19

2.3K 186 4
                                    

Karena semester depan akan mengikuti program KKN dan menyelesaikan sisa mata kuliahnya, Retha memilih untuk kembali tinggal dengan keluarganya di Bandung. Hari ini Rakha menyusulnya ke Jatinangor dengan mobil ayahnya. Semua barangnya yang ada di indekos akan dibawa pulang oleh abangnya siang ini. Kini perempuan yang rambut panjangnya dicepol itu mengepak barang-barangnya dibantu oleh Dinda. Sementara Rakha masih ada dalam perjalanan.

Retha tidak kembali ke Bandung dengan Rakha siang nanti. Ia masih ada rapat umum dengan himpunannya untuk menutup periode kepengurusan yang masa aktifnya hampir berakhir. Retha menjadi perwakilan angkatannya kali ini bersama Wildan dan Salman. Sudah banyak mahasiswa jurusannya yang tentu sudah pulang kampung untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

"Bakal sepi, dong, kosan ga ada lo." celetuk Dinda yang sedang menumpuk buku-buku Retha di lantai supaya lebih mudah ia masukkan ke dalam kardus.

Retha yang sedang membereskan pakaiannya ke dalam tas di depan lemarinya tersenyum, "Kan, masih ada Salman sama Wildan di kosan seberang."

Wildan dan Salman memilih pindah ke indekos putra yang berada tepat bersebrangan dengan indekos putri yang ditempati Dinda dan Retha sejak tahun lalu. Alasannya karena supaya keduanya lebih mudah meminta pertolongan pada Retha yang tentunya berkemampuan lebih dari mereka. Selain itu, juga karena Dinda dan Retha adalah manusia tebengan. Wildan dan Salman rela dijadikan budak tebengan sebagai balas budi kepada Retha.

"Mereka berdua, mah, ga ada yang bisa diajak curhat kayak lo, Reth." keluh Dinda yang masih sibuk melakukan pekerjaannya dengan buku-buku milik Retha.

"Lo bisa telepon gue." balas Retha tak mengambil pusing sahabatnya yang sedang berlebihan itu.

"Ih, Retha!" pekik Dinda yang sedetik kemudian berubah dengan senyuman jahil, "LDR, tuh, ga enak, kan, Reth? Ya, kan?" ia mengangkat dan menurunkan alisnya jahil.

Retha menoleh pada Dinda sembari menghela napas berat, "Elo, ya..."

"Ga mau sama Wildan aja gitu, Reth? Dia lebih deket daripada Radyan yang jauh di Belanda sana." tanya Dinda yang masih menatap Retha dengan ledekan.

"Din... Jangan mulai, deh." Retha memperingati.

Dinda malah mendekatkan duduknya pada Retha, "Serius, deh, Reth. Lo ada rasa ga, sih, sama Wildan? Kasian anak orang lo gantungin."

"Gue nyaman deket sama Wildan, ya, sebagai teman aja, Din. Ga lebih." balas Retha, "Gue juga emang lagi ga mau terikat sama cowok mana pun."

"Anjir, Wildan, kasian amat nasib lo jadi korban friendzone." Dinda meratapi nasib sahabatnya itu, "Gini, ya, orang cantik pasti tinggal milih. Lah, gue. Yang mau sama gue aja ga ada."

"Eh, Salman apa kabar?" Retha memotong keluh kesah Dinda dengan menyenggol lengan perempuan itu.

"Iya gue suka. Doi ga tau." Dinda mengangkat kedua bahunya kesal.

Retha tertawa pelan menanggapi kekesalan Dinda. Cinta butuh proses, bukan? Dinda sudah melewati proses panjang mengenal Salman. Dinda memaknai proses itu tapi entahlah lelaki berkacamata tebal itu melakukan hal yang sama atau tidak. Tidak ada yang tahu. Salman terlalu diam dan tertutup mengenai apa yang ia rasakan. Bahkan Retha tidak bisa membaca situasi yang sedang dialami lelaki itu. Sulit ditebak.

Kesibukan Retha dan Dinda di ruangan berdominasi warna putih itu terhenti sesaat ketika ponsel Retha berdering dari atas kasur. Retha meraih benda pipih berwarna putih itu dari atas kasur. Nama abangnya tertera di sana meminta segera dijawab. Perempuan dengan kaus Mickey Mouse berwarna putih itu pun mendekatkan telinganya pada ponsel. Ternyata Rakha sudah menunggu di depan gerbang bangunan indekosnya. Meminta Rakha menunggu sebentar, Retha segera keluar dari kamarnya setelah memutus sambungan dengan abangnya itu.

Ternyata sudah pukul satu siang. Retha dan Dinda hanya tidak menyadari sudah berapa lama keduanya mengepaki barang-barang Retha. Rupanya Rakha memarkirkan mobilnya di mini market di depan gang bangunan indekos Retha. Untuk mempersingkat waktu, Retha membantu Rakha memindahkan barang dari kamar indekosnya ke mobil. Dinda juga curi-curi kesempatan supaya bisa lebih dikenal oleh Rakha.

"Abang pulang dulu, ya. Jangan kesorean, suka macet." ucap Rakha sebelum masuk ke dalam mobil.

"Iya, Bang." balas Retha.

Retha pun menyusul abangnya ke Bandung setelah mengikuti rapat umum yang baru berakhir pukul enam sore. Sudah dipastikan bis berwarna biru yang biasa membawanya ke Bandung sudah menghentikan jam operasionalnya. Terpaksa perempuan itu menyebrang ke pool mobil travel yang bisa membawanya ke Bandung sesegera mungkin. Ternyata masalah datang. Sudah tidak ada kursi yang kosong untuk tiga mobil terakhir. Menghela napas berat, Retha kemudian melangkahkan kaki menuju bangunan indekosnya. Perempuan yang menggendong tas ransel hijau army-nya itu juga tak lupa mengabari sahabat-sahabatnya melalui aplikasi ruang obrolan online.

"Lo mau kemana?" tanya Retha saat mendapati Wildan sudah akan melajukan motornya dari depan rumah indekosnya.

"Lo tunggu sini. Gue mau minjem mobil Aldi. Gue anter ke Bandung." belum sempat Retha menyerap kalimat itu, Wildan sudah lebih dulu melajukan motor matic-nya meninggalkan Retha penuh dengan tanya.

Akhirnya Retha memilih menunggu Wildan yang sedang meminjam mobil pada Aldi. Indekos mewah yang ditempati Aldi berada di atas. Tak perlu membutuhkan waktu yang lama, hanya lima belas menit, Wildan sudah mengabarinya melalui pesan singkat bahwa lelaki itu sudah ada di mini market depan gang. Retha pun dengan segera melangkahkan kakinya menuju mini market dua puluh empat jam yang dimaksud. Begitu menemukan mobil berwarna kuning neon milik Aldi, Retha mengetuk kaca jendela terlebih dahulu supaya Wildan membukakan kunci mobil.

"Lo beneran mau nganterin gue ke Bandung?" tanya Retha di tengah perjalanan.

Wildan menaikkan kaca jendela selepas melewati gardu otomatis dan menaruh kartu uang elektronik milik Aldi di salah satu rak kecil, "Kita udah masuk tol dan lo baru nanya?"

Retha tertawa pelan, "Thank you so much, Wildan."

Wah, peran Wildan di perkuliahannya Retha cukup bersar ya...

Enjoy!

Love, Sha.

Make it RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang