Lowongan

15.3K 1.5K 225
                                    

❀~~~1~~~❀


Setelah istirahat kedua, akan ada ulangan harian mapel fisika. Jadinya, selama istirahat aku tidak keluar kelas. Aku sudah membawa bekal roti dan susu kotak dari rumah. Soalnya, aku ingin belajar sekaligus makan siang.

Aku menyelesaikan makan siang sambil mengerjakan dua latihan soal. Latihan-latihan yang ada di buku paket sudah kukerjakan semua, jadinya Aku bawa latihan lagi dari rumah. Fisika kan, salah satu model pelajaran yang butuh banyak latihan biar terbiasa.

"Akiko-chan!"

Aku itu menoleh. Ada yang memanggil. Teman laki-laki sekelas.

"Oh, Kousuke-kun. Ada apa?"

"Boleh ajarin materi buat nanti? Aku ada yang belum 100 persen paham nih..."

Aku mengangguk saja. Kousuke langsung senyum yang membuat giginya terlihat. Ia mengambil kursi yang di sebelahku dan duduk di samping mejaku.

"Yang mana?" Tanyaku.

"Ini." Kousuke menunjuk salah satu latihan soal yang ada di buku paket.

Okada Kousuke namanya. Dia cowok yang punya rambut hitam lebat dan agak bergelombang. Ada dua pucuk daun lucu di atas kepalanya, agak mirip ahoge. Kami tetanggaan, jadinya sudah kenal dekat dari zaman batu. Seandainya ini bukan sekolah, kami sudah manggil satu sama lain dengan nama yang nyeleneh.

"Kamu kerjakan coba pakai caranya Asuma-sensei dulu."

Kousuke membuat hand sign 'ok'. Sementara ia mengerjakan soal yang ada di buku paket, aku menyelesaikan soal milikku. Fisika adalah salah satu mapel kesukaanku. Tapi tidak dengan Kousuke. Mapel favoritnya itu biologi, kebalikan dariku. Jadinya, kami sering simbiosis mutualisme soal mapel fisika dan biologi.

Saat aku masih mengerjakan soal dan Kousuke sepertinya sudah selesai. Ia mengelap keringatnya setelah mengerjakan soal fisika. Sampai segitunya. Dia langsung ambil tisu saku yang muncul separuh dari kotak pensilku.

"Eh, kamu masuk Inarizaki cuma karena dekat rumah kan?" Tanyanya tiba-tiba.

Aku mengangguk. Kurang sedikit lagi selesai, tanggung.

"Kamu tau Miya bersaudara?"

"Mereka senpai kita yang main voli sampai ke tingkat nasional."

"Kalau Kita-senpai?"

"Senpai yang masuk jajaran rangking elit sekolah."

Aku itu melirik Kou. Jari-jarinya masih bergerak menulis. Kou hanya menatapku dengan mulut yang berbentuk 'o'. Ia mengangguk-angguk setelah mendengar jawabanku. Aku meneruskan mengerjakan soal sampai bel peringatan berbunyi sepuluh menit sebelum bel utama masuk berkoar-koar.

"Sip, aku sudah paham. Nanti, kalau aku remidi, tanggung jawab ya." Kousuke berdiri dari duduknya.

"Kukejar kamu sampai ke kutub."

Kousuke tertawa. Aku pun membereskan meja dan mengecek pensil. Sepertinya perlu kuraut dulu, sudah kayak pensil dukun soalnya.

"Eh. Kamu ngganggur?" Kousuke berbalik setelah mengembalikan kursi. Ia mendapatikj tengah meraut pensil biru. Aku hanya mengangkat sebelah alisku.

"Maksudku, kamu nggak ikut klub apapun gitu?"

Aku menggeleng. Capek. Aku lebih sayang kasur yang merupakan cinta sejatiku. Kousuke masih diam di tempatnya. Ia kembali duduk di kursi.

"Oke. Kamu mau jadi managernya klub voli nggak?"

"Voli?" Wait.

"Iya! Voli laki-laki! Mereka pernah jadi runner-up kejuaraan nasional lho!!"

Tentu saja aku ternganga mendengarnya. Kousuke tampak berbinar-binar menawarkan jabatan itu. Tapi...
































"Kou... Kamu kan... Dari klub musik...." Aku mengernyitkan dahi tak paham.

"Iyaaaa.... Aku ini bantuin temanku yang dari klub voli laki-laki buat cariin manager. Urgent. Plisss...." Kousuke meletakkan kedua tangannya di depan wajah. Memasang mode memohonnya.

Klub voli laki-laki....
Aku...














Nggak kenal satupun dari mereka...














Hanya pernah dengar dari percakapan teman sekelas atau waktu lewat koridor sekolah.

"Kita bicarakan lagi waktu pulang saja." Aku mengibaskan tangannya. Kousuke mengepalkan tangan, senang.

Baru saja aku akan bertanya kepadanya soal penghapusku yang hilang, beberapa teman sekelas berteriak histeris. Tentu saja aku terkejut dan langsung menoleh ke arah pintu kelas.











Rupanya















Biang keroknya adalah kakak kelas yang punya rambut agak kekuningan dengan arah poni ke kanan. Di belakang kakak kelasnya itu, nampak satu lagi laki-laki yang mirip sekali, hanya beda warna rambut dan arah poninya.

Tunggu. Apa mereka itu Miya bersaudara yang barusan diomongin sama Kousuke? Kalau iya, panjang umur dah, kalian.

"Oi, apa ada--" Kakak kelas yang berambut agak pirang itu terpotong kalimatnya.

"Atsumu-senpai! Ada apa repot-repot ke sini?"

"Atsumu-senpai!!"

Para cewek-cewek langsung mengerubungi. Aku yang duduk agak di belakang hanya bisa geleng-geleng. Antara malu punya teman kayak mereka dan males. Apa mereka tidak punya sopan santun? Aku lebih ingin mencari penghapus satu-satunya milikku yang hilang ditelan kelas.

Atsumu-senpai, kakak kelas itu langsung balik keluar. Kupikir dia marah dan nggak jadi mau beri pengumuman. Taunya, dia malah masuk lagi lewat pintu belakang kelas yang dekat denganku saat ini. Langsung nyelonong begitu saja.

"Apa ada yang namanya Yuki?" Tanyanya sekali lagi.

Refleks saja, aku mengangkat tangan kananku. Dia tampak terkejut melihatku.

"Dipanggil Asuma-sensei."

"O-oh, baik. Terima kasih Senpai."

Atsumu-senpai balik badan dan disambut kembarannya, Osamu-senpai. Saat aku keluar kelas, mereka tidak begitu jauh dariku. Telingaku yang sering dipakai buat dengerin lagu OOR ini mendengar bisikan ghibah duo itu.

"Aku nggak tau kalau ada yang berdiri di bangku itu tadi. Seingatku nggak ada orang."

"Aku nggak tau kalau punya adik kelas kayak dia."

"Hantu."

Pengin rasanya tuli atau setidaknya nggak denger percakapan barusan. Aku yakin, mereka cocok jadi host acara gosip yang biasanya tayang setelah acara ceramah.











Kudoakan kualat.

The Little Red Riding Hood || Inarizaki's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang