah memulai kuliah di minggu ini. Tak sedikit mata yang ikut menoleh saat mobil Radyan lewat. Bisa dibilang mobil yang mengundang perhatian orang ini hanya bisa dimiliki mahasiswa Fakultas Hukum atau Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang terkenal dengan label anak sultan. Kalau di rumpun Ilmu Pengetahuan Alam, ada Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang memegang label itu.
Karena pintu keluar untuk mobil berada di atas atau bagian utara kampus, mereka harus mengelilingi area kampus terlebih dahulu. Retha meminta izin menyambungkan ponselnya ke audio mobil. Radyan tentu mengizinkannya dengan senang hati. Retha memutar lagu dalam playlist-nya selama perjalanan menuju Bandung.
"Reth, kita diminta ngisi satu segmen di Ardan." ucap Radyan setelah memasuki gerbang tol Cileunyi.
Dahi Retha berkerut, "Hah? Ngisi acara apa emang?"
"Coba buka Instagram kamu." pinta Radyan.
Retha yang memang belum membuka sosial medianya sejak kemarin, kecuali aplikasi ruang obrolan, langsung membuka aplikasi yang disebutkan Radyan. Ternyata banyak notifikasi yang masuk adalah mention dari beberapa teman seangkatan mereka yang merekomendasikan keduanya untuk mengisi segmen SEPIK edisi The Couple.
"Emang udah fix kita yang bakal diundang ke sana? Lagian, kan, kita udah enggak, Rad." tanya Retha.
"Coba, deh, buka foto kita likes-nya udah berapa?"
Enjoy!
Love, Sha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Make it Right
Chick-Lit[COMPLETED] Retha kembali dipertemukan dengan masa lalunya. Setelah banyak yang dilaluinya sendirian, Retha kembali bertemu Radyan. Di bagian kehidupan yang berbeda, ketika keduanya lebih dewasa dalam menghadapi persoalan, mereka kembali berjumpa. M...