Retha dan Radyan lebih dulu masuk ke dalam venue melalui gerbang alumni, sementara Rio dan Nina terlibat dalam perbincangan serius di luar sana. Antrian di gate sudah mengular padahal gate baru saja dibuka satu jam yang lalu. Dan pastinya jauh akan lebih banyak massa yang mengantri nanti saat mendekati close gate di sore hari. Jumlah panitia berkemeja seragam berwarna toska dengan logo sponsor di punggung masih lebih banyak daripada pengunjung yang datang di dalam venue.
Panggung megah yang berdiri kokoh di hadapan mereka sedang menampilkan vocal group sekolah mereka. Sebelum artis-artis ibu kota memeriahkan panggung, siang ini tentu diisi oleh penampilan dari sekolah. Retha dan Radyan memilih berdiri di sisi kanan venue dengan penonton lain. Mereka menunggu Rio dan Nina menyusul. Tidak hanya berdua, teman-teman seangkatan mereka satu per satu berkumpul. Ada yang mengenakan id card alumni dan ada juga yang memakai gelang pengunjung.
"Retha!" seseorang menepuk pundak Retha dari belakang.
Retha yang berdiri di sebelah Radyan menoleh dan menemukan Dinda bersama ketiga temannya yang lain, "Dinda!" serunya memeluk perempuan mungil itu.
"Oh, iya, Rad. Kenalin ini Dinda. Ini Wildan, Putri, sama Aldi. Mereka temen sekelas aku di Unpad." Retha memperkenalkan teman sekelasnya satu per satu, "Ini Radyan." lanjutnya memperkenalkan Radyan pada teman-temannya.
Radyan tersenyum kemudian mengulurkan tangan kepada ketiga teman sekelas perempuan di sampingnya itu, "Radyan."
"Rad, fotoin kita, dong." pinta Retha yang langsung menyerahkan ponsel berwarna putihnya itu pada Radyan.
"Gue di tengah, ya." ujar Retha menyempilkan dirinya di antara Putri-Aldi dan Dinda-Wildan.
"Reth, mending cowok lo ikut sekalian. Minta tolong temen lo yang lain aja buat motoin kita. Biar pas." celetuk Putri.
"Bukan pacar, Put. Mantan." koreksi Dinda yang sudah mengetahui cerita sebenarnya dari Retha dengan suara pelan.
"Sama kalian dulu aja fotonya. Mumpung ketemu." balas Retha, "Ayo, Rad." pintanya pada Radyan yang berdiri tepat di depannya.
"Satu, dua, tiga." hitung Radyan setiap menyentuh layar ponsel Retha untuk mengambil gambar.
Selepas berfoto dan boomerang bersama, Dinda dan ketiga temannya memilih memisahkan diri dari Retha dengan alasan ingin berkeliling stand-stand yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Tak lama setelah kepergian Dinda, Nina dan Rio datang mendekati posisi dimana Retha dan Radyan berdiri. Kedua insan itu datang seperti dikelilingi bunga-bunga dalam komik. Rio dan Nina datang dengan senyum malu-malu yang terlihat menyebalkan di mata Retha dan Radyan.
"Jadi?" tanya Retha dengan kedua lengan dilipat di depan dada saat kedua sejoli itu menghentikan langkah tepat di hadapannya.
"Kumaha, nya?Kumaha atuh ngajelaskeunana?" celetuk Rio salah tingkah.
"Oke, gue paham." balas Retha.
Ya, Rio dan Nina akhirnya menjalin hubungan yang disebut pacaran. Tiga tahun sekelas di SMA, tentu merupakan waktu yang cukup panjang untuk keduanya mengenal satu sama lain. Lalu sekarang mereka menuntut ilmu di kampus yang sama. Retha hanya mengharapkan yang terbaik untuk kedua sahabatnya itu.
"Ga mau gitu, Reth, kayak mereka?" tanya Radyan tiba-tiba merangkul pundaknya.
Retha langsung menoleh melihat ekspresi wajah Radyan yang sedang meledeknya, "Alah, lusa juga udah balik ke Belanda." balasnya.
"Tuh, Rad. Ngode minta kamu stay di Bandung aja." celetuk Nina.
"Ya, udah, kalo gitu aku ga usah balik ke Belanda aja, ya?" tanya Radyan dengan wajah serius.
Retha melepaskan diri dari rangkulan Radyan kemudian menggeleng di hadapan lelaki itu, "Ga boleh. Kuliah dulu yang bener baru pulang."
"Nurut atuh, euy, ka calon istri, teh." celetuk Rio yang langsung mendapat pukulan ringan Retha di pundaknya.
"Aamiin..." ucap Radyan mengangkat kedua telapak tangannya di depan dada.
Yang menjadi penghalang jalan satu-satunya untuk Radyan kembali mendapatkan Retha adalah jarak sejauh 11.512 kilometer yang membentang dari Bandung ke Delft. Radyan tahu perempuan yang kini sedang merajuk di depannya itu meragukan hubungan jarak jauh. Makanya Retha memilih untuk menyembunyikan perasaannya pada Radyan demi rasa aman.
"Tunggu aku sampe lulus mau, kan?" tanya Radyan pelan tepat di telinga Retha.
Anggukan kecil Retha membuat Radyan tersenyum kecil.
Semakin sore, venue semakin ramai disesaki pengunjung. Makin banyak pula teman-teman seangkatan Retha yang sebelumnya tak pernah ia kenal secara langsung kini terjebak dalam obrolan panjang dengannya. Jelas tercetak raut wajah bahagia Retha masih bisa merasakan ikatan dengan teman-teman seangkatannya. Reuni kecil-kecilan ini membuatnya merasa bersyukur menjadi bagian kecil dari angkatan sembilan belas.
Belum lagi saat band kebanggaan angkatan mereka yang lebih dikenal dengan nama Acoupella naik ke atas panggung untuk ikut memeriahkan acara. Band yang kini resmi kembali meramaikan indsutri musik di Kota Bandung melalui panggung besar F2WL. Band yang memiliki personil dengan bakat luar biasa itu, membawakan single terbaru mereka yang baru dirilis satu bulan yang lalu. Para penonton yang mayoritasnya adalah alumni ikut bernyanyi bersama Gita dan Ezra yang menyodorkan mikrofon ke arah penonton.
"Halo, Reth." sapa seseorang di sampingnya, Anya, yang memegang kamera DSLR dengan kedua tangannya.
Retha yang sedang mengabadikan penampilan di atas panggung, segera menurunkan ponselnya, "Eh, Anya. Lo jadi media?" tanyanya.
Anya menunjukkan id card bertuliskan 'MEDIA', "Gue juga bisa masuk sini gratis." kikiknya.
"Balik ke Nangor kapan, Nya?" tanya Retha.
"Besok mungkin." balas Anya sembari mengangkat kameranya untuk mengabadikan momen sore hari ini.
Anya salah satu dari sekian banyak alumni SMA Negeri 2 Bandung yang melanjutkan pendidikan sarjananya ke Unpad. Perempuan itu mengambil jurusan jurnalistik. Tidak heran karena perempuan itu memang menggeluti bidang jurnalistik sejak duduk di bangku SMA. Retha sendiri baru mengenal perempuan itu saat di kampus karena kelas Anya dulu sangat jauh dari kelasnya. Dulunya, Anya berada di kelas IPA untuk menuruti permintaan orang tuanya. Tapi ketika Anya bisa membuktikan bahwa ia juga bisa berhasil di dunia jurnalistik, orang tuanya akhirnya mengalah.
"Gue ke depan dulu, ya, Reth. Have fun!" pamit Anya sebelum hilang di tengah lautan manusia.
Halaw! Di bab ini ada bocoran dua buku yang akan menjadi satu seri sama 294 Days. Stay tuned aja pokoknya.
Enjoy!
Love, Sha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Make it Right
Literatura Feminina[COMPLETED] Retha kembali dipertemukan dengan masa lalunya. Setelah banyak yang dilaluinya sendirian, Retha kembali bertemu Radyan. Di bagian kehidupan yang berbeda, ketika keduanya lebih dewasa dalam menghadapi persoalan, mereka kembali berjumpa. M...