Tragedi

6.3K 997 64
                                    

❀~~~1~~~❀

(Eeh... mungkin ada yang nggak nyaman, jadi kalau pakai sudut pandang pertama, embel-embel kayak -senpai atau -san kuhilangkan ya... akan kuganti Kak deh, biar readers bisa lebih menghayati//ea)








Asal kalian tau, kuyang itu jelek.

Banget.

Terus aku heran.

Kenapa..... KAKAK KELAS BERNAMA KITA SHINSUKE INI DEMEN BANGET SAMA YANG NAMANYA KUYANG?!!

AKU HERAN. KENAPA?????????

DIMANA LETAK KERENNYA KUYANG???? MENDINGAN VAMPIR KEK!!

AKU BOSAN DENGER KUYANG!!

OI AUTHOR!! GANTI HANTU YANG LAIN!!

Author: ogah.





Tenang aja, kegundahan hati seorang Yuki Akiko ini cuma dalam hati doang. Aku nggak teriak-teriak kayak orang kesurupan. Aku cuma menatap Kak Kita dan teman yang di belakangnya dengan tatapan bingung. Ya kali aku pasang muka nggak proporsional.

"Kenapa kamu teriak-teriak, Yuki?" Tanya Kak Kita lagi.

"A-anu, temanku. Temanku barusan hampir ngajak ribut, tapi dia sudah pergi..."

Kak Kita hanya manggut-manggut. Temannya, pemuda bermata sipit seperti Kak Suna, tapi ini tinggi banget. Rambutnya lebih rapi jika dibandingkan manusia-manusia yang kutemui belakangan ini. Dia pasti anggota klub voli. Aku tidak tahu siapa namanya. Kupikir aku pernah melihatnya jalan di koridor bareng teman-teman kelas tiga, termasuk Kak Kita. Itu lho, yang waktu aku diteror jadi manager.

"Shin, apa itu kuyang?"

"Hantu, hantu kepala doang sama organ. Cuma sampai usus. Kurasa, hantu itu tidak pernah belajar biologi ataupun anatomi tubuh. Benar-benar bodoh."

Aku tidak tahu dimana letak bodohnya.

Tidak.

Aku tidak tahu jalan pikirnya orang pintar.

Kakak tinggi itu hanya ber-oh ria. Tidak ingin memperpanjang percakapan. Sepertinya dia menyadari sesuatu.

"Oh, kamu calon manager ya?"

Akhirnya. "Iya. Namaku Yuki Akiko, mohon bantuannya." Aku menundukkan kepala.

"Namaku Oomimi Ren. Aku teman sekelas Shin. Kalau kamu butuh bantuan, bilang saja." 

Aku mengangguk. Kak Kita meneruskan jalannya. Bahunya ditarik Kak Oomimi.

"Kamu nggak kenalan atau gimana?"

"Nggak perlu."

Dingin seperti biasanya. Kak Oomimi cuma bisa tersenyum pasrah. 'Maaf, dia memang begini' kurang lebih begitu tatapannya. Aku hanya mengangguk paham. Aku mengekori mereka sampai gedung olahraga saja. Pelatih Kurosu namanya, beliau memanggilku yang kayak orang bego ini. Habisnya jalannya nggak nentu.

Pelatih memperkenalkan diri dulu. Beliau senang akhirnya ada yang bisa diajak bantu-bantu ngurus klub-bukan-taman kanak-kanak. Aku sepertinya mendapatkan sedikit gambaran.

Yaitu, taman kanak-kanak berkedok klub voli.

Sip.

Badan doang gede, otak nggak. Kak Kita gimana? Otaknya kelamaan di freezer.

Perlu bukti? Baik. Mari kita mulai hari percobaan jadi manager ini.












Aku memperkenalkan diri. Semua menyambut dengan senang. Satu dua nyeletuk akhirnya ada cewek di klub ini. Katanya anggota klub bakal ngenalin diri sambil kegiatan berjalan. Tidak masalah, aku hanya dikenalkan sama pemain inti. Dan kami baru menyadarinya.

Ada tiga orang. Pemain inti. Kelas dua. Belum hadir.

Semua tanpa aba-aba udah noleh ke Kak Suna.

"Osamu dihukum Kimura-sensei. Dari yang kudengar, dua sisanya itu awalnya dihukum Akisawa-sensei ngepel koridor. Mereka malah main-main dan bikin Kimura-sensei kepleset. Mereka dihukum bareng Osamu." Kak Suna menjelaskan tanpa diminta. Seisi gedung mendengarkannya dengan seksama.

Setelah itu semua kembali ke posisi masing-masing. Mereka melakukan berbagai pemanasan. Aku membantu mengurus minum dan bola-bola. Kali ini pemanasan serve.

Aku sekarang dalam posisi di dekat pintu.

Terdengar suara berderap dari luar. Aku menengok ingin tahu.

Itu Kak Osamu. Dia berlari kencang dan hampir terjatuh saat berbelok. Dia masih pakai seragam sekolah, bukan kaos seperti yang lain.






















GUBRAK!!












Aku, Kak Suna, Kak Akagi, dan Pelatih Kurosu melihat adegan barusan.

Aku sebenarnya mau berlari menghampiri, tapi ditahan sama Kak Suna.

"Jangan, nanti kamu celaka."

Hah?


Tak lama kemudian muncul kembarannya. Kak Atsumu.

Dia lari dan tertawa melihat Kak Osamu terkapar karena tali sepatunya belum keikat.

Sepertinya mereka berlomba. Baiklah. Penonton yang paham pun pergi dari posisi barusan. Aku melihat kalau Kak Aran akan menyerve. Kudengar dia menduduki peringkat keempat Ace nasional.

BAM!!


"Hahahaha?!!!!"






BUAGH!










Kak Osamu sudah hidup. Dia mau bangun. Akan tetapi sebuah bayangan dengan cepat datang. Dia mendongakkan kepalanya penasaran. Ternyata, itu punggung saudaranya.












GUBRAK!!(again)




"Atsumu!!"

Semua langsung menoleh kaget. Ternyata bola voli yang diserve oleh Kak Aran meleset dan mengenai Kak Atsumu. Jadilah sekarang ada dua mayat di depan pintu masuk gedung olahraga. Tergeletak mengenaskan. Tinggal dikremasi sih. Biar abunya dimakan ikan dan kumakan ikannya.

"Akiko-san, tolong tutup saja pintunya." Kak Akagi yang nyuruh.

"Baik."

Pintunya ini model pintu geser. Cukup tanganku yang gerak, badanku nggak. Aku masih ingin lihat serve. Jadi, aku sepertinya menggeser pintu terlalu cepat.




















BRAK!!!

BRUK!!!






Aku hampir saja teriak kaget. Ada yang nabrak pintu. Anggota klub yang menyadari langsung mendekat. Aku kembali membuka pintu.

Itu Kak Ginjima.

Gini, Kak Gin lari dan nggak nyadar kalau pintu dengan kecepatan tinggi mulai menutup. Dia nabrak pintu, kehilangan keseimbangan, jatuh tepat di atas kembar Miya. Jadilah tumpuk tiga sekarang...



"Lupakan, bakal bangun sendiri mereka. Ayo kita mulai saja latihannya." Kak Kita menutup pintu.

:)))))





Note:
Mendingan pakai -senpai atau Kak?

The Little Red Riding Hood || Inarizaki's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang