Telepati

7.8K 1.2K 76
                                    

❀~~~3~~~❀



Selama sepersekian detik, Akiko membeku di tempatnya. Dia masih tidak percaya kalau ada yang memakai sepedanya untuk ngebut.













Kuingin marah
Melampiaskan
Tapi ku hanyalah sendiri di sini--













"Woi."



















Nggak, Akiko nggak sendirian.

Spontan Akiko noleh ke suara yang menurutnya tidak asing. Ia yakin sekali kalau yang kabur barusan itu Atsumu. Lha, terus siapa yang manggil?

Rupanya, kembarannya. Akiko hampir kelepasan nepuk dahi. Dia baru ingat kalau Atsumu itu punya kembaran, Osamu.

Akiko bisa melihat kalau yang satu ini capek habis lari. Sepertinya baru saja gagal mengejar kembaran laknatnya. Kasihan.

"Kau--"

Baru saja Osamu akan berbicara, ia kembali berhenti saat melihat Akiko. Yang dilihatin cuma melengos nungguin ini senpai mau ngomong apa.

"Oh, yang tadi siang rupanya."

Anjay, dia ingat. Entah kenapa, ada yang berbisik di pikiran Akiko. Ini kayaknya ada setan yang lagi nangkring di dekat telinganya.

"Ada apa, Senpai?"

Osamu cuma diam ngelihatin Akiko. Dia malah kemudian menaruh kedua tangannnya di pinggang. Apakah dia ke sini cuma mau pamer badan atletisnya itu? Lebih baik Akiko menyingkir dan menunggu sepedanya. Akiko langsung melangkahkan kakinya.

Grep

Tiba-tiba saja pundaknya ditarik. Akiko terkejut dan menoleh. Betapa terkejutnya kalau Osamu kini memasang wajah yang menyeramkan. Lebih menyeramkan dari kecoak.

"Kenapa kamu minjemin sepeda ke bocah barusan?"

Kalau Akiko jawab, ia yakin kalau akan ada bahaya datang. Kalau nggak jawab, kayaknya lebih parah. Osamu menatap tajam adik kelas yang di depannya itu tanpa belas kasihan sedikit pun. Ini lebih mirip adegan preman yang lagi malak dibandingkan dengan adegan roman kayak di sinetron kebanggaan ciwi-ciwi.

Tidak

Lebih ke adegan hantu di film horor sih.

"Kan kelihatannya dia butuh banget." Akiko menjawabnya dengan takut-takut.

Osamu melepas cengkeramannya. Akiko bisa bernafas lega. Aura suram sudah hilang. Osamu juga sudah tidak menampakkan wajah menyeramkan barusan.

"Seharusnya jangan kamu pinjamkan." Tiba-tiba Osamu berucap.

Akiko menatap bingung.

"Dia itu disuruh beli obat pel sama Kapten. Dia lupa dan baru ingat barusan."

Akiko masih tidak paham.





























"Biarkan saja dia kena omel Kapten. Kamu tidak tahu betapa serunya ngelihatin bocah itu diomelin Kapten."

Akiko ingin tertawa. Dia berusaha menahannya. Saudara memang di mana-mana seperti ini. Tapi masalahnya, Akiko ingin tertawa melihat kelakuan Osamu yang ingin saudara kembarnya itu diomelin. Dia tidak menyangka kalau Osamu sejahat itu kepada saudaranya. Akiko merasa tidak sopan kalau tertawa sekarang.

Osamu melirik adik kelasnya yang kelihatan sekali kalau sedang berusaha menahan tawa. "Ketawa aja, aku tidak melarangmu."

Akiko mengalihkan pandangannya. Dia benar-benar ingin pergi sejauh mungkin dari sini. Ia ingin cepat-cepat pulang. Akiko merasa kalau Osamu mempunyai kekuatan membaca pikiran. Soalnya dari tadi Akiko nggak ngomong di mulut, tapi Osamu bisa jelasin dengan lancar.



































"Maaf, aku nggak bisa baca pikiran orang."































Akiko menelan ludah. Ini...... menyeramkan.

The Little Red Riding Hood || Inarizaki's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang