Tidak terasa sudah bulan ke tujuh Retha bekerja di kedai kopi milik pamannya. Retha menatap hasil karyanya siang ini di meja bar. Ia berhasil membuat latte art di atas cappucino yang ia buat. Kemudian Retha memotret latte art buatannya dengan ponsel berwarna putih yang baru saja ia masukkan ke dalam saku celana jeansnya. Farrel menoleh dengan senyum puas ke arah Retha. Walaupun lelaki itu bersikap dingin dan sedikit keras ketika mengajari Retha berbagai macam kreasi minuman berbahan dasar kopi itu, Farrel cukup telaten mengajari Retha dengan setiap detailnya.
"Reth, sekalian, ya, meja tiga." ucap Farrel menggeser gelas frappe ke arah Retha.
"Siap." balas perempuan dengan kemeja putihnya itu yang kemudian melesat mengambil nampan dan mengantarkan pesanan cappucino latte buatannya dan green tea latte buatan Farrel ke meja yang dituju.
Selepas mengantar pesanan, perempuan dengan rambut berwarna soft pink yang dikuncir satu itu kembali ke meja bar. Ia menunggu pesanan berikutnya untuk ia antar ke meja pelanggan yang betah berlama-lama menghabiskan waktu menikmati suasana kedai yang cukup tenang. Kedai cukup ramai didatangi pelanggan namun tak juga menghilangkan ketenangan. Pelanggan yang datang kebanyakan berasal dari kalangan pekerja kantoran atau mahasiswa yang pasti lebih memilih sibuk dengan dunianya sendiri.
Suara lonceng yang dipasang di pintu kaca berbunyi, menandakan seseorang sedang membukanya untuk masuk ke dalam kedai. Wajah tiga pemuda yang diyakini bukanlah berasal dari Indonesia itu memasuki kedai. Mereka berhenti di depan kasir untuk memesan minuman mereka. Mata ketiga pemuda itu masih terarah ke papan menu yang tergantung di tembok atas meja bar yang menyatu dengan meja kasir namun wajah Caca sudah panik. Menyadari jika Caca mungkin tidak cakap dalam berbahasa asing, Retha langsung menghampiri perempuan itu di balik meja kasir.
"Good afternoon. May I help you?" tanya Retha begitu berdiri di sebelah Caca.
"Yes, please." balas pemuda berambut kecoklatan berdiri tepat di hadapan Retha. Ada kelegaan terlihat jelas di wajahnya ketika mendapati lawan bicaranya berbicara bahasa yang sama dengan dirinya.
Retha tersenyum, "What can I get for you?"
"One hot cappucino, one caramel macchiato, and one iced americano, please." balas pemuda itu setelah menanyakan pesanan kedua temannya.
"Sure, what size would you like? We have small, medium, and large sizes." jelas Retha menunjukkan ukuran gelas yang tertata di pinggir meja kasir.
"All in medium, please." balas pemuda itu lagi.
Retha kemudian memasukkan pesanan ketiga lelaki warna negara asing itu pada layar sentuh di hadapannya, "Is that to have here or to go?" tanyanya.
"To go, please." balas lelaki bermata biru itu.
"Ok, is there anything else?" tanya Retha memastika.
"That's all."
"That'll be sixty four thousand rupiah." ucap Retha.
Pemuda itu mengeluarkan satu lembar rupiah berwarna merah,"Here you go." kemudian menyerahkannya pada Retha.
Retha menerima uang rupiah itu kemudian memberikan kembaliannya kepada pemuda bekewarganegaraan asing itu dan memintanya menunggu di sisi bar yang memiliki papan bertulisakn 'pick up' di atasnya. Rupanya pesanan sudah dikerjakan oleh Farrel dan Caca. Retha memilih untuk berbasa-basi dengan pengunjung bekewarganegaraan asing yang cukup jarang Retha dan yang lainnya temui berkunjung ke kedai selagi Farrel dan Caca menyiapkan pesanan pelanggan mereka.
"Where do you come from, Sir?" tanya Retha dengan senyum ramahnya.
Senyum Retha dibalas oleh lelaki bermata biru itu, "I come from California." balasnya.
"What brings you here?" tanya Retha lagi.
"I work in the building right in front of this cafe. Well, your English is good. Have you ever lived abroad?"
"Oh, thank you. Well, I was in English major actually." balas Retha.
Pemuda bermata biru itu mengangguk-angguk kemudian mengulurkan tangannya, "I'm Noah."
Retha sedikit terkejut dengan lelaki di hadapannya yang tiba-tiba memperkenalkan diri, "I'm Retha. Nice to meet you, Noah." balasnya meraih uluran tangan lelaki bernama Noah itu.
"Well, this is Ethan and Gabriel." lanjutnya memperkenalkan kedua temannya pada Retha.
Retha memperkenalkan dirinya kepada kedua teman Noah yang sama-sama berasal dari California dan bekerja di gedung yang sama. Rupanya perusahaan tempat Noah dan teman-temannya bekerja adalah sebuah perusahaan multinasional yang bertempat di lantai delapan gedung perkantoran di seberang kedai dimana Retha bekerja.
"Here's for you. There's an empty position in our department. In case you are interested." Noah menyodorkan kartu nama miliknya pada Retha.
Retha menerimanya dengan lagi-lagi terkejut, "Thank you so much." kemudian ia memasukkan kartu nama itu ke dalam saku apronnya.
Kemudian tiga pesanan milik Noah dan ketiga temannya selesai, "Here's your order. One hot cappucino, one caramel macchiato, and one iced americano. All in medium. Anything else, Sir?" tanya Retha.
"No. Thank you." balas Noah.
Retha membalasnya dengan senyum, "Ok, thank you for coming."
Selepas kepergian ketiga lelaki berkewarganegaraan asing itu, Retha meraih kartu nama yang ia dapat dari Noah di saku apronnya. Kartu nama berwarna putih itu memiliki logo perusahaan dengan nama Noah dan jabatannya. Lelaki bernama lengkap Noah Ray Smith ternyata memiliki jabatan kepala divisi marketing. Lag-lagi, Retha harus terkejut dengan lelaki berkemeja biru tua yang masihlah sangat terlihat muda. Dari penampilannya, Retha tidak menduga bahwa lelaki itu memiliki jabatan yang cukup tinggi di perusahaan multinasional itu.
"Wah, apaan, tuh, Reth?" tanya Caca menyenggol siku Retha.
Enjoy!
Love, Sha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Make it Right
ChickLit[COMPLETED] Retha kembali dipertemukan dengan masa lalunya. Setelah banyak yang dilaluinya sendirian, Retha kembali bertemu Radyan. Di bagian kehidupan yang berbeda, ketika keduanya lebih dewasa dalam menghadapi persoalan, mereka kembali berjumpa. M...