09

3.5K 244 0
                                    

Semuanya sudah benar-benar selesai. Rintik hujan siang itu menjadi saksi berakhirnya hubungan Retha dengan Radyan. Tanpa ada bekas. Dulu Retha pikir dirinya merindukan lelaki itu. Nyatanya, dirinya baik-baik saja tanpa Radyan di sisinya. Benar, Retha sudah tak ada rasa pada lelaki yang ternyata masih menyayanginya itu. Sungguh rumit ternyata perasaan seorang manusia. Sedinamis itu.

Dua hari berlalu. Bayang-bayang wajah terluka Radyan membekas di benaknya. Saat Rio dan Nina datang menyusulnya, terpaksa Retha undur di dari lelaki yang tatapannya menjadi kosong itu. Bahkan sampai rapat berlangsung, Radyan beberapa kali kehilangan konsentrasi. Retha meringis sendiri melihat kecerobohan Radyan yang disebabkan oleh dirinya.

"Yuk. Nanti kesiangan lagi sampe Jakarta-nya." ujar Rakha yang menepuk pelan pundak adiknya yang masih bersantai duduk di atas sofa.

Dengan langkah malas, Retha mengikuti langkah abangnya itu menuju pintu. Kemarin, mendadak Rakha dan Saskia mengajaknya untuk ikut ke Jakarta. Awalnya hanya rencana mereka berdua. Melihat kekosongan pada diri Retha, akhirnya Rakha dan Saskia sepakat untuk mengajak Retha. Bisa dibilang, Saskia ingin menyembuhkan sebentar adik dari kekasihnya itu. Saskia sudah menganggap Retha sebagai adiknya sendiri.

Baru saja melangkahkan kakinya menuju pagar, Retha mendapati sosok Radyan di sana, menunggunya. Dengan hoodie coklat membalut tubuhnya, Radyan tersenyum tulus. Kepala laki-laki itu tenggelam di balik hoodie yang ia pakai. Langkah Retha terhenti sejenak sebelum kembali melanjutkan langkah. Membuka pagar supaya keduanya dapat berbincang tanpa penghalang, Radyan langsung memberikan sebuah kotak berukuran sedang pada Retha.

"Dibukanya nanti aja. Aku pulang dulu." ujar Radyan mengacak puncak kepala Retha kemudian berlalu dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku hoodie.

Retha menatap kepergian lelaki itu di balik mobil merahnya. Mobil penuh kenangan itu kemudian melaju menjauh dari rumahnya. Retha berjalan kembali ke dalam rumah dan mendapati wajah penuh tanya dari abangnya dan juga Saskia. Retha menaruh kotak itu di atas meja ruang tengah dan berpesan pada ibunya supaya kotak itu tidak dibuka sebelum dirinya yang membukanya.

Perempuan yang duduk sendirian di kursi penumpang belakang itu menikmati perjalanannya dengan Rakha dan kekasih kakaknya itu, Saskia. Walaupun kedua orang yang duduk di depan itu selalu mengajak dirinya berinteraksi, Retha lebih banyak menikmati perjalanan dari balik kaca jendela. Pikirannya menerawang pada isi kotak yang Radyan berikan.

"Dek, tadi Radyan ngapain ke rumah pake bawa kotak kado segala?" tanya Rakha yang langsung mendapat senggolan kasar dari Saskia.

Saskia menggelengkan kepalanya sendiri kenapa dia bisa tahan berpacaran dengan Rakha yang tingkat kepekaannya nol persen. Lelaki di sampingnya itu sama sekali tidak bisa membaca situasi. Walaupun Saskia tahu Retha yang meminta Radyan berhenti, tapi perempuan tetaplah perempuan. Tentu hati dan logika perempuan yang duduk di belakangnya itu sedang beradu.

"Ga tau, Bang." balas Retha singkat.

Tiga jam berikutnya, mobil yang dikendarai sudah sampai di sebuah taman bermain yang memiliki maskot hewan bekantan. Saskia membangunkan Retha yang terlelap selama perjalanan dengan lembut. Mata Retha perlahan terbuka. Meregangkan tubuhnya sejenak, kesadarannya mulai kembali. Retha membereskan barang bawaannya ke dalam ransel berwarna pink berukuran kecilnya yang ia bawa. Kardigan berwarna biru langit ia ikatkan di pinggangnya.

Perempuan dengan kaus bermotif garis-garis berwarna pelangi dan jeans overall-nya itu keluar dari mobil. Ponsel perempuan itu dikalungkan di leher. Setelah memastikan mobil terkunci, Rakha langsung menarik tangan Saskia untuk keluar dari area parkir. Sementara Retha yang masih mencoba menguncir rambutnya terpaksa ikut melangkah di belakang pasangan itu. Sebelum masuk ke area wahana, ketiganya sibuk mengambil gambar di depan tugu yang sangat ikonik.

Perempuan yang rambutnya kini dikuncir dua itu menarik tas ranselnya menatap ke sekeliling Dufan layaknya seseorang yang baru pertama kali mengunjungi tempat ini. Rakha yang melihat kelakuan adiknya yang makin ke sini makin seperti anak kecil menggelengkan kepalanya dengan senyum. Saskia menoleh ke arah Rakha ikut tersenyum. Perempuan dengan rambut panjang yang terurai itu menarik lengan Rakha untuk menyusul Retha.

Retha mengambil disposable camera-nya dari dalam tas. Ia mengabadikan momen Rakha dan Saskia yang sudah berjalan lebih dulu di depannya. Kemudian berlari kencang dengan sepatu Converse Chuck Taylor 70 high-top-sneakers hitamnya merangkul Rakha dan Saskia dari belakang. Sampai di taman hiburan ini, hati Retha mendadak bahagia. Seketika ia melupakan segala hal yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

"Abang sama Kak Saski ga akan nyesel bawa Retha ke sini. Makasih banyak." seru Retha.

Rakha dan Saskia bertukar pandang sebelum akhirnya menyusul langkah Retha yang sudah bersemangat menaiki berbagai macam wahana di sini. Di balik sifat manjanya, Retha memang berani menaiki wahana-wahana yang cukup menguji adrenalin. Selepas menaiki Histeria, Retha menarik kedua penjaganya itu menaiki wahana basah-basahan seperti Niagara-gara dan Arung Jeram. Kemudian membiarkan pakaian mereka kering dengan Kora-kora dan Halilintar.

Ketika hari menjelang gelap, Retha bersama lovebirds yang mengikutinya dari belakang, menaiki Bianglala. Walaupun Retha takut ketinggian, perempuan yang masih bersemangat itu senang bisa melihat seluruh isi kota dari ketinggian. Tak lupa mengabadikan momen dengan kamera yang ia bawa juga dengan polaroid milik Saskia. Perjalanan singkat mereka diakhiri dengan menaiki wahana kuda-kudaan di bawah cahaya lampu atau yang lebih dikenal Turangga-rangga.

"Gimana? Seneng?" tanya Saskia saat ketiganya sudah berjalan keluar dari area Dufan.

Retha mengangguk cepat, "Seneng!" serunya.

Rakha mengacak rambut adiknya itu gemas.

Selama perjalanan kembali menuju Kota Kembang, Retha melihat hasil foto-foto yang berhasil ia abadikan dengan ponselnya. Perempuan yang sudah mengenakan kardigannya itu tersenyum senang memandangi foto-foto itu. Belum lagi hasil dari kamera polaroid milik Saskia. Hari ini Retha senang dan itu cukup.

Lanjut besok!

Btw, di sini ada yang asalnya dari Bandung ga, sih?

Enjoy!

Love, Sha.

Make it RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang