06

4.2K 259 0
                                    

Semakin dekat dengan acara pensi tahunan yang diadakan sekolah mereka, semakin sering pula Retha dayang ke sekolah hanya untuk mentoring. Selain karena dirinya dulu memegang peran penting pada pensi angkatannya, hitung-hitung juga mengisi kekosongan di liburnya yang sangat panjang itu. Dengan sling bag dan map transparan berwarna biru miliknya, Retha berjalan memasuki gerbang yang menjadi tempatnya menuntut ilmu selama tiga tahun. Beberapa siswa yang sudah tidak memiliki kegiatan berhamburan berjalan melewatinya menuju gerbang untuk pulang.

Perempuan dengan sweater putih dan jeans birunya itu berjalan di koridor untuk mencapai kelas yang sudah mengantongi izin untuk digunakan hingga larut. Sampai di pintu kelas, Nida yang kini menjabat sebagai manajer divisi sekre sepertinya dulu menyambutnya dengan Kiara. Rupanya, Rizka yang menjadi runner-nya dulu dan Anjani yang merupakan seniornya sudah duduk duluan di kursi meja guru di samping papan tulis.

Retha menyusul duduk bersama Rizka dan Anjani.  Beberapa anggota divisi sekre itu masih sibuk dengan masing-masing. Anggota divisi sekre yang memang memerlukan banyak tenaga masih sama banyaknya seperti tahun-tahun sebelumnya. Retha bernapas lega melihat jumlah anggota yang masih terjaga itu. Jika di angkatannya dulu divisi sekre berisi perempuan-perempuan tangguh, kini Retha tersenyum kecil mendapat empat anggota laki-laki yang duduk di kursi paling belakang.

"Bisa minta perhatiannya dulu?" Nida kini sudah berdiri di depan kelas meminta perhatian rekan-rekan satu divisinya, "Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatu." bukanya setelah mendapat semua mata yang duduk di kursi menatap dirinya.

"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarakatu." balas seisi ruangan yang langsung membuat Nida salah tingkah sendiri.

"Pertama-tama saya mau terima kasih banget sama kalian yang udah nyempetin hadir hari ini." ucap Nida kepada rekan-rekannya kemudian menoleh ke arah Retha dan kedua kakak kelas lainnya, "Makasih juga buat Teh Retha, Teh Rizka, sama Teh Anjani yang udah meluangkan waktunya untuk dateng ke sini. Sekarang saya mau nanya, ini udah berapa minggu lagi menuju main event?"

"Tiga minggu." suara bersahutan itu terdengar memenuhi ruangan.

"Nah, sekarang kita bakal dapet materi. Dipersilahkan buat Teh Retha, Teh Rizka, sama Teh Anjani ikut maju ke depan." lanjut Nida.

"Silahkan, Teh." ujar Nida undur diri ke sisi lainnya saat Retha dan ketiga temannya berada di tengah.

"Selamat sore semuanya!" sapa Retha yang langsung dibalas dengan semangat oleh adik-adik kelasnya itu, "Mau nanya, dong, siapa aja yang dari kelas sepuluh udah di sekre?"

Belasan anggota yang duduk di kursi itu mengangkat tangan kanannya cukup tinggi.

"Oke, kalo yang kelas sepuluh sama yang baru masuk sekre siapa aja?" tanya Retha lagi.

Lebih banyak lagi ternyata yang mengangkat tangannya ke atas.

"Makasih. Sebelumnya udah pada tau belum kita yang di depan ini siapa aja?" tanya Retha yang dibalas anggukan dan gelengan oleh adik-adik kelasnya itu.

Retha tertawa pelan, "Kalo gitu kita kenalan dulu, ya. Perkenalkan saya Retha, manajer sekre tahun dua ribu sembilan belas. Yang ada di kanan saya namanya Rizka, wakil manajer atau juga bisa disebut runner saya. Dan yang di sebelah kiri saya ada Teh Anjani, manajer sekre tahun dua ribu delapan belas. Sebelumnya saya minta maaf karena banyak alumni sebelum kalian pada ga bisa ikut dateng ngasih materi."

"Oh, iya. Karena venue yang kalian pake sama kayak angkatannya Retha, jadi yang bakal banyak jelasin materi Retha sama Rizka, ya." tambah Anjani.

Retha mengangguk, "Saya denger kalian sekarang sistem ticketing-nya paperless terus online juga, ya?" tanyanya menoleh ke arah Nida.

Nida ikut maju di samping Retha, "Iya, Teh. Untuk kuitansi, kita pakenya e-ticket dan bisa mulai dituker tiga hari sebelum hari H.E-ticket ini jauh lebih aman soalnya ada barcode dan meminimalisir kehilangan karena datanya ada di kita."

Retha kembali mengangguk, "Wah, kalian ga ngalamin nulisin sama ngecapin kuitansi, dong, tahun ini?"

"Masih, kok, Teh, yang pra-event dua." tambah Nida yang tersenyum canggung.

"Oh, iya. Aku minta maaf banget ga dateng mentor-in kalian waktu sebelum pra-event dua." ingat Retha yang saat itu jadwal mentoring berbentrokan dengan ospek di jurusannya.

Materi selanjutnya yang dibahas oleh Retha adalah mengenai sirkulasi pengunjung. Karena sekolah mereka sudah berkali-kali memakai venue di daerah Supratman itu, evaluasi mereka jadi lebih tepat sasaran. Sudah tahu medan intinya. Sirkulasi yang dipakai tahun ini pun sama seperti sirkulasi tahun-tahun sebelumnya yang bisa dikatakan paling efektif. Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, pengunjung yang datang harus melewati scan tiket, pemotongan tiket, cap, dan gelang. Sejauh ini, metode itulah yang paling aman dan nyaman dipakai.

"Oh, iya. Kalian yang tugasnya ngegunting tiket pada bawa gunting masing-masing, ya. Sama yang jaga gerbang alumni bawa pulpen jangan lupa. Bakal ada yang standby di gerbang alumni, kan?" tanya Retha yang melihat jadwal shift kemudian menoleh pada Nida lagi.

"Ada, Teh. Ratna yang bakal jaga di gerbang alumni." jawab Nida menunjuk salah satu rekannya yang duduk barisan depan.

Retha mengangguk-angguk mendengar penjelasan Nida yang sangat amat rinci. Sampai tiga minggu ke depan, Retha akan disibukkan membantu acara tahunan yang ditakutkan akan punah di tahun selanjutnya. Dari tahun-tahun sebelumnya, alumni juga berperan penting dalam berlangsungnya acara. Mereka akan membantu jika tenaga mereka memang dibutuhkan. Tapi Retha percaya Nida dan adik-adik kelasnya yang lain bisa menangani semuanya dengan baik. Dapat dilihat pada sistem baru yang mereka gunakan tahun ini. Retha cukup yakin akan hal itu.

Aku menganggap buku ini adalah obat rindu ehehe...

Enjoy!

Love, Sha.

Make it RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang