Azab

7.2K 1.3K 60
                                    

❀~~~1~~~❀




Sumpah. Aku pengin pergi sejauh mungkin dari kakak kelas berambut abu-abu dengan poni ke kiri ini. Tapi, tapi, aku mau kemana?

Si kakak kelas pembaca pikiran ini juga masih diam di tempat alias di sebelahku tepat. Kembarannya yang minjem sepedaku juga belum balik. Nggak ada tempat duduk terdekat. Rasanya jadi patung.

"Kamu risih sama aku?" Osamu-senpai tiba-tiba tanya lagi.

"Eh? Maksudnya?" Ini orang menakutkan banget.

"Kamu kelihatan risih sama aku yang berdiri di sebelahmu ini."

Pengin bilang iya, tapi kayak yang nggak sopan. Harus bagaimana ini??? Sepertinya ini karma karena ninggalin Kou tadi...

Seseorang, cepatlah datang untuk menolong Akiko yang malang ini...















"Osamu? Apa yang kau lakukan?"

Aku refleks ikutan noleh meskipun nggak dipanggil. Kepo. Siapa duhai penyelamat ini?

Seorang kakak kelas berambut putih-aku yakin bukan uban-dengan sedikit warna hitam di ujung-ujungnya dan yang satu lagi lebih tinggi dengan mata sipit dan berambut hitam belah tengah. Kalau aku tidak lupa, yang pendek berambut putih itu Kita-senpai dari kelas elit 3-7. Yang berambut hitam.... Suna-senpai bukan sih?

Osamu-senpai yang ditanyain lagi-lagi cuma diam. Dia melihatku sekilas. "Aku sedang menunggu."

Krik krik krik

"Atsumu?" Tanya Kita-senpai. Baru kali ini aku mendengar suara kakak kelas satu ini.

Osamu-senpai mengangguk. Dalam satu kedipan aku bisa mendengar sesuatu mendekat dengan kecepatan tinggi. Aku bisa mendengar kalau ini suara sepedaku. Aku membalikkan badan.

CKIIIT

Panjang umur. Atsumu-senpai beneran datang dengan sepedaku. Ia membawa sebuah kresek yang kuyakini berisi obat pel. Ekspresinya bercampur antara capek, takut, dan sebal.

Aku sudah bilang kalau sepeda bobrok itu nggak bisa ngerem mendadak banget, apalagi sehabis dipake ngebut. Tapi yang namanya Atsumu-senpai, dia sepertinya lupa. Kampret.

"'Tsumu!!" Osamu-senpai terkejut ketika melihat sepeda yang terus melaju ke arahnya dengan menggila.

"EEH??!!" Dari yang kulihat, Atsumu-senpai baru ngerem sewaktu jarak antara dirinya dan kembarannya tinggal 3 meter.

Namanya juga sepeda rongsokan, ya remnya blong dong.

"HEI!!" Kita-senpai bermaksud ingin menjauhkan Osamu-senpai dari tabrakan. Tapi sungguh terlambat.

Aku yang punya sepeda bobrok itu cuma menyingkir sejauh mungkin. Sepertinya, Suna-senpai juga begitu. Kami hanya saling menatap karena sepertinya satu pemikiran.

BRAK!!


















Nggak ada yang berdarah-darah. Ini bukan cerita dengan genre gore atau semacamnya. Atsumu-senpai cuma nabrak stang dan jatuh ke kiri. Osamu-senpai yang ditarik Kita-senpai jatuh ke belakang gara-gara kesandung dan menimpa manusia malang berhati mulia di belakangnya.

Aku dan Suna-senpai cuma ngelihatin tanpa ada niatan untuk membantu sama sekali. Ketiga manusia malang di depan cuma bisa mengaduh. Kami yang menonton hanya bisa menghela nafas bersamaan sebelum menghampiri korban.

"Kupikir, sepeda itu tidak bisa dibuat ngebut dan remnya rusak ya?" Suna-senpai pada akhirnya buka suara.

"Begitulah. Aku sudah bilang ke Atsumu-senpai kok."

"Nggak apa-apa. Itu memang salahnya. Ini azab untuk semua perbuatannya selama ini."

"Apa dia sejahat itu?" Tanyaku penasaran.

"Rajanya iblis."

"Owh." Aku cuma mengangguk saja.

"Sekaligus raja kegoblokan."

Shit. Pengin ketawa.

The Little Red Riding Hood || Inarizaki's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang