Rio, yang kebetulan juga mengadu nasib di ibu kota, menjemput Retha untuk kemudian menjemput Radyan ke bandara. Lelaki itu akan sampai sekitar satu jam lagi sementara Retha bersama Rio menempuh perjalanan menuju bandara. Radyan memang sudah berpesan pada Rio untuk menjemputnya dan tentunya diketahui Retha yang dengan semangat ingin ikut menjemput lelaki yang dirindukannya itu.
Pukul delapan Radyan akan sampai, Retha tak memikirkan untuk berdandan. Perempuan itu hanya mengenakan celana training dan hoodie dengan warna senada, lilac. Sandal jepit seharga tujuh puluh ribu rupiah yang ia beli di Miniso menyempurnakan penampilannya pagi ini. Hanya berbekal ponsel dan dompet, Retha siap berangkat menjemput Radyan. Tak berbeda jauh dengan Retha, Rio juga mengenakan pakaian kasualnya.
Sampai di pintu kedatangan, Retha memusatkan perhatian pada pintu sembari menunggu dengan gelisah. Perempuan yang sedang menggenggam erat buket bunga berukuran sedang dengan kedua tangannya itu sibuk melangkah ke sana ke mari melewati Rio. Lelaki yang mengenakan hoodie Adidas berwarna birunya itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya jengah. Sahabatnya itu terasa seperti sedang menunggu idolanya.
Ketika lelaki yang akhirnya menunjukkan batang hidungnya berjalan mendekat ke arahnya, Retha tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Radyan menggendong tas ransel hitam di kedua bahunya sembari mendorong troli berisi koper-koper besar miliknya. Walaupun Radyan mengenakan baseball cap berwarna hitam yang menutupi setengah wajahnya, tentu Retha langsung bisa mengenali senyum yang terbit di wajah lelaki itu.
Seakan tak menyadari kehadiran Rio yang berdiri di samping Retha, Radyan langsung memeluk perempuan mungil yang rambutnya kini diombre dengan warna pirang yang sangat ia rindukan satu tahun terakhi ini. Retha pun membalas pelukan erat Radyan dengan melingkarkan kedua lengannya ke tubuh lelaki itu. Deheman Rio menyentak keduanya kembali ke dunia. Melepaskan pelukannya pada Retha, Raduan pun menghampiri Rio.
"Bro, apa kabar?" tanya Radyan langsung menyambut pelukan singkat Rio.
"Alhamdulillah sehat wal afiat urang, mah." balas Rio yang aksen Sundanya itu masih melekat.
Radyan jika sudah bersama Retha, Rio dilupakan. Begitu pula ketika Radyan sudah tenggelam dalam obrolan panjang dengan Rio, Retha dilupakan. Jika Radyan perlu berbasa-basi untuk sekedar menanyakan kabar sahabatnya itu, lelaki berhidung mancung itu tak perlu bertanya pada Retha. Perempuan itu bisa dibaca dengan mudah seperti halaman buku yang terbuka.
Retha menginterupsi obrolan seru Radyan dan Rio, "Rad, maaf ga bisa hadir di graduation day kamu. So, happy graduation, Rad. And welcome home!" kemudian ia menyerahkan buket bunga berukuran sedang itu pada Radyan.
Radyan menerimanya kemudian mengecup puncak kepala Retha, "Thank you, Sayang."
"Urang ketinggalan inpo naon, yeuh? Maraneh teu acan balikan, kan?" tanya Rio menyelidik.
Keduanya malah tersenyum menatap Rio.
"Euh, urang nyaho ieu, mah." ucap Rio mengangkat kedua tangannya menyerah.
Rio memilih mengambil mobilnya supaya Radyan bisa segera memasukkan koper-kopernya ke bagasi mobilnya. Ia meminta Retha dan Radyan menunggu di area drop off. Ketika mobil hitam milik Rio berhenti tepat di hadapan keduanya, Rio segera membantu Radyan memasukkan koper ke dalam bagasi. Radyan duduk di kursi penumpang di samping Rio sementara Retha mengalah duduk di kursi belakang.
Tujuan selanjutnya adalah mencari sarapan. Awalnya Retha memberi usul untuk sarapan di kedai kopi milik pamannya namun Radyan merindukan cita rasa lokal. Mereka pun berakhir pada sebuah gerobak penjual lontong sayur yang tak jauh dari kantor Rio bekerja. Setelah memesan tiga lontong sayur, ketiganya duduk di sebuah kursi panjang. Radyan duduk berhadapan dengan Retha dan Rio duduk di samping Retha.
"Kerjaan gimana, Yo?" tanya Radyan begitu mereka duduk di sebuah kursi panjang di balik gerobak penjual lontong sayur.
"Nya, kitu, weh. Ngitung wae. Urang cuma teu bisa ngomong Sunda." balas Rio yang memang bekerja di bagian keuangan.
"Yang ditanyain Rio mulu, aku ga ditanyain?" tanya Retha memangku dagunya dengan telapak tangannya sementara sikunya menjadi tumpuan di atas meja.
"Kamu mau ditanyain apa emang?" tanya Radyan mengalihkan perhatiannya pada Retha.
"Ya, apa aja terserah kamu." balas Retha.
"Kalian ngebucinnya nanti aja bisa teu, sih?" protes Rio yang tentu diabaikan oleh Radyan dan Retha karena tersela oleh bapak penjual lontong sayur yang mengantarkan pesanan mereka ke meja.
Retha mendongak ketika pesanan lontong sayur sampai di meja, "Makasih, Pak." ucapnya.
"Rad, maneh bakal ngagawe di perusahaan Bapa maneh?" tanya Rio.
Radyan yang baru saja memasukkan potongan lontong ke mulutnya menggeleng sembari mengunyah, "Gue sama anak-anak dapet project untuk salah satu event musik yang gue bilang bakal cukup besar nantinya." lanjutnya setelah menelan makanannya.
Anak-anak yang dimaksud Radyan adalah Dafa dan Ramadhan yang memang menekuni dunia multimedia sejak lulus dari sekolah yang berlokasi di Jalan Cihampelas, Bandung itu. Mereka adalah dua orang di balik desain tata panggung dan visual animasi pentas seni sekolah mereka dan beberapa sekolah lainnya. Ternyata Radyan juga ikut bergabung dengan usaha kreatif mereka. Tak seperti dugaan Retha, ternyata Radyan bukan hanya otak di balik event production yang lebih dikenal dengan MasaMuda Production tapi juga pemilik. Jadi, selama ini Radyan sudah berpenghasilan walaupun lelaki itu hanya mengontrol usaha kreatif itu dari jauh.
"Naha, sih, Rad. Meni teu nyambung kuliah jeung kerjaan teh?" celetuk Rio.
"Nyambung kali, Yo. Mantan ketua bazar gitu." protes Retha yang langsung menyenggol lengan Rio.
"Oj, he-eh, nya. Poho aing." balas Rio, "Ceunah mau ada reuni, Rad. Bener teu? Maneh ikut jadi panitia juga?" tanyanya pada Radyan.
Radyan mengangguk-angguk, "Alumni OSIS-MPK angkatan kita paling yang jadi panitianya. Mereka juga masih sering kumpul. Paling gue ikut andil jadi event production mereka aja." balasnya.
"Anjay..." gumam Rio kagum.
Ada cuplikan lagi buat series ke sekian yang berbagi universe yang sama dengan Retha dan Radyan. Dan buku ini sebentar lagi selesai. So, ikutin series buku ini selanjutnya di Yournalistic. Kalian akan bertemu dengan Anya dan Aldo.
Enjoy!
Love, Sha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Make it Right
Chick-Lit[COMPLETED] Retha kembali dipertemukan dengan masa lalunya. Setelah banyak yang dilaluinya sendirian, Retha kembali bertemu Radyan. Di bagian kehidupan yang berbeda, ketika keduanya lebih dewasa dalam menghadapi persoalan, mereka kembali berjumpa. M...