Rupanya Radyan menariknya menuju sudut ruangan yang sepi. Meja bar yang ada di dapur rumah Radyan memang tak begitu ramai. Radyan meminta Retha ikut duduk di sampingnya. Retha masih menurut tapi tak sedikit pun ia buka suara. Bertemu lagi dengan Radyan tentu tidak ada lagi dalam agendanya. Setelah dipikir-pikir, pernah dalam sebuah hubungan dengan Radyan bukanlah pilihan terbaik.
"Reth?" panggil Radyan yang langsung mengalihkan perhatian Retha.
Mata Retha sepenuhnya menatap lelaki di sampingnya dalam cahaya remang. Tidak bohong jika Radyan terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Masih ada sebagian kecilnya yang mengharapkan ia bisa kembali memperbaiki segalanya dengan Radyan. Namun sepertinya memang tidak bisa. Melihat Radyan di sampingnya, mendadak perasaan marah menghampirinya.
"Please stop it, Rad." ucap Retha pelan.
"Stop for what?" tanya Radyan masih menatap perempuan cantik di sampingnya itu.
"Berhenti nganggep kita itu baik-baik aja." balas Retha dingin, "Kita udah selesai, Rad. Don't you get it?"
"Maksud kamu?" tanya Radyan yang kini terlihat sangat bodoh di hadapan Retha.
Retha turun daru kursi meja bar yang tinggi itu, "It is not the right time to discuss it. I don't want to ruin everything." ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Radyan untuk kembali bersama dengan teman-temannya.
Farah dan Manda menyambut kembali kehadiran Retha dengan menyodorkan sebuah terompet kecil dan segelas minuman soda. Nina menatap kedatangannya dengan penuh rasa cemas. Retha tersenyum supaya teman-temannya itu percaya bahwa dirinya baik-baik saja. Hanya untuk malam ini. Masih banyak yang harus dirinya bicarakan dengan Radyan sebelum semuanya benar-benar berakhir.
Mata Retha menangkap mata Radyan yang memerhatikan dirinya sebelum lelaki itu berlalu melanjutkan langkahnya di tengah-tengah kerumunan. Retha memilih tidak memedulikan itu karena ia hanya ingin bersenang-senang malam ini. Ia tidak ingin menghancurkan segalanya hanya karena masalahnya yang belum terselesaikan dengan Radyan. Lain waktu akan lebih baik.
Duduk di sebuah sofa panjang bersama ketiga sahabatnya, Retha mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Sejak tadi siang, data ponselnya tidak dinyalakan sehingga ia tidak mendapat pesan terbaru yang dimaksud Nina dan yang lainnya. Ada satu pesan yang menarik perhatiannya. Pesan yang tak pernah ia terima dari seseorang itu sejak perpisahan mereka. Pesan dari Radyan.
Karena Radyan tak pernah mengirim pesan setelah perpisahan itu, Retha pikir semuanya sudah selesai. Di balik rasa sakit yang Retha terima dari Radyan, lelaki itu jauh lebih banyak memberi rasa bahagia dalam dirinya. Maka bohong jika Retha tidak lagi menyimpan rasa pada Radyan. Hanya saja logikanya mengatakan bahwa ia harus segera megakhiri semuanya dengan benar.
"Hayuk, ah, main truth or dare." Rio dengan logat Sundanya datang dengan botol kaca di tangan kanannya kemudian mengambil duduk di sebelah Nina.
Retha memilih mengabaikan pesan itu. Dimasukkannya kembali ponsel berwarna putih itu ke dalam tas hitamnya. Belum sempat Rio memutar botol kaca itu, seseorang yang samgat tidak diharapkan Retha untuk ikut bermain datang.
"Gue sama Dika ikut, ya." tanya Radyan yang datang dengan Dika dan duduk melingkari meja kaca bersama Retha, Rio, Farah, Nina, dan Manda.
Bagaimana pun Radyan adalah tuan rumah. Tak ada yang berani menolak. Hanya saja tatapan Nina yang diberikan pada Radyan mampu membuat Retha paham bahwa situasi selanjutnya tidak akan mengenakkan. Sudah pasti dirinya dan Radyan yang akan menjadi sasaran semua orang yang duduk melingkari meja kaca ini.
"Gue puter, ya?" tanya Rio yang kemudian mulai memutar botol kaca itu setelah mendapat anggukan dari seluruh pemain.
Karena lingkaran itu terlihat ramai, beberapa tamu lainnya ikut bergerombol di belakang mereka. Mencoba mencari keseruan di balik permainan itu. Ditambah ada Radyan dan Retha yang akan menjadi sasaran empuk semua mata yang memusatkan perhatiannya pada lingkaran itu.
Botol yang diputar Rio perlahan berhenti. Mata Retha mengikuti arah berhenti botol kaca itu. Ketika botol itu berhenti tepat mengarah ke Radyan, Retha secara otomatis mengangkat wajahnya menatap Radyan. Ternyata lelaki itu melakukan hal yang sama. Retha buru-buru mengalihkan pandangannya dari Radyan. Canggung rasanya.
"Truth or dare?" tanya Rio yang memang berhak memberi pertanyaan selanjutnya pada Radyan, "Kalo maneh-"
"Dare." ucap Radyan memotong kalimat Rio dengan matanya menatap lurus Retha yang duduk di hadapannya.
"Cium Retha." celetuk Daniel yang melempar kunci mobilnya ke meja di tengah-tengah mereka dengan seringaian di wajahnya.
Retha menatap nanar kunci mobil yang tergeletak di atas meja itu. Detik berikutnya, Radyan sudah beranjak dari duduknya langsung mencengkeram kerah baju Daniel dengan erat. Semua yang ada di situ memekik pelan. Radyan menatap Daniel marah namun tak juga menghajar lelaki itu.
Daniel mengangkat alisnya sebelah, "Kenapa? Ayo pukul gue. Atau lo takut cewek lo tahu siapa diri lo sebenernya?"
"Lo apa-apaan, sih, Daniel? Gue yang berhak ngasih Radyan tantangan." Rio melerai Radyan dan Daniel.
Dengan terpaksa, Radyan menghempaskan cengkeramannya dari kerah Daniel. Matanya beralih pada Retha yang menatap takut dirinya. Perempuan itu diam terpaku di tempatnya. Dari posisinya duduk, Retha menemukan sosok lain saat Radyan lepas kendali menyerang Daniel. Ingatannya tentang Radyan yang membentaknya kala itu kembali memenuhi kepala Retha. Kini Retha mencoba merangkai semua ingatannya bersama Radyan dengan kalimat yang baru saja Daniel lontarkan tentang sosok sesungguhnya seorang Radyana Pratama.
Retha berdiri dari tempatnya, membuat semua orang sontak menatap perempuan itu. Merasa dirinya menjadi pusat perhatian, Retha segera keluar dari lingkaran itu. Nina yang bisa membaca situasi dengan cepat, menangkap kode dari Rio untuk segera menyusul Retha. Nina melihat punggung Retha menghilang di balik sebuah ruangan yang kini diketahuinya adalah toilet.
"Reth? Lo di dalem?" tanya Nina.
Menengok ke arah ruangan utama, Nina bernapas lega karena semua sudah kembali seperti sedia kala. Sepertinya Dika dan Rio bisa mengendalikan situasi dengan memisahkan Radyan dan Daniel yang selalu bertegangan pasca prom. Beruntung juga teman-teman seangkatan mereka tidak ada yang terlalu ingin tahu dengan urusan satu sama lain. Setidaknya pesta malam tahun baru ini tidak akan berakhir sebelum malam pergantian tahun.
Segini dulu, ya. Akhirnya bisa fokus juga ke buku ini setelah buku sebelum ini selesai aku tulis.
Enjoy!
Love, Sha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Make it Right
ChickLit[COMPLETED] Retha kembali dipertemukan dengan masa lalunya. Setelah banyak yang dilaluinya sendirian, Retha kembali bertemu Radyan. Di bagian kehidupan yang berbeda, ketika keduanya lebih dewasa dalam menghadapi persoalan, mereka kembali berjumpa. M...